Part 13

69.3K 3.7K 13
                                    

Hallo para readers My Twilight

Maaf baru up sekarang karna kemarin el agak sibuk jadi gak sempat lanjutin ceritanya hehehe.

Sedikit informasi untuk dua hari lagi el udah mulai masuk sekolah, itu artinya el bakal jarang up part selanjutnya. Tapi setiap hari pekan yaitu malam minggu el bakal up dua part sekaligus.

Jadi buat kalian para readers My Twilight yang setia, jangan bosan tungguin notif dari akun el yahh.

Sebelum lanjut boleh dong el minta kalian pencet tombol bintang di bawah biar el tambah semangat. Jangan lupa juga buat komen yahh, el akan sangat menghargai pendapat kalian di setiap part cerita yang el tulis:)

Salam cinta dari el😉♥️

♣♠♣

Happy reading...

***

Giren sekarang sudah berada di depan pintu mension. Sesudah dari restoran tadi ia langsung pergi mengambil hpnya. Jangan tanya siapa yang membayarnya, tentu saja Devan. Giren memang membawa dompet dan kartu ATM tapi ia tak mengingat pinnya, lebih tepatnya tidak tau. Ingat dia Mezya bukan Giren, bagaimana bisa ia tau pinnya.

"Assalamualaikum" Ucap Giren dan Devan memasuki mension.

"Waalaikumsalam"

"Eh hai kak Giren" Ucap Miranda tersenyum lebar.

Giren menghentikan langkahnya melirik Miranda yang sedang duduk di tengah para teman teman abangnya. Giren mengerutkan keningnya melihat keberadaan Miranda malam malam begini.

Masa bodo dengan keberadaan cewe jelmaan setan itu fikir Giren. Ia kembali melangkahkan kakinya tak merespon sapaan Miranda

"Bisa gak lo sopan dikit, Miranda nyapa lo denger gak" Ujar Yezran.

Giren menghentikan langkahnya berbalik kembali ke arah mereka. "Maaf ya aku cape, gak ada waktu untuk ladenin fans" Giren kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

"Emang kurang aja lo, BERANI LO SEKARANG SAMA GUE" Ujar Yezran menaikkan nada bicaranya.

Sedangkan Giren, ia tetap melangkahkan kakinya menaiki tangga tak memperdulikan ucapan Yezran. Mulai sekarang ia akan mulai membiasakan dirinya mendengar teriakan, bentakan, maupun hinaan dari abangnya itu.

Giren memasuki kamarnya dengan langkah gontai. Ia merasa ngantuk, mungkin saja efek terlalu banyak makan tadi. Giren merebahkan badannya di kasur sambil memegangi hpnya yang baru saja ia perbaiki.

Giren menyalakan hp itu menampilkan semua lockscreen fotonya. Ia menggesernya ke atas membuat angka angka muncul pada layar hp itu. Ia melihat ada sebuah kalimat di atasnya yang mengatakan 'Masukkan Sandi'.

"Kata sandinya apa" Gumamnya berfikir.

"Tanggal lahir Giren kali ya"

Baru saja jari jemarinya ingin mengetikkan sesuatu namun berhenti. "Tunggu, tanggal lahir Giren berapa" Ia menepuk keningnya sendiri.

Giren bangun dari kasur, membuka laci di samping kasurnya. Ia menggeledah semua isi laci itu tapi tak menemukan apa apa. Giren beralih pada laci berikutnya dan sama ia tak menemukan apa apa.

Ia pun beranjak ke lemarinya mencari tempat yang kemungkinan Giren menaruh berkas berkas. Dan ya, di lemari bagian atas terdapat laci kecil namun sayang ia tak bisa menggapainya. Ia mulai berfikir lagi, mencari sesuatu yang bisa membantunya. Matanya berhenti pada kursi meja riasnya. Ia segera mengambil dan menariknya sampai ke depan lemari. Ia pun naik dan membuka laci itu mencari berkas yang mungkin terdapat tanggal lahir Giren. Ia menemukan sebuah map berwarna merah dengan begitu banyak berkas.

Tak ingin buang waktu Giren segera mengambil map itu lalu membawanya ke kasur. Ia membuka map itu dan membaca satu persatu berkas itu. Sampai akhirnya ia menemukan berkas yang ia cari.

