13. Perasaan Aneh

3.3K 240 14
                                    

Hay, halooooooooooo. Tebak apa yang baru? Inisialnya cover book.

Gimana kabar kalian? Vote dulu yuk, yang siders nanti pantatnya bisulan looooh

Tembusnya cepet banget anjiiiir😭, naikin deh 35 vote, 7 comment sama 130 views langsung up! Semangat!

Enjoy, and happy reading y'all 👀

.
.
.

Dewa mengernyitkan kening kala merasa tidur nyenyaknya terusik dengan suara-suara yang terdengar familiar di telinganya.

Perlahan namun pasti, mata Dewa mulai terbuka. Pemandangan yang ia dapati pertama kali adalah sang ayah yang tengah menggenggam erat tangan Winata.

Dari raut wajahnya saja sudah dapat dipastikan bahwa pria paruh baya itu kini tengah khawatir.

Pandangan Dewa jatuh ke Brian yang tengah berjongkok di dekat Winata, isak tangis Winata terdengar menyedihkan di rungu Dewa.

Sang bungsu melongok, mendapati Winata yang tengah meraup oksigen dengan rakus.

"Pelan-pelan Winata, pelan-pelan. Napas yang bener coba, jangan kayak gini." Brian berujar dengan lembut, membuat Dewa mematung sejenak. Pasalnya ia baru mendengar Brian berucap sebegitu lembutnya pada Winata.

Winata menggeleng ribut, "Gak bi–sah, se–sekh banget ..." Winata menangis, dadanya terasa begitu sesak.

Biasanya jika asmanya kambuh tak akan sesesak ini, namun kenapa kali ini terasa sangat sesak?

'Jangan manja tolong, lo gak boleh keliatan lemah di depan mereka Winata. Lawan rasa sakit lo ini!' batin Winata memohon.

"Ke rumah sakit aja ya? Ayah takut kamu kenapa-napa." Malik berujar dengan lembut.

Winata menggeleng, rumah sakit adalah ketakutan terbesarnya.

Bukan karena ruang jenazah ataupun jarum suntiknya, namun ... Ia harus kehilangan orang yang ia cintai di sana. Bahkan saat wanita tercintanya pergi meninggalkan dirinya, Winata kecil kala itu justru terbaring tak berdaya di salah satu ranjang pesakitan di rumah sakit.

"Enggak, haaah ... Gak ma–u, A–yah ... " Winata menggelengkan kepalanya kuat, ia menggenggam tangan Malik semakin kuat. Pertanda jika dadanya semakin sakit.

"Jangan keras kepala bisa gak?!" ucap Dewa yang tanpa sadar membentak Winata.

Membuat Brian dan Malik menatap Dewa kaget, keduanya tak menyadari jika sang bungsu terbangun dari beberapa saat yang lalu.

Winata menggeleng, napasnya terdengar berat. Bahkan suara mengi mulai terdengar dari tenggorokan pemuda itu.

Tanpa berucap banyak, Dewa beranjak dari posisinya. "Ayah, siapin mobil. Kita bawa Kakak ke rumah sakit." ucap Dewa.

Brian membeku di tempatnya kala mendengar panggilan Dewa ke Winata. Kakak?

Malik lantas bangkit, ia mengambil kunci mobil yang sebelumnya Brian berikan padanya beberapa jam yang lalu. Berlari sekencang mungkin menuju garasi.

Winata sendiri senang Dewa kembali memanggilnya dengan sebutan kakak, namun ucapan Dewa kemarin malam membuat hatinya kembali terluka.

WINATA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang