Bab 3 : Maple

1.6K 326 8
                                    

Keluarga Chen bangun pagi-pagi sekali. Permaisuri Yinuo cukup kesulitan dengan kehidupan barunya. Saat masih menjadi putra bangsawan ia selalu dikelilingi lusinan pelayan yang akan membantunya dari bangun pagi hingga tidur di malam hari, saat menjadi Permaisuri pun situasinya tidak jauh berbeda. Tetapi di rumah ini tidak banyak pelayan, para pelayan hanya khusus bertugas mengurus rumah sementara anggota keluarga akan mengurus diri masing-masing dengan mandiri. 

Chen Yijun pada akhirnya harus dibantu oleh Chen Yiyi untuk memakai jubah hangatnya dan Chen Yiyi dengan telaten mengikat rambut kakaknya ini. Gadis kecil ini walaupun cerewet dan mudah tersinggung tetapi ia adalah anak yang baik serta tidak pernah mengeluh untuk mengurus kakaknya yang gila. 

Keluarga Chen berkumpul di halaman sambil menunggu kereta kuda disiapkan. Sekarang Chen Yijun melihat seluruh wajah anggota keluarga Chen. Tuan Chen pria tua yang tidak terlalu tinggi, tubuhnya subur dan matanya terkesan sangat ramah. Sementara Chen Yishan pria muda dengan temperamen yang lembut selayaknya sarjana pada umumnya, wajahnya tampan. Bagi Permaisuri Yinuo anak pertama ini wajahnya sangat mirip dengan Chen Yiping namun dalam gaya lebih jantan. 

“Didi, apakah kau kedinginan?” Chen Yishan mendekati Chen Yijun dan mengeratkan jubah bulu hangat Chen Yijun. 

“Dage, aku yang membantu Gege berpakaian!” Chen Yiyi unjuk diri. Meminta pujian. 

Chen Yishan tersenyum. “Meimei sangat pintar.”

Kereta kuda akhirnya datang untuk mengangkut keluarga ini. Letak makam Chen Yiping ada di perbukitan yang letaknya berada di sisi timur Desa. 

Untuk mencapai makam itu mereka harus berjalan cukup jauh, Nyonya Chen khawatir jikalau Chen Yijun tidak sanggup berjalan lagi dan Tuan Chen menawarkan untuk menggendong putra Gernya itu. 

“Ayah ibu, anak ini baik-baik saja.” Chen Yijun masih sangat canggung dengan seluruh perhatian keluarga ini untuknya. 

Seluruh anggota keluarga Chen terkesip mendengar Chen Yijun berbicara. Biasanya Chen Yijun hanya akan diam jika pun berbicara hanya akan bergumam tidak jelas atau mengutuk mantan calon suaminya itu. Apakah Chen Yijun benar-benar sudah menunjukkan tanda kesembuhan? 

Meski begitu mereka tidak ingin terlalu heboh, mereka akan menunggu saat pulang nanti dan memanggil tabib untuk memeriksa Chen Yijun. 

Mereka akhirnya sampai di makam Chen Yiping. Tempat yang dikelilingi oleh pohon maple dengan daun yang mulai menguning. Meskipun ini disebut makam namun tidak ada jasad di dalamnya, Chen Yiping dimakamkan di pemakaman para pelayan dengan tanpa nama. Apa yang terkubur di tempat ini hanyalah peninggalan Chen Yiping. 

Anggota keluarga Chen mulai membersihkan makam Chen Yiping. Kemudian berdoa dengan serius. 

Chen Yijun mendoakan agar Chen Yiping tenang. Bagaimanapun Chen Yiping adalah orang yang sangat ia hargai dihatinya, saat mengabdi padanya Chen Yiping bekerja dengan sangat baik dan mampu mengimbangi sifat kaku Permaisuri Yinuo. Bahkan saat hari dimana ia jatuh, Chen Yiping masih dengan yakin mengatakan bahwa Permaisuri Yinuo tidak bersalah. Walaupun dia harus mati untuk membela kebenaran, Chen Yiping sama sekali tidak takut. 

Gadis muda yang berpendirian tegas ini pada akhirnya harus mati karena permainan politik yang kotor untuk menggulingkan posisi Permaisuri Yinuo. 

Mereka berdoa sampai hari mulai siang dan udara berangsur menjadi hangat. Daun maple berguguran, menciptakan pemandangan seperti lautan emas yang cantik. 

Chen Yiyi mengajak Chen Yijun untuk mencari buah liar, Chen Yijun harus pasrah diseret kemana saja Chen Yiyi pergi. 

“Gege tunggu disini! Aku ingin memanjat pohon!” Chen Yiyi memperingatkan Chen Yijun singkat, gadis itu bergegas memanjat pohon dengan lincah seperti anak monyet. 

