• DOKTER

578 36 0
                                    

dinding dengan mata terpejam kini menatap valen yang duduk di kursi tunggu depan ruang operasi bersama eby.

    "Kita harus kumpulin bukti dulu biar bisa balas perbuatannya Langit"

timpal eby yang mendapat anggukan dari valen. Hasby kini duduk di kursi berlawanan eby dan valen.

    "Kelamaan! Bunuh aja langsung! Biar happy ending. Gue gregetan lama-lama ama tuh anak.

Bukan cuma gue juga yang gregetan tapi yang lain juga pastinya gregetan pengen hajar si Langit" ujar hasby.

    "Gak segampang itu! Lo tau emang di mana Langit tinggal? Lagian dia juga sepupunya afan.

Nanti apa kata bundanya afan tau kita menjarain ponakannya?" tanya eby.

    "Lo pikir Bundanya afan bakal terima liat anaknya dibikin hampir mati begini?

Entah itu keponakannya atau nenek moyangnya, nyokap afan paham!"

    "Lo bener, tapi lo gak usah bertindak saat lo lagi emosi! Yang ada lo bisa ikut di penjara

gara-gara kasus penganiayaan!" Valen mencoba mengingatkan hasby. "Oh sial" jawab hasby.

    "Yaudah, besok kita susun rencana, kita buka kedoknya Langit!" Eby lalu merogoh sakunya saat dering ponsel mengalihkan perhatiannya.

    "Om Tama!" kata eby, valen dan hasby pun saling pandang saat eby menyebut nama Ayah afan.

   "Angkat aja," suruh valen, eby pun menggangguk lalu mengangkat teleponnya. Cukup lama eby berbicara dengan ayah afan.

    "Apa katanya?" tanya Valen kepo.

   "Dia cari afan karena HP-nya gak bisa dihubungi, soalnya dia mau pulang, dan jadwal

penerbangannya besok pagi jam delapan," balas eby. Ayah afan memang menetap di luar negeri

karena ia mengurus bisnisnya di sana, sedangkan bunda dan adiknya memang sudah seminggu ini

mengunjungi sang ayah di sana karena ingin jalan-jalan sekalian.

    "Devi gak dikabarin?" tanya hasby saat mengingat devi.

    "Besok pagi gue ke rumahnya," jawab valen yang mendapatkannya anggukan dari eby dan juga hasby.

    "Kita bertiga bagi tugas. Lo ke kantor polisi besok pagi." Eby menepuk Paha hasby.

    "Terus lo ke rumah devi," tambahnya pada valen.

    "Terus lo ngapain?" tanya hasby tidak terima.

    "Gue di sini, jagain afan. Gue gak mau nanti Langit ke sini dan bikin nyawa afan terancam untuk yang kedua kalinya," jelas eby.

    "Kebanyakan nonton sinetron lo!" timpal hasby.

    "Tapi ada benarnya juga omongan eby. Lo pada tau kan Langit itu gila. Jadi biar lebih aman afan dijagain juga.

Sekalian ntar gue suruh anak-anak nemenin lo jaga," usul Valen yang mendapat anggukan dari eby.

    "Pulang saja dulu, ganti baju," saran hasby pelan.

Dokter di ruang operasi masih belum juga keluar, padahal jam sudah menunjukkan pukul empat pagi.

Valen, hasby dan juga eby masih setia nunggu depan ruang operasi, menunggu pintu itu terbuka.

    "Lama banget sih Dokter keluar! Gatau orang cemas sampe mau pingsan kali? gerutu eby.

    "Sabar, berdoa yang terbaik buat temen kita di dalam," ujar hasby di depannya.

Valen hanya diam menahan ngantuknya. Matanya ingin terpejam, namun ia tahan. Di saat

seperti ini ia tidak boleh tertidur. Temannya sedang bertarung nyawa di dalam sana.

    "Lo tidur aja mendingan, by. Nanti kalo Dokternya udah keluar, gue bangunin," ujar Valen tenang.

Eby menggeleng, namun tak lama pintu bercat putih itu terbuka, dan keluarlah dokter.

Penulis cerita
Ig: chelseamelaniputri_

Next ?

Jangan lupa ikuti akun inj
Minimal sesudah baca vote makasi

DEFAN COUPLE GOALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang