14. The Romance of Fast Food

335 76 5
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Ana untuk akrab dengan sahabat Michael. Tidak seperti Michael dengan gaya tertata dan aristokrat, Jullien adalah sosok yang rileks, walaupun dia seorang politisi muda dengan karir yang sangat cemerlang. Di tengah kerumunan orang-orang kalangan atas di Swiss dan negara lain, Ana menyaksikan betapa berpengaruhnya seorang Michael Webster. Tidak sedikit orang yang menghampiri mereka untuk menyapa, bahkan menyelipkan topik bisnis di tengah-tengah pembicaraan. Dan Michael seperti sosok elang hitam yang berada di puncak rantai, dia terlihat sopan dengan semua orang, tetapi Ana bisa melihat kepada siapa-siapa saja Michael benar-benar memberikan perhatian.

¨Jadi kamu lebih terkenal disini dibandingkan dengan di TPG?¨ Mereka sedang berjalan memasuki opera hall. Michael melirik ke arah Ana.

¨Banyak orang yang ingin mendekat karena aku seorang Webster.¨

¨Bukan hanya seorang Webster, kamu Michael Webster. Pemegang tampuk utama di perusahaan kamu.¨

Seorang petugas membuka pintu, mempersilahkan mereka untuk masuk. Begitu memasuki ruangan, Ana tertegun. Ketika Michael mengajaknya untuk pergi menonton opera, yang Ia bayangkan adalah duduk di barisan dengan para tamu-tamu yang lain. Ruangan yang mereka masuki adalah booth VIP bagian terdepan dengan dua kursi, dari tempat mereka berada dia akan bisa melihat orchestra dan opera dengan jelas. Ana memberikan pandangan ke Michael dengan mulut ternganga.

¨Kamu memberikan standar yang sangat tinggi untuk seorang pemula,¨ kata Ana.

¨Sayang, jangan lupa, kamu pergi dengan seorang Webster. Standar tinggi sudah menjadi keseharian kami.¨ Michael mempersilahkan Ana untuk duduk.

¨Sombong!¨

Michael terkekeh, dia mengecup puncak kepala Ana dengan lembut.

¨Gimana aku akan bisa duduk di barisan sana setelah ini.¨ Ana menunjuk di deretan kursi di bawah mereka.

¨Kamu tidak perlu duduk di barisan sana,¨ bisik Michael.

Ana menyaksikan opera dengan judul Aida dengan khusuk, sebagai seorang pemula, dia sangat menikmati pertunjukan, setitik bening bahkan meluncur dari matanya, terbawa emosi oleh pertunjukan yang ditulis oleh Giuseppe Verdi tersebut. Michael mengulurkan sapu tangannya, yang diraih Ana tanpa menoleh ke arahnya.

¨Aku bisa mengkonfirmasi bahwa aku menyukai opera,¨ kata Ana setelah pertunjukan selesai. Mereka menuruni tangga untuk berjalan keluar dari area pertunjukan.

¨Aku bisa lihat,¨ balas Michael. ¨Aku bahkan nggak yakin kamu sadar aku duduk disamping kamu tadi.¨

¨Aku cuman, terlalu menikmati.¨ Ana menjalinkan jemarinya ke tangan Michael. ¨Tapi sekarang ada masalah mendesak.¨

Michael mengerutkan dahi.

¨Aku lapar. Makanan terakhir yang masuk ke perutku adalah pas jam makan siang tadi.¨

Langkah Michael terhenti. ¨Kenapa kamu tadi nggak bilang.¨

¨Aku lupa.¨

Jam sudah hampir menunjukkan tengah malam. ¨Kita bisa ke tengah kota, masih banyak restoran buka di sana.¨

¨Aku punya ide yang lebih baik,¨ Ana melirik ke arah Michael jail. ¨Mobil kamu bisa tetap di parkir di sini kan?¨

¨Itu ... bisa diatur.¨

Michael mendekati petugas valet, menyelipkan beberapa lembar uang Swiss Franc kepada lelaki berseragam itu, lalu mendekati Ana yang sudah menunggunya di ujung tangga.

¨Kita mau ke mana?¨

¨Pssstt,¨ Ana menarik tangannya, menuju ke arah jalan raya, berhenti di tempat pemberhentian bus. Tidak lama kemudian sebuah tram mendekat, Ana menarik tangan Michael begitu pintu tram terbuka. ¨Hanya satu pemberhentian,¨ katanya.

SEMIWhere stories live. Discover now