"Akta kelahiran Girenta Wilony Caksara" Giren membaca setiap kata disana.

"Tanggal lahir 11 Januari 2006" Giren membuka hpnya lalu memasukkan tanggal lahir itu berharap benar. Dan ternyata salah. Giren mulai berfikir kembali, tanggal apa yang mungkin saja Giren pakai. Giren membentur benturkan hp itu ke kepalanya.

"Tanggal lahir bunda?" Ia menggeleng kepala kembali berfikir.

"Tanggal jadian" Tebaknya lagi.

"Tapi kan Giren gak pacaran sama si Pajero itu"

"Huhh, terus apa donggggg" Giren mengacak acak rambutnya frustasi.

Tiba tiba ia terfikir sesuatu. "Kalau Giren cinta mati sama si Pajero itu apa mungkin dia pake tanggal lahirnya ya"

"Bisa jadi sih" Giren mengangguk anggukkan kepala.

"Tapi tanggal lahirnya berapaaaaaa" Giren membanting badannya ke kasur. Sudah lah Giren menyerah sekarang.

Giren memiringkan badannya berniat menutup mata namun tak sengaja melihat sebuah buku yang membuatnya penasaran di rak meja belajarnya.

Giren bangun dari kasur dan melangkah menuju meja belajar. Giren mengambil buku itu lalu duduk di kursi. "Lonydiary" Giren membaca tulisan di sampul buku itu.

"Lony? apa ini buku diary Giren?" Giren membuka lembaran pertama, terdapat beberapa kalimat disana. Giren membaca setiap kata yang tertulis di lebaran kertas putih itu.

Dear Diary.

Hari ini adalah hari pertama MPLS masuk sekolah. Hari ini juga hari yang paling indah buat gue. Gue ketemu sama kakak kelas yang super duper ganteng dan ternyata itu temen bang twins. Gatau kenapa gue ngerasa jatuh cinta pas pertama kali liat matanya. Di saat itu juga gue bertekad akan jadiin dia pacar bagaimana pun caranya. Tunggu gue Idol of my heart.

Lony_


Giren merinding membacanya. Ternyata Giren orang yang norak dan alay. Giren membuka lembar berikutnya.

Dear Diary.

Hari ini gue beraniin diri buat kenalan sama kakak ganteng. Jerome Sabastin Abrah, namanya gak kalah ganteng sama orangnya. Gue jadi makin yakin buat rebut hatinya. Gue pastiin itu bakal terjadi, apapun yang Girenta Wilony Caksara inginkan pasti akan didapat.

Lony_


Ia menggelengkan kepala membaca Diary Giren. Tak heran ia dibenci banyak orang, kelakuannya saja seperti itu. Giren terus membuka lembaran diary itu sampai menemukan hal aneh di kertas lembaran terakhir. Lembaran itu terisi beberapa kalimat sama seperti kertas lainnya, tapi di tengah tengah kertas itu terdapat noda merah kecil.

"Ini apa" Giren mengusap usap noda itu dengan tangannya, ia rasa noda itu sudah menempel dan tak akan hilang. Ia mendekatkan buku itu ke hidungnya, mencium bau dari noda itu.

"Darah" Ujarnya kaget.

"Kok ada darah" Gumamnya bertanya tanya.

"Apa Giren sering lukain dirinya sendiri ya" Ia membuka Hoodienya menyisakan kaos putih polos. Iya membolak balikan jarinya seperti mencari sesuatu namun tak menemukan apa apa. Ia fikir ada luka yang mungkin membuktikan kalau Giren suka melukai dirinya sendiri.

Tatapannya kembali tertuju pada kertas itu.

Dear Diary

Rasanya harapan ku pupus, aku gak sanggup hadapin ini sendiri. Pura pura bahagia, pura pura sehat, pura pura gak terjadi apa apa. Aku tau hidup ku gak akan lama lagi, tapi masih banyak yang belum aku wujudkan. Sampai kapan aku harus menyembunyikan kesedihan ku. Sampai kapan aku berpura-pura kuat di depan semua orang. Sampai kapan aku harus terus mengejar sesuatu yang menurut ku cinta tapi nyatanya luka.

Lony_

"Giren sakit?" Ia mengerutkan keningnya bingung.

"Tapi sakit apa?"


Bersambung...

My Twilight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang