bab 6 - teman baru (2)

512 107 10
                                    

Blaze sangat suka!

Senyumnya tidak luntur sejak tadi saat melihat dua teman barunya datang berkunjung! Akhirnya, hehe, pikir Blaze senang.

Dua temannya ini mirip dengan dirinya dan Ice, mereka juga kembar. Wajahnya sangat mirip dan terlihat menggemaskan. Sepertinya Blaze lebih tua dari mereka gak sih? Soalnya Blaze lihat mereka kecil sekali.

Lebih kecil dari Blaze dan Ice.

"Kalian umur berapa?" Tanya Blaze saat berada di halaman belakang.

Paman Solar sedang pergi entah kemana. Sekarang hanya ada Blaze, Ice, dan si kembar baru.

"Kami enam tahun," jawab Taufan.

Blaze mengangguk semangat.

"Kita seumuran!!!" Katanya kencang.

Taufan dan Gempa sampai mundur sedikit saat Blaze berteriak.

Ice yang menyadari tingkah tidak nyaman mereka, menyodok lengan Blaze pelan. "Jangan berisik."

"Ihhh, Ice ganggu aja," ujar Blaze sambil cemberut.

"Eh, kita main yuk! Kalian suka main apa? Gimana kalau petak umpet?!" Tanya Blaze ceria.

"Pe-petak umpet?" Taufan melihat ke arah Gempa, ragu.

"Iya! Atau kejar-kejaran? Yang seru pokoknya!" Kata Blaze sampai merentangkan tangannya. Anak ini memang sangat aktif dan ceria.

Ice menggeleng pelan.

"Eum...uhh..." Taufan terlihat sangat ragu. Sementara Gempa menunduk tak berani melihat ke arah Blaze.

Senyum Blaze sedikit luntur.

"Kenapa? Gak suka petak umpet ya?"

"Bu-bukan gitu.... Tapi..." Taufan masih mencari-cari kata yang bagus untuk menjawab Blaze, hanya saja...

"Ahhh, hmm... Kalau gitu kita main yang lain aja! Ice sangat suka main game di CD. Terus kami baru dibelikan game baru sama Papa. Kalau itu mau main?? Ayo main!!"

Taufan dan Gempa saling pandang. Mereka terlihat penasaran. Tak lama setelahnya, mereka mengangguk kompak.

"Iya boleh."

Blaze melompat untuk selebrasi kecilnya.

Ice yang sedari tadi diam dan menyerahkan semuanya ke Blaze, tersenyum tipis.

"Kalau begitu kita jangan di sini. Ayo ke dalam," kata Ice santai.

"Iya ayo! Ayo!" Blaze berlari duluan dan meninggalkan mereka.

"Eh, uh, tapi, tapi kami belum pernah bermain game..." Kata Taufan ragu.

"Tidak masalah, santai saja. Game-nya mudah kok," balas Ice dengan senyum khasnya.

Taufan dan Gempa sedikit lega.
.
.
.
Solar mencari keempat anak yang dia tinggal karena masalah pribadi (pergi ke kamar mandi) di halaman belakang.

Seingatnya dia menyuruh mereka untuk bermain bersama dulu sebentar di halaman ini karena berumput, tidak terjal dan aman baginya.

Tapi sekarang malah dia yang tidak menemukan satupun anak di tempat terakhir dia meninggalkan mereka.

"Waduh," Solar dalam bahaya.

Dia segera masuk ke dalam rumah dan mencari sekitar. Apa jangan-jangan mereka ke dapur? Atau ke kamar si kembar Blaze-Ice? Atau kemana?

Tapi langkahnya terhenti saat melihat di ruang tengah di mana keempatnya berkumpul bersama.

Blaze berdiri sambil membawa game controller di tangannya. Wajahnya terlihat sengit dan fokus pada permainan di depan. Sementara lawannya adalah Ice, yang duduk tenang di lantai didampingi oleh Taufan dan Gempa yang ada di sekitarnya. Ice terlihat menyambi menjelaskan bagaimana cara menggunakan controller pada si kembar baru sambil melawan Blaze yang sudah seperti di tepian jurang.

Solar melihat. Dan Blaze pun kalah.

"Aaakhhgg!!! Kenapaaa????" Blaze menggerutu dramatis.

Ice membalas dengan senyum ringan. Dia kemudian melihat ke arah Taufan dan Gempa.

"Paham gimana caranya? Mau main sekarang?"

Keduanya saling pandang sebelum menjawab. Taufan mengangguk, Gempa hanya memperhatikan. Taufan menerima controller Ice dan melihat benda itu seperti keajaiban dunia.

Ice kemudian beralih ke arah Blaze yang masih pundung karena kalah.

"Hei, kau masih mau main lagi atau masih mau pundung? Kalau masih lanjut pundung, sini controller - mu, aku mau main sama Taufan dan Gempa," kata Ice sambil meminta controller yang dibawa Blaze.

"Huh?! Aku masih mau main! Ayo Taufan, Gempa! Sekarang giliran kalian main denganku!! Ahahahahaha!!" Tawa Blaze memenuhi ruang tengah. Ice sampai menutup telinganya pasrah.

Taufan tersenyum senang, Gempa di sampingnya memperhatikan kembarannya yang bersiap memainkan game dengan Blaze tenang. Dia juga terlihat antusias walau tidak memegang controller untuk bermain.

Solar yang ada di ambang ruang tengah memvideo kejadian saat itu sambil tersenyum haru.

'Omg, omg!!! Aku harus kasih tau Hali heh hehehehe.