2 minggu berlalu begitu cepat, setelah melalui berbagai prosedur pemeriksaan akhirnya yibo diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Meski begitu yibo tetap harus check up setiap 2 minggu sekali.
Setelah selesai membereskan barang bawaan, Mereka pun bergegas pulang ke desa. Seperti sebuah kebiasaan yibo kembali duduk di pangkuan xiaozhan dalam perjalanan pulang.
Bukan tanpa alasan tapi pakmil itu selalu mual jika ia duduk sendiri. Jadi xiaozhan tak ada pilihan lain selain membiarkan bocah itu duduk nyaman di pangkuannya, sementara ia menyetir dengan aman. Sesekali ia akan melirik orang dalam pangkuannya.
Tidak seperti kemarin, kali ini yibo tidak tidur tapi ia senang sekali memainkan jemari kecilnya di dada gegenya. Entah apa yang sedang di gambar di sana hingga bocah itu terlihat sangat serius dan tenang. Meski begitu xiaozhan sama sekali tidak keberatan, selama yibo merasa nyaman ia tidak masalah.
Sesampainya di rumah xiaozhan lantas membaringkan yibo yang terlelap di kamarnya, sebelum membereskan barang bawaan mereka. Baru setelahnya ia pergi ke dapur untuk memasak makan siang.
Saat sedang asyik memasak, tiba-tiba sepasang tangan ramping melingkar apik di pinggangnya dari belakang. Menciptakan kurpa tipis di wajahnya, jelas zhan tau siapa pelakunya.
"Didi lapar?"
Yang di tanya pun mengangguk kecil di balik punggung tegapnya.
"Duduklah di sana sebentar lagi makanannya siap"
"Tidak mau"
Jika sudah begitu xiaozhan hanya bisa pasrah saja, dan membiarkan bocah itu menempeli seperti ulat.
Bahkan saat makan siang pun yibo masih tidak mau melepaskannya dan minta di suapi. Benar-benar manja.Tapi kali ini xiaozhan menghadapinya dengan lebih lapang dada, dia akan menuruti semua keinginannya tanpa mengeluh sedikitpun.
"Sekarang minum obatnya" pintanya, dengan menyodorkan beberapa obat dalam genggamannya.
"Kenapa banyak sekali ge?"
"Banyak dari mana ini cuma 3 butir, kok"
"Iya tapi tetap saja lebih dari 1 kan" cebiknya dengan bibir yang mengerucut lucu.
"Ayo cepat minum obatnya, Didi kan anak baik"
Setelah meminum obat mereka pun pergi ke ruangan santai untuk menonton animasi dengan yibo yang masih dalam pangkuannya, entah lah bocah itu semakin lengket saja setiap harinya.
"Yibo boleh gege tanya sesuatu?" Xiaozhan berucap dengan hati-hati.
"Mn"
"Bisakah yibo ceritakan semuanya pada gege"
"Cerita apa?" Tanyanya sembari membuat pola abstrak di dada bidang sang gege.
"Cerita kenapa yibo bisa berada di jalanan sendirian"
Gerakan tangan yibo terhenti, ia lantas menatap netra gelap itu dengan lekat.
"Jika yibo belum siap untuk cerita, tidak apa, gege tidak akan memaksa" kemudian iapun mengusak pelan rambut bocah itu.
Yibo menundukkan kepalanya, nampak ragu. Sebelum kembali menyusupkan kepalanya di pepotongan leher pria yang mendekapannya.
"Yibo kabur dari rumah"
Xiaozhan tidak merespon apapun, dia diam, mendengarkan dengan baik tanpa ada niatan untuk menyela.
"Sebenarnya dari kecil yibo selalu di perlakukan layaknya orang lumpuh, yibo tidak boleh melakukan segala sesuatu sendiri, yibo juga tidak punya teman karna yibo tidak boleh keluar dari rumah. Yibo mulai sekolah secara online. Setiap hari kebutuhan yibo selalu di sediakan oleh paman-paman yang menjaga yibo. Semuanya mereka yang melakukannya, mulai dari mandi & berpakaian pun mereka yang melakukannya sampai yibo beranjak dewasa. Yibo tidak pernah di biarkan menyentuh apapun, apalagi benda tajam" mengambil nafas sejenak, yibo pun kembali melanjutkan ceritanya dengan suara yang sedikit gemetar.
"Suatu hari mama dan papa pergi keluar kota selama beberapa hari. Yibo di tinggal di rumah, tapi sejak hari itu yibo selalu mimpi buruk, setiap malam yibo merasa ada yang memeluk dari belakang...."
Xiaozhan menunggu bocah itu melanjutkan ceritanya, tapi setelah beberapa saat tak ada suara yang ia dengar selain deru nafas yang memburu, tubuh dalam pelukannya terasa gemetaran, xiaozhan lantas menunduk dan betapa terkejutnya ia saat melihat yibo tengah tremor.
"Tidak... Tidak..." Gumamnya.
"Yibo...yibo.. hei! Ada apa?"
Xiaozhan terkejut melihat pemuda itu begitu ketakutan dengan wajah memucat, air mata kembali keluar dari netra indahnya bercampur keringat yang menyeruak dari pelipisnya.
"Huh...huhh..."
Yibo terengah-engah, bayang-bayang mengerikan itu menari-nari indah di otaknya. Membuatnya sulit bernafas.
"Yibo tenang sayang...."
"Tidak! Lepas! Lepas!" Yibo histeris, ia terus berontak dalam pelukan gegenya.
Tapi xiaozhan sama sekali tidak melepas ataupun melonggarkan pelukannya. Ia dengan sabar menenangkan pemuda itu tanpa menghiraukan pukulan maupun cakaran yang diterimanya.
"Bobo sayang.... Ini gege... Gege disini sayang"
Xiaozhan mengecup lama dahi yang lebih muda, berharap hal itu bisa membuatnya lebih tenang. Meski itu tidak mudah karna yibo terus memukuli dada dan lengan yang memeluknya.
Tak berapa lama kemudian, pukulan yibo melambat, nafasnya yang memburu perlahan menjadi teratur. Ia pun balas memeluk gegenya dengan tak kalah erat, kemudian menangis sejadi-jadinya.
"Huwaaa! Gege! Yibo takut huwaaa"
Xiaozhan memeluk pemuda itu lebih erat, membisikkan kata-kata penenang, tak lupa memberikan kecupan-kecupan lembut di pipi dan pelipisnya. Ia menyesal telah meminta yibo bercerita diwaktu yang mungkin kurang tepat. Padahal dokter telah memperingatinya untuk tidak membuat yibo merasa tertekan, tapi keingintahuannya yang tinggi membuatnya lupa akan peringatan itu.
"Akh!" Yibo meremat perutnya kuat kala rasa sakit memuntir dalam perutnya.
"Yibo kenapa? Apa yang sakit?"
"Akh! Sakit ge..." Yibo memeluk perutnya kala rasa sakit itu kian menjadi-jadi.
Xiaozhan gemetar ketakutan kala merasakan sesuatu yang basah merembes dari celana bagian pahanya. Menelan ludah susah payah, xiaozhan meminta yibo untuk tetap membuka matanya dan bernafas dengan baik, sementara ia berlari terbirit-birit menuju klinik terdekat.
"Yibo tetap buka mata mu sayang..."
"Ge..ge sa..kit" rintihnya.
"Sebentar lagi.... Sebentar lagi kita sampai"
"Yibo... Yibo tolong jangan tutup matamu sayang gege mohon"
"Yibo!"
"Yibo!"
Next?