Bab 5 : Mimpi Masa Lalu

1.7K 308 6
                                    

Iring-iringan kereta kuda melintasi jalanan yang licin, Permaisuri Yinuo duduk di dalamnya. Chen Yiping berkali-kali melirik pada tirai yang tertutup rapat. Ia tahu apa yang sedang terjadi saat ini. 

Kaisar Bingwen berniat membunuh Permaisuri Yinuo. Kaisar Bingwen merasa tidak sabar karena Permaisurinya ini masih tetap hidup meski ditempatkan di istana yang dingin. 

Walau Permaisuri Yinuo selalu tenang, tetapi isi hatinya tidak ada yang tahu. 

Permaisuri Yinuo menggenggam erat tangannya, meski dingin itu gemetar hebat. Jika ia kurang peka sedikit saja pasti dirinya akan mati karena secangkir anggur itu. Permaisuri Yinuo tidak paham mengapa Kaisar Bingwen bisa berbuat sejauh ini. Bukankah dulu Kaisar Bingwen yang secara khusus memintanya untuk menjadi Permaisurinya? Pada awal pernikahan mereka segalanya terasa baik, akan tetapi ketika dirinya belum juga hamil ini membuat Kaisar semakin cemas. Kaisar Bingwen menelan mentah-mentah semua tuduhan palsu yang dikemukakan bahwa ia mendapatkan hukuman dari Dewa sebab lebih memilihnya dibanding wanita yang sudah diatur Kaisar sebelumnya. 

Lalu bagaimana itu pada akhirnya menjadi kesalahannya? 

Permaisuri Yinuo merasakan sesak di dadanya, seperti ada batu raksasa yang menimpa dadanya dan menyebabkannya tidak bisa bernafas. Jari-jarinya terasa dingin, keringat dingin menetes. 

“Hentikan keretanya!” Permaisuri Yinuo berteriak setengah panik. Kusir segera berhenti, Permaisuri Yinuo turun dari kereta begitu saja. “Jangan ikuti aku!” 

Permaisuri Yinuo berjalan cepat memasuki hutan buatan yang daunnya sudah tertutup oleh salju. Permaisuri Yinuo mengalami sesak nafas hebat, paru-parunya terasa menyempit dan kepalanya terasa kacau. Pandangannya kabur. Ia menggenggam erat batang pohon. Nafasnya menjadi sulit hingga ia bisa mendengarkan sendiri bagaimana dirinya seolah tercekik. 

Permaisuri Yinuo tidak pernah menangis sepanjang hidupnya. Dulu ketika ia menangis ibunya akan memukulnya mengatakan bahwa dunia ini tidak akan menjadi lunak hanya dengan kita meneteskan air mata. Ia selalu dituntut untuk berdiri tegak. Ia tidak boleh mengungkapkan apa yang ia suka dan apa yang tidak ia suka. Apapun yang terjadi pada kehidupan rumah tangganya ia tidak boleh mundur atau menyerah. Jika menyerah tandanya gagal. Jika gagal tandanya dia adalah makhluk paling menyedihkan di dunia ini. 

Segala pemikiran itu membuat Permaisuri Yinuo semakin tenggelam dalam kegelapan yang tidak pasti. 

“Yang Mulia maafkan saya, saya mengikuti anda. Saya melihat anda tidak dalam kondisi baik. Yang Mulia bisa menghukum pelayan ini!” Permaisuri Yinuo menoleh, melihat Chen Yiping berlutut di tanah penuh permohonan maaf. 

Permaisuri Yinuo berkata dengan suara tercekat. “Chen Yiping katakan dimana salahku?”

“Anda tidak bersalah Yang Mulia. Diantara langit dan bumi tidak ada satupun kesalahan yang Yang Mulia lakukan. Yang Mulia adalah satu-satunya yang terhormat.”

Kata-kata itu dalam, penuh dengan kesetiaan dan kuat seperti aliran air di dalam sungai. 

“A-Shan. Apakah tidak sebaiknya kau pergi belajar? Masih ada Ayah dan Ibu yang akan menjaga Jun-er.” Nyonya Chen memasuki kamar Chen Yijun membawa semangkuk obat hangat yang baru saja direbus. 

“Ibu tidak apa-apa. Didi sedang sakit, aku tidak akan bisa belajar dengan benar.”

Sepulang dari makam Chen Yiping, tiba-tiba saja Chen Yijun jatuh sakit. Ia berbaring di ranjang tanpa membuka matanya sama sekali, keluarga ini juga sangat panik karena Chen Yijun juga mengalami sesak nafas hebat, dengan berderai air mata panik Chen Yiyi pergi mencari tabib untuk mengobati Gegenya. 

[BL] Bring More Wine! Where stories live. Discover now