09. Bertemu

2.5K 204 5
                                    

Halo, gimana hari ini?

30 vote sama 10 komen, langsung up!!!

Enjoy, and happy reading y'all 👀

.
.
.

Still in the past!

Suasana malam itu begitu tegang, sang pengendara sedan itu sudah melajukan kendaraannya menjauh dari lokasi kejadian.

Seorang bocah laki-laki berlumuran darah terdengar berteriak keras memanggil-manggil bundanya. Anak kecil itu mencoba untuk bangkit, tangan kecilnya mencoba meraih sang bunda yang tergeletak cukup jauh dari tubuh bocah itu.

"Winata ... " lirih Vikah, kepala wanita itu menghantam trotoar dengan sangat kuat tadi. Tubuhnya harus bertubrukan dengan kerasnya aspal malam itu.

Bahkan dapat wanita itu rasakan jika darah mengalir dari lubang hidungnya, pandangannya terasa berputar. Seluruh tubuhnya terasa kaku.

"BUNDA!"

Vikah meneteskan air matanya kala teriakan itu samar-samar memasuki indra pendengarannya, "Maafin Bunda, Winata." lirihnya.

Wanita itu terisak, lalu tak lama ia dapat melihat jika beberapa orang berlari menghampirinya. Bersamaan dengan suara sirene yang berbunyi saling bersahut-sahutan.

Oksigen seakan tak ingin memasuki paru-paru milik Vikah, Vikah panik maka dari itu asmanya kambuh.

Vikah terus saja menyalahkan dirinya kala dulu saat berusia dua tahun Winata divonis memiliki asma. Saat itu Vikah menangis sekencang-kencangnya di dalam dekapan Malik.

Darah mengalir di mana-mana, dua ambulance sudah terparkir. Pintu belakang mobil itu sudah terbuka lebar, beberapa petugas medis keluar dari mobil tersebut.

Membawa tubuh ibu serta anak itu untuk masuk ke dalam dua ambulance yang berbeda.

Mobil gawat darurat itu segera melaju menuju rumah sakit terdekat, suara sirene berbunyi. Di dalam mobil itu petugas medis yang ada mencoba memberikan pertolongan pertama.

Butuh waktu hingga dua puluh menit hingga kedua mobil ambulance itu sampai ke rumah sakit terdekat. Keduanya adalah ambulance puskesmas yang kebetulan berada tak jauh dari lokasi kejadian.

Vikah dan Winata langsung dilarikan ke instalasi gawat darurat, para dokter yang bertugas di IGD segera turun tangan.

Sebuah masker oksigen terpasang di wajah ayu milik Vikah, wanita itu kehilangan banyak darah akibat kecelakaan tadi.

Sementara itu, di samping brankar Vikah terdapat Winata. Salah satu dokter nampak naik ke atas brankar dan melakukan CPR, "Tolong bertahan." gumam Dokter itu sembari menekan-nekan dada kecil milik Winata.

Bocah itu mengalami henti jantung tepat dua menit setelah ditangani.

Kondisi IGD malam ini terasa begitu mencekam, suara elektrokardiograf bersahut-sahutan.

"Bawa ke ruang operasi!" titah sang dokter.

Para perawat yang ikut menangani Vikah itu mengangguk, lalu dengan segera mendorong brankar Vikah menuju ruang operasi.

Malik menatap sang istri yang baru saja keluar dari IGD, Dewa kebetulan tengah berada di rumah sang nenek bersama Brian.

"Sayang," lirih Malik, ia menggenggam tangan Vikah yang mulai terasa dingin.

WINATA (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora