2. Namanya Adya

94 17 5
                                    

Hal yang paling ditakutkan terjadi. Benar apa yang dikatakan Fandi, kalau mereka pasti akan bertemu. Tapi Rissa tak habis pikir kenapa diantara banyaknya karyawan di kantor malah ia bertemu si mantan. Lantas Rissa berbalik mencari jalan lain, tapi ia terlambat sebelum Fandi mencekal lengannya.

"Aku mau ngomong sama kamu, Ris," ucap Fandi terdengar serius.

Tanpa menatap, Rissa melepaskan cekalan tangan cowok itu dan kabur.

"Loh, Ris!"

Rissa menulikan telinganya akan panggilan Fandi. Untuk sekarang ia memang tidak mau melihat wajah mantannya itu.

***

Demi menghindari Fandi, Rissa rela pulang lebih lama. Saat semua karyawan sudah meninggalkan meja kerjanya, Rissa masih berkutat dengan kertas laporan yang harus ia jadikan dalam satu file. Sebenarnya bisa saja ia mengerjakan besok berhubung belum di tagih si bos, tapi karna niatnya biar tidak berjumpa lagi dengan mantan, akhirnya ia selesaikan sekarang.

"Lo gak takut sendirian?" Mei yang sudah ingin pulang memperingati.

"Hm."

"Gue denger-dengar sering ada yang liat hantu tanpa wajah muncul di sini."

"Ck, jangan nakutin gue ya!" Rissa sudah siap melempar penanya pada Mei yang sudah tergelak.

"Ya habisnya lo niat banget sih mau pulang paling akhir."

"Gue cuma gak mau ketemu tuh cowok brengsek!"

Mei menepuk pundak teman sebelah meja kerjanya itu prihatin.

"Gue doain lo cepat dapat pacar baru deh, biar bisa move on."

Rissa langsung mendelik.

"Kata siapa gue belum move on?"

"Kata gue sih." Sambil terkikik Mei segera kabur sebelum Rissa benar-benar melemparnya dengan sepatu.

Setengah jam berlalu, Rissa menutup komputernya. Semua pekerjaan sudah selesai sebelum pukul delapan malam. Tiba-tiba ia dilanda rasa takut karena keheningan dan kesendirian. Dengan tergesa ia membereskan meja dan meraih tas lalu keluar dari dalam ruangan.

Sampai ke parkiran ia menunggu tukang ojek yang sebelumnya sudah ia pesan di aplikasi hijau.

Rasa kantuk melanda hingga entah berapa kali ia menguap. Untung si ojek datang tepat waktu.

"Capek banget kayaknya, Neng," ucap si pak ojek sembari memberikan helmnya.

"Iya, habis lembur Pak."

"Oalah."

Ketika di bonceng pun pak ojek berkali-kali menyadarkan Rissa karena cewek itu hampir tertidur di belakang. Sampai motor pak ojek berhenti tiba-tiba tengah jalan.

"Kenapa Pak?"

"Bannya kempes, Neng."

Rissa pun turun lalu melepas helmnya. Kemudian mengambil uang dan memberikan pada pak ojek.

"Makasih ya pak, gak apa-apa sampai sini aja. Rumah saya udah dekat dari sini."

"Gak enak saya jadinya."

"Gak apa-apa."

Akhirnya Rissa berjalan kaki menuju rumahnya. Sebenarnya memang sudah dekat, tapi berhubung ia sudah sangat mengantuk tanpa sadar kakinya menyandung polisi tidur yang lumayan besar dan tinggi hingga ia pun terjatuh.

"Sakiiit!" Rissa mengelus lututnya yang sudah lecet dan berdarah.

"Kakak gak apa-apa?"

Sebuah suara mengagetkannya lalu sepasang tangan terulur membantunya berdiri.

My Cute NeighbourDonde viven las historias. Descúbrelo ahora