Ciuman pertama.

215 36 0
                                    

Hari ini, Juan dan Harsa kembali bertemu di tempat yang sama. Juan perlu udara segar untuk menenangkan hati dan pikirannya.

"Abis berantem sama siapa lu?" Netra Juan tertuju pada memar di wajah Harsa. Ia meraba memar itu, membuat Harsa meringis.

"Abis nyuri lagi ya"

Harsa tersenyum kikuk. Hari ini kurang beruntung baginya. Ia dipergoki pemilik rumah, berakhir dapat bogeman sebelum berhasil melarikan diri.

"Kepergok gue anjir, sial banget. Untung bisa kabur"

"Lu sih ga hati-hati. Kompres aja pake air hangat atau air dingin"

"Dapet darimana gue kompresnya, Juan. Kecuali lu menawarkan" Harsa menatap Juan yang juga menatapnya. Juan memalingkan wajahnya dari Harsa.

"Besok ke rumah gue, tapi siang"

"Oke, bro. Makasih ya" Harsa menepuk pundak Juan.

"Gue mau numpang makan juga besok, Juan. Masak yang enak ya. Gue sukanya tahu tempe saus sih kalo lu bertanya"

"Tai lu, numpang makan doang banyak request"

Harsa merespon dengan kekehan.

Keesokan siangnya, Harsa sudah berada di rumah Juan. Tentu saja ayah Juan tidak ada disana, pagi sekali ia sudah pergi bekerja.

Perut Harsa yang kosong, disambut dengan makanan buatan Juan. Sesuai requestnya kemarin, Juan membuatkan tahu dan tempe saus.

"Wih, cakep nih. Lu cinta gue ya Juan. Dimasakin beneran" Harsa meledek Juan yang tengah berkutat dengan cucian piring.

"Jangan pede lu. Ayah gue juga suka tahu tempe"

"Jujur aja sih ke gue. Jangan malu"

"Pala lu"

Harsa mendaratkan satu suapan di mulutnya. Sementara Juan mendudukkan tubuhnya pada kursi yang berhadapan dengan Harsa. Ia ikut makan. Mereka berbincang-bincang di tengah santap siang, hingga suapan terakhir.

"Enak banget masakan lu, Juan. Tau gini gue datang tiap hari"

"Dateng aja, asal jangan ampe maghrib. Soalnya ayah gue udah balik" Ucap Juan masih mengunyah suapan terakhirnya.

"Bener nih ya"

Juan merespon dengan anggukan.

"Kelar makan gue nyuci piring dah" Harsa menawarkan bantuan, sebab se-tidak tau diri-nya Harsa, ia tetap sungkan jika tidak membantu sama sekali.

"Bagus deh kalo gitu"

"Lu ga kerja emang?" Juan menatap Harsa yang bangkit dari duduknya.

"Libur dulu gue, pegel kemarin banyak pelanggan" Harsa mengambil piring miliknya dan Juan, kemudian mencucinya di wastafel.

Ada alasan kenapa Juan menerima Harsa untuk numpang makan di rumahnya. Harsa hanya bekerja sebagai karyawan sebuah rumah makan kecil, yang gajinya pun kecil. Diberi per bulan, yang mana semakin menyulitkan bagi Harsa untuk dapat memenuhi kebutuhan perutnya sehari-hari. Harsa tinggal di kost murah yang tentu saja fasilitasnya tidak sebagus kost mahal. Tikus dan kecoa sudah menjadi teman Harsa sehari-hari. Begitulah pikir Juan saat memasuki kamar kost Harsa.

Juan tau, kehidupannya tak lebih baik dari Harsa. Mereka sama sama tak mampu. Gaji ayahnya pun kecil, namun sedikit beruntung karena mendapat upah per hari. Karena itulah, ia tidak menolak Harsa.

"Lagi mikirin apa? Serius banget kayaknya" Suara Harsa memecah lamunan Juan.

"Enggak"

Hari semakin gelap, perbincangan yang asik dari Harsa dan Juan terpaksa disudahi. Sebentar lagi ayah Juan akan tiba. Jika ia mendapati Harsa di rumahnya, maka habislah hidup Juan.

"Gue balik ya, Juan" Harsa lantas berdiri dari duduknya. Sebelum ia mencapai pintu, Juan ikut berdiri dan menyusul Harsa.

"Makasih buat makanannya" Harsa membuka pintu dan melambaikan tangan pada Juan. Juan berdiri di depan pintu sampai bayangan Harsa menghilang dari pandangannya.

Selang beberapa menit, ayah Juan tiba di rumahnya. Kehadiran yang Juan takuti. Pria paruh baya itu akan meneriaki dan memukulnya malam ini karena belum menyiapkan makan malam untuknya. Bogeman, tendangan, dan teriakkan menjadi neraka bagi Juan malam itu.

Keesokan harinya, Juan tak bertemu dengan Harsa lagi. Matanya yang bengkak dan memar membuatnya enggan keluar.

Hari ini Harsa tidak akan datang karena masuk kerja.

Namun, siapa sangka jika Harsa akan datang pada malam hari. Padahal ia tau ayah Juan sudah di rumah saat itu. Wajahnya yang lesu karena lelah dan lapar, menjadi pandangan yang ironis bagi Juan.

Akhirnya, Harsa harus makan di kamar Juan, dengan mengendap-endap untuk sampai disana tentunya.

"Makasih Juan" Bisik Harsa masih mengunyah makanannya. Juan hanya menatap iba pada Harsa. Harsa sangat lahap makannya hingga suapan terakhir.

"Mata lu bengkak"

"Biasa" Juan menidurkan tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamarnya. Harsa pun ikut berbaring.

"Gue tidur disini ya malam ini, capek mau balik" Juan mengangguk.

Keheningan diantara mereka tak menciptakan kecanggungan. Mereka terlalu sibuk memikirkan banyak hal. Hingga salah satu dari mereka terlelap, yaitu Harsa.

Harsa yang lelah dan lapar, tentu akan lebih cepat terlelap. Juan membalikkan tubuhnya menghadap Harsa. Ia menatap wajah lelah Harsa yang tenang, yang sudah terlelap. Wajahnya semakin dekat dengan Harsa, dengan penuh sadar ia mengecup kening Harsa. Tangannya terarah untuk mengelus kepala pria yang lebih tua darinya. Kecupan itu turun dari kening ke bibir. Yang awalnya kecupan, menjadi ciuman.

Harsa sadar dan terbangun. Tentu ia dapat merasakan sensasi yang berbeda pada bibirnya. Bukannya menghentikan ciuman, ia malah membalasnya.

Keduanya larut dalam ciuman yang hangat dan penuh perasaan.

Juan dan Harsa tidak kaget, ini ciuman pertama mereka. Mungkin mereka sudah berekspektasi hal ini akan menjadi penutup malam.

Ciuman itu berlangsung beberapa menit hingga keduanya terlelap dengan posisi memeluk satu sama lain.

Luckless. #HEEJAKE [end]Where stories live. Discover now