Chen Yijun terperangah. Di keluarga Shen mana ada anak yang boleh bersikap seperti ini? Mereka setidaknya harus mengikuti standar moral masyarakat karena merupakan bangsawan. 

Tetapi semangat Chen Yiyi membuat Chen Yijun juga ikut bersemangat. Ia melihat beberapa buah liar yang jatuh ke tanah, jika ini Permaisuri Yinuo pasti orang-orang akan kaget melihatnya mengumpulkan buah dari atas tanah. Tetapi sekarang Permaisuri Yinuo sudah menjadi Chen Yijun, dimana tidak banyak pasang mata yang akan mengawasinya dan mengomentari gerak geriknya. 

Chen Yijun memilih beberapa buah yang tampak masih layak untuk dimakan. Yah, kegiatan ini meski sederhana namun terasa menyenangkan. 

Mungkin ini salah satu alasan Dewa menghidupkannya kembali, mungkin Dewa ingin melihatnya hidup bebas tanpa mengkhawatirkan apapun. 

Suara gemerisik langkah kaki hati-hati menajamkan pendengaran Chen Yijun. Ia berhenti memunguti buah dari atas tanah, telinganya waspada mendengarkan gerakan di sekelilingnya. 

Sebagai Permaisuri dulu Chen Yijun sangat berhati-hati karena banyak orang yang menginginkan kepalanya. Bahkan pada tahun-tahun sebelum ia dieksekusi Kaisar sudah bosan padanya tetapi tidak bisa menceraikannya atau menurunkan posisinya, jadi Kaisar menghadiahkannya sebuah istana. Ketika siang itu dingin, ketika malam hari jauh lebih dingin. Permaisuri Yinuo jatuh sakit beberapa kali karena udara dingin, untungnya Chen Yiping adalah gadis yang cerdas ia mempelajari banyak ilmu obat untuk merawat Permaisuri Yinuo. Ketika Kaisar tahu bahwa istana dingin itu tidak membunuh Permaisuri Yinuo seperti keinginannya ia menjadi tidak sabar dan berakhir membuat tuduhan palsu dibantu oleh para pejabat politik yang menganggap Permaisuri Yinuo terlalu kuat. 

Ditambah lagi Permaisuri Yinuo bergabung dalam peperangan untuk merebut wilayah, dalam darahnya tetap mengalir jiwa seorang prajurit. 

Jadi suara aneh ini membuatnya sangat waspada. Takut jika itu adalah orang yang jahat. 

Benar saja tiba-tiba sebuah anak panah melesat cepat, dengan akurasi yang luar biasa Chen Yijun menampik anak panah itu menyebabkannya meleset dan menancap pada batang pohon. Terdengar suara ayam pengar yang melolong dan suara kepakan sayap menjauh. 

“Gege!” Chen Yiyi yang mendengar keributan segera melompat turun dari pohon. 

Chen Yijun secara alami segera melindungi Chen Yiyi dibalik punggungnya. Musuh belum terlihat, jangan sampai gadis kecil ini terluka. 

“Siapa kau? Keluar!” Suara Chen Yijun lembut, tetapi Permaisuri Yinuo memiliki nada bicara yang dalam dan tajam. 

Chen Yiyi mengedipkan matanya berulang kali. Ia tidak salah kan? Ia tidak bermimpi? Pertama Gegenya melindunginya seperti ini, kedua Gegenya berbicara dengan normal?! Apalagi nada bicara Gegenya seolah Gegenya ini mampu menggerakkan seribu pasukan hanya dalam satu perintah. Chen Yiyi sangat gembira sekaligus takut. 

Dari balik semak yang tinggi seorang pria muda muncul. Busur dan anak panah berada di tangannya. Dengan dramatis dedaunan gugur, membawa ilusi menarik pada pria muda tersebut. 

Chen Yijun mengerutkan dahinya dalam. 

Pria muda ini jelas jauh dari kata ‘pembunuh bayaran’ atau bandit. Pakaiannya termasuk indah dengan kain berkualitas tinggi, matanya jernih membawa sentuhan pria yang belum dewasa, dan ketika berjalan gayanya seolah-olah ia yang menguasai dunia ini. Chen Yijun bertanya-tanya siapa pria ini? Mengapa penampilannya tidak sesuai dengan desa yang sederhana dan kecil ini? 

“Oh! Pangeran Qianjin!” Chen Yiyi berseru keras di belakang, ia melompat keluar dari ‘tembok’ perlindungan Chen Yijun dan menyapa pria muda itu penuh semangat. 

TBC

Our ML are unlocked 💅💅💅💅

[BL] Bring More Wine! Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt