Bab 4-Bingung dengan sikap kalian

7 1 0
                                    

...

Giselle masih kepikiran tentang yang di katakana oleh Lami siang tadi. Sampai sekarang pun, Neila tidak juga menjawan pesann yang Giselle kirimkan tadi siang. "Ge salah besar sih kalua harus terus-terusan nunggu jawaban dari Neila. Apa gue tanya Bi Mia, ya?"

Tanpa menunda lagi, gadis itu mengambil Smarthphonr nya dan segera menghubungi ART di rumahnya. Satu-satunya sumber informasi tentang apapun yang sedang terjadi di rumah adah Bu Mia.

"Halo Bik"

"Iya mbak Giselle, apa kabar? Sudah lama mbak tidak menelepon saya? ada apa Mbak?"

"Iya nih Bik, maaf ya Giselle jarang telepon Bibik. Mau tanya aja sih Bik, kemarin ada acara di rumah? Katanya acaranya rame banget, tapi kok Giselle nggak tau, ya?"

"Eh iya kok Mbak Giselle bisa tau?"

"Bik, malah balik tanya, ihh. Jawab dulu, acara apa? kenapa Giselle tidak tau? bukan acara yang besar kan?"

"Maafin Bibik, ya Mbak. Sebenarnya saya mau kasih tau kemarin, tapi kata Ibu jangan ampai kamu tau"

"Oh iya, Bik. Giselle lupa kalau Giselle tidak perlu tau apapun tentang mereka, hehe. Maaf ya, nggak perlu di kasih tau lagi gakpapa kok, Bik. Maaf sudah ganggu Waktu kerja Bik Mia"

Bu Mia yang mendengar nada suara Giselle berubah jadi datar dan gemetar seperti menahan tangis itu merasa sedih. Ia sudah janji sebelumnya akan memberitahukan apapun yang terjadi di rumahnya, namun untuk kali ini ia tidak menepatinya.

"Mbak, kemarin acara besar di adakan di rumah, Acara pertemuan rekan bisnis Bapak sekaligus pertunangan Neila dan anak dari rekan kerja Bapak"

"Neila tunangan?"

"Iya Mbak Giselle."

"Yaudah Bik, makasih."

Giselle menutup teleponnya begitu saja setelah mendengar semuanya dari Bu Mia. "Acara pertemuan bisnis dan pertunangan. Oh, jadi Neila udah tunangan? Kapan nikahnya? Umur 20 udah mau di nikahkan?"

"Pasti di jodohkan hanya karena bisnis. Neila, Neila, lo mau di hidup dalam perjodohan dengan alasan kerja sama bisnis? Semoga kuat aja sih kata gue" ucapnya.

Giselle sudah pernah mendengar akan ada perjodohan salah satu putri dari keluarganya dengan anak dari rekan kerja Ayahnya. Giselle bersyukur karena bukan dia yang di suruh untuk itu. Ya, walaupun di suruh oleh ayahnya atau seluruh keluarganya, juga Giselle tidak akan mau. Di jaman sekarang sudah jarang sekali ada perjodohan seperti ini. Kerja sama bisnis harusnya cukup dengan komitmen masing-masing perusahaan ataupun dengan beberapa surat perjanjian kesepakatan. Bukan dengan menjodohkan anak anaknya seperti ini.

Akan tetapi, semuanya Kembali pada yang menentukan. Terlebih Neila sendiri menerimanaya dengan senang hati.

***

Dalam beberapa mata kuliah, ada salah satu yang mewajibkan tugas semacam proyek. Ya, tentunya dengan berkelompok lagi. Lagi-lagi, Giselle tidak Bersama dengan teman-temannya itu. Ia lagi-lagi harus mencari teman yang lain untuk ijadikan partner kelompoknya.

Sekarang, yang tidak punya kelompok hanya tiga orang. Giselle, Shabira dan Gavin. Ketiganya dengan sangat terpaksa dan memang tidak ada pilihan lain menjadi satu kelompok. Iya, ketiga manusia itu pendiam dan tidak banyak bicara.

Mungkin itu yang jadi penyebab mereka tidak di pilih oleh anak-anak kelasnya untuk dijadikan teman dalam proyek ini.

"Gimana, gakpapa kan sekelompok sama kalian?" tanya Shabira.

"Gakpapa kali, Ra. Biasa aja." jawab Giselle santai.

Ketiganya bahkan hanya saling diam dan fokus dengan buku bacaan di depan. Entahlah, nanti kelompok mereka ini akan jadi seperti apa. Yang pasti, Shabira sedikit bersyukur dengan adanya Giselle si pintar dan Gavin di kelompoknya.

Second Choice?Where stories live. Discover now