Bab 1- Culture Shock

20 2 0
                                    

...

Dua sahabat yang sejak lama sudah lama selalu bareng. Kemana-mana selalu barengan, bahkan satu sekolah dari SD hingga kuliah. Rumah mereka berdua juga berdekatan menjadi faktor pendukung kedekatan keduanya. Lami, dengan kulit putinya, tinggi, agak kurus, rambutnya yang panjang dan indah, namun sangat minim dalam akademik. Giselle, anak terpintar di kelasnya, selalu mendapat ranking satu setiap semesternya. Giselle bertubuh lebih berisi dari temannya, Lami. Giselle dengan kulit yang tidak terlalu putih, rambut yang tidak pernah panjang dan lebih pendiam dari Lami.

Kedua gadis remaja ini selalu bersama kemanapun, sekolah nya selalu bareng dari TK, SD, SMP, hingga sekarang duduk di bangku kuliah tepatnya semester tiga.

Sedari dulu, Giselle selalu memberi jawaban atapun membiarkan Lami menyontek setiap ada tugas, dan Giselle tidak pernah mengenal yang namanya pelit. Bisa dibilang, Lami bisa memperoleh nilai yang tergolong bagus karena bantuan dari Giselle. Lami selalu bisa membujuk Giselle agar memberi tugas ataupun memberinya contekan saat ujian.

Lami, satu-satunya sahabat Giselle yang beneran sedekat itu. Sifat pendiam dan fokus belajar yang dimiliki Giselle membuatnya tidak terlalu terbuka pada dunia luar. Hingga pada saat di perkuliahan, yang tentunya mereka mendapat teman baru dari berbagai daerah yang berbeda, dan sifat pendiam yang banyak dijauhi. Pertemanan di sekolah dulu sama di perkuliahan sangatlah berbeda. Harus pintar cari teman. Sejak awal perkuliahan saja sudah pada punya sirkel masing-masing. Yang ekstrovert dengan ekstrovert pula, yang cantik dengan yang cantik, yang paling bisa bergaul dengan semuanya harus humoris atau setidaknya asik diajak mengobrol. Sirkel-sirkel itu sudah terbentuk sejak awal perkuliahan.

Para mahasiswa yang pendiam, tidak cantik itu tidak punya sirkel. Bahkan yang lebih parahnya, saat kerja kelompok dan saat dosen mengatakan kelompoknya di bentuk sendiri, maka mereka juga akan membentuk kelompok sesuai sirkelnya masing-masing. Yang tidak punya sirkel, ya tidak punya kelompok, atau sekelompok dengan terpaksa.

Hal ini merupakan salah satu culture shock banyak mahasiswa termasuk Giselle. Beruntungnya, gadis itu punya Lami dan juga beberapa teman baru. Tapi juga terbesit rasa kasihan dan tidak terima jika di kelas ada yang tidak punya teman.

****

Second Choice?Where stories live. Discover now