Bebas.

269 32 3
                                    

Langit siang menjelang sore yang cerah, menelisik di cela jendela, menyinari dua wajah yang tengah terlelap. Membangunkan Harsa yang tengah memeluk tubuh yang muda, Juan.

"Juan" Tenaga yang belum terkumpul sempurna, suara serak, membangunkan Juan.

Yang dibangunkan masih memejamkan mata, namun berdehem.

"Bantu gue kemas barang, kita kabur dari kota ini"

"Sekarang?"

"Tahun depan"

Juan menaruh barang yang perlu ke koper. Sementara Harsa pergi ke tempatnya bekerja, niatnya meminjam mobil milik bosnya. Yang pasti, mobil itu tidak akan pernah kembali ke pemiliknya.

Mereka segera bergegas pergi, sejauh mungkin. Jelas mereka tau, lambat laun, keduanya akan jadi buronan di kota asalnya. Juan yang dituduh membunuh ayahnya, Harsa yang membawa kabur mobil.

Perjalanan jauh yang mereka tempuh, yang entah akan membawa mereka kemana. Tidak ada tujuan, hanya ada keinginan untuk bebas.

Dalam perjalanan, tak ada yang memulai pembicaraan. Angin siang menerpa kedua wajah mereka. Yang muda, Juan, sibuk memanjakan netranya dengan pemandangan indah sepanjang perjalanan. Sementara Harsa, fokus melihat ke depan.

Mobil berhenti, berteduh di bawah pohon. Juan keluar dari mobil, begitupun Harsa.

"Panas banget dah" Seru Harsa.

Juan sibuk mengeksplore lahan hijau yang mereka singgahi sekarang. Ia berlari-lari bebas, dengan tangannya ia rentangkan, seperti anak kecil, gumam Harsa.

Terukir senyum di bibir Harsa. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat Juan senang. Tak pernah ia sebahagia itu. Momen berharga itu diabadikan Harsa lewat ponselnya, agar Juan juga bisa melihat betapa bahagianya dia hari ini.

 Momen berharga itu diabadikan Harsa lewat ponselnya, agar Juan juga bisa melihat betapa bahagianya dia hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah penat, Juan menghampiri Harsa dengan peluh di dahi.

"Udah?"

Juan mengangguk, melangkahkan kakinya masuk ke mobil. Cardigan hijaunya ia lepas. Mereka berdua di dalam, menyalakan pendingin, jendela sedikit dibuka.

Keadaan hening hingga keduanya sama sama terlelap. Tidur yang nyenyak dan tenang, tak sadar, langit mulai gelap.

Cahaya yang sangat pekat menembus kaca mobil disertai bunyi klakson, membuat Harsa dan Juan sama-sama terbangun.

"Anjing, polisi" Keduanya panik. Harsa langsung menyalakan mobil. Ia menancap gas, menabrak mobil polisi.

Satu tembakan berhasil lolos mengenai atap mobil. Harsa semakin panik. Mobilnya langsung ia lajukan kabur dari polisi.

Akhirnya kedua mobil itu kejar-kejaran.

Harsa melajukan mobil itu hingga jarak kedua mobil cukup jauh. Mobilnya masuk ke area hutan, gelap gulita. Penerangan yang ada hanya dari mobil mereka. Namun, dari jauh terdengar suara mobil yang juga mengikuti mereka.

"Bangsat" Mereka berdua yang panik menengok ke belakang. Hingga-

Brak

Tanpa sadar mobil menabrak pohon. Harsa langsung menarik tangan Juan untuk segera keluar dari mobil itu, dan lari.

Mereka lari sejauh mungkin, menembus kegelapan. Mereka tak tau apa yang ada di depan. Pencahayaan yang ada hanya dari bulan yang indah malam ini.

"Harsa" Juan menarik tangan Harsa.

"Ada suara sungai"

Mereka mendekati sumber suara, hingga menemukan ujungnya. Mereka berada di tebing, dan dibawahnya ada sungai yang mengalir deras.

"Kita udah gabisa kabur kemana-mana. Kita bakal ketangkep" Ucap Juan putus asa. Raut wajahnya terlihat sedih dan khawatir, namun ada satu lagi perasaan yang tergambarkan di wajahnya. Harsa yang melihat itu tak bisa menjelaskan raut seperti apa itu. Seperti tergambar sedih namun juga bahagia. Harsa bingung, tapi dibanding itu, sekarang tak ada harapan bagi mereka berdua kecuali memilih mati di aliran sungai yang deras ini, atau mendekam di penjara.

"Harsa"

"Gue sayang lu"

Harsa langsung memeluk tubuh yang putus asa itu. Dipeluknya tubuh yang lebih kecil itu dengan erat, lebih erat dari apapun, layaknya ia takut sosok itu tak akan pernah kembali lagi padanya.

"Gue juga sayang lu, Juan"

"Gue sayang banget" Ia tak bisa menahannya lagi. Tangis Harsa pecah di pundak Juan. Tubuh yang ia pikir akan mampu melindungi Juan, nyatanya tidak. Juan mengelus punggung dari tubuh yang rapuh itu.

Ini adalah konsekuensi. Namun, keduanya berharap, ada secercah kebahagiaan di kehidupan selanjutnya. Jika mereka bertemu kembali, sebagai Juan, dan juga Harsa.

"Kita ketemu lagi nanti, ya" Juan menangkup wajah Harsa. Wajahnya yang malam ini terlihat sangat menyedihkan. Diusapnya pipi yang basah itu. Diciumnya bibir Harsa, untuk terakhir kalinya.

Dor

Satu tembakan berhasil mengenai kaki Harsa. Dia berteriak kesakitan. Kedua wajah mereka disoroti senter milik polisi.

"Diam disitu" Saut salah satu polisi, mengarahkan pistol ke arah mereka.

"Juan, gue bahagia selama sama lu. Kalo kita ketemu di kehidupan selanjutnya, semoga kita punya hidup yang layak dan bahagia"

Harsa memeluk tubuh Juan, ia mengecup pipi Juan yang basah dengan air mata. Dengan tenaga yang tersisa, ia langsung menarik tangan Juan, mereka meloncat ke sungai.

Polisi meneriaki dua pria itu. Namun percuma, kedua tubuh itu lenyap disana, menyatu dengan air, dengan derasnya sungai.

. ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁

Harsa dan Juan, dua pria yang mendambakan kebebasan dan kebahagiaan. Dua pria yang bernasib sama. Dua pria yang saling mencintai.
Kini, mereka bertemu kembali dalam keabadian.




— End.

ⓘ Inspired by manga 'Home Far Away'.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Luckless. #HEEJAKE [end]Where stories live. Discover now