Bab 3- Selalu berlima

8 1 0
                                    

...

"Lami, nanti jadi kan ke tempat yang kemarin gue saranin?" tanya Giselle.

Pertanyaan Giselle itu tidak di gubris sama sekali oleh Lami. Orangnya sekarang malah sibuk bercanda tawa bersama temannya yang lain dan juga anak cowok di kelas mereka itu. "Lam, jadi gak nanti?" tanyanya lagi. Namun lagi-lagi ia tidak di hiraukan sama temannya yang lain.

"Ngomong apa Sel?" tanya Feby yang sekilas mendengar Giselle bicara.

"Nggak Feb, gue gak ngomong apa-apa" jawabnya singkat.

Bukan hal yang baru bagi Giselle tidak dihiraukan seperti ini, tapi rasanya kenapa masih sesakit itu ya? Jujur, sudah terbiasa tidak di respon tapi tetap saja Giselle masi berusaha berteman baik dengan mereka berempat. Entahlah, Giselle sendiri tidak senang dengan pertemanan yang tidak menganggapnya seperti ini, tapi Giselle juga tidak mau kehilangan teman baiknya yang sudah sejak dulu.

"Giselle, Giselle, nanti mau nggak ikut ke pantai bareng mereka?" tanya Lami.

"Nanti banget?"

"Enggak nanti juga sih, weekend maksudnya." Ucap Laura.

"Boleh deh, gue juga belum pernah kepantai sini" jawab Giselle menyetujui.

"Tapi, kita berempat udah ada boncengannya, Giselle sama siapa dong nanti?" tanya Feby.

"Iya ya, masa dia bawa motor sendiri, kasihan tau mana pantainya gak deket juga ya?" ujar Lami.

"Nanti gue tanya teman cowok yang mau boncengin Giselle deh, gakpapa kan Sel?" tanya Nata.

"Gue sih gakpapa, ngikut aja deh."

Nata menghela napas sambil memutar bola mata malas. "Bilang gak usak ikut aja kenapasih?" gumam Nata yang hanya bisa di dengar dia sendiri. Nata orang yang paling tidak menyukai Giselle diantara mereka semua. Kalau kata Nata, dia enggak bakalan mau berteman dengan orang jelek seperti Giselle kalau saja Giselle itu bukan temannya Lami. Bukan hanya Nata yang berpikiran seperti itu, banyak diantara anak kelas mereka yang punya pikiran yang sama, baik cewek ataupun cowok. Tidak sekali dua kali juga Nata meminta Lami untuk berhenti berteman dengan Giselle, gadis dengan kulit gelap itu. Tapi entah bagaimana, Lami tetap saja mempertahankan pertemanan mereka.

Selesai kelas, gadis-gadis itu berjalan ke kantin untuk mengisi perut mereka yag kosong. Tentu saja Giselle ikut, akan tetapi dia tidak ikut membeli makanan disana dikarenakan Giselle selalu membawa bekal dari kos. Anak itu rajin bangun pagi dan tidak lupa untuk menyiapkan bekalnya ke kampus. Ini juga hal yang sering jadi bahan ejekan dari beberapa teman kelasnya karena ia selalu bawa bekal.

Seperti saat ini, dia lagi-lagi dikatai tidak mau bergaul karena bawa makanan rumahan hasil dari masakannya sendiri.

"Si Giselle bawa bekal lagi? Terlalu rajin apa gimana Sel?" ucap Laura.

"Iya, gue terlalu rajin." Jawab Giselle singkat.

"Sesekali cobain makanan luar lah, padahal juga kalau dipikir-pikir lebih boros kalau masak sendiri. Beli beras, sayuran, bumbu masakan, boros banget tau Sel?" ujar Laura lagi.

"Iya nih, rajin amat jadi orang." Sambung Lami.

"Makanan gue terjaga, makanan gue sehat, gue bisa masak, gue bisa bangun pagi, dan siapa bilang masak sendiri lebih boros?" jawab Giselle sambil terus mengunyah makanannya.

Jawaban Giselle langsung membungkam mulut temannya yang usil itu. Lagi pula kalau bisa masak, bisa rajin bangun pagi, kenapa engga? Kenapa harus malu bawa bekal ke kampus? Dilihat-lihat juga anak-anak lain pada bawa makanan dari rumah sendiri, emang dasar temannya aja yang usil.

Second Choice?Where stories live. Discover now