Bab 2-Caper?

10 1 0
                                    

...

Hari ini rasanya malas sekali buat berangkat ke kampus, namun sebentar lagi akan ujian akhir semester dan kebanyakan dari mata kuliahnya sekarang waktunya presentasi. "Males banget lagi, nanti presentasi gue lagi yang maju, gue lagi yang presentasi sendiri?" keluhnya. Namun, meski dengan langkah yang berat, tentu saja gadis itu memilih untuk tetap berangkat.

Sudah dengan pakaian rapih dan akan bersiap ke kampus, di depan kamarnya ternyata sudah ada Lami yang juga sudah siap dengan pakaian yang rapih. "Hai, udah siap? Kirain telat bangun" ucap Lami.

"Gue telat bangun? Elu kali yang keseringan telat, kalau ga di gedor mana mau bangun?" balasnya jutek.

"Gue nebeng lagi, ya? Motor gue masih di pake kakak?"

"Nebeng yaudah sih nebeng aja, gausah pake embel-embel motor di pake Kakak lah, dipake Adek lah, besok di pake siapa lagi?" kesal Giselle yang sudah muak mendengar alasan yang template dari Lami setiap paginya. Entah kakak atau adek yang mana yang ia bicarakan, secara Lami itu anak tunggal dan tidak memiliki saudara dekat disini.

Mereka berdua akhirnya berangkat bareng lagi seperti biasanya. Tidak apa pembicaraan apapun sepanjang jalan. Giselle malas ngomong, begitu juga dengan Lami yang sibuk dengan Hp nya. Di persimpangan dekat kampus, Giselle melihat Nata di bonceng sama Rifki, teman sekelas mereka yang di sukai oleh Lami. Jujur, ini bukan pertama kalinya Giselle melihat hal yang sama, sepertinya Nata memang lagi dekat dengan Rifki, dan Lami tidak tau itu. Giselle masih malas buat bicara dan memilih diam.

Di kelas, seperti biasanya, bangku mereka selalu berderet, lebih tepatnya berempat. "Ini kelompok kita nanti mau presentasi, tau materi masing-masing kan?" tanya Giselle pada keempat temannya.

"Sel? Sumpah, gue lupa kalau hari ini udah giliran kita yang presentasi. Gue gak baca grup juga, maaf." ucap Feby dengan muka sok merasa bersalahnya.

"Lah, kok gak ngingetin tadi malam sih, Sel? Sengaja lo ya?" tanya Nata.

"Punya mata, dipake buat apa, Ta? Buat ngeliatin cowok doang ya?" jawab Giselle tanpa memalingkan wajahnya.

"Kok omongan lo kasar gitu sih, Sel?" tanya Nata lagi.

"Makanya itu grup kelompok di buka Nata, di baca. Tugasnya diinget kapan deadline, kapan presentasi. Kalau kalian ada niat, gue gak akan ngomong kayak gini. Coba liat, yang koar-koar di grup itu gue sendiri doang, gak ada tuh kalian respon" ucap Giselle dengan kesal.

"Yaudah sih, sipaling ngerjain, sipaling inget deadline. Udah, sini gue yang presentasi. Tinggal baca doang apa susahnya sih? Caper banget" Laura mengambil makalah dari tanang Giselle.

Mereka jadi pusat perhatian di kelas itu, tak terlepas juga dari perhatian para cowok-cowok kelas, terutama beberapa orang yang selalu jadi pembela ke-empat teman Giselle.

"Materi lo tentang apasih? Nanti gue mau bertanya" tanya Rifki pada Lami.

Lami yang notabenenya menyukai Rifki, tentu saja akan merasa senang jika diajak mengobrol seperti ini. "Ini Rif, nanti kasih pertanyaan yang seputar-seputar ini aja ya?" ucapnya.

"Tenang, gue gak pernah ngasih pertanyaan menjebak kok, gue mah orangnya santai, apalagi kelompok yang maju cewek-cewek manis" jawab cowok itu.

Mendengar pujian dari Rifki, pipi Lami bersemu merah. "Rifki makasih loh" ujarnya.

"Freak banget bjir" batin Giselle. Giselle, di samping dia gak suka basa-basi, dan juga anaknya pendiam tapi Giselle juga suka julid pada sesama temannya. Meski julidnya dalam hati dan hanya dia sendiri yang tau.

Waktunya presentasi telah tiba. Seperti yang sudah diperkirakan sama Giselle, dan kali ini dia juga sudah pasrah akan seperti apa hasil presentasi dari teman-temannya. Mendengar pemaparan yang di mulai dari Laura, Feby, Nata dan di lanjut dengan Lami, Giselle sungguh merasa malu pada dosen dan teman-temnanya yang lain. Mengerti materi saja tidak, mereka benar-benar hanya membaca kosong.

Second Choice?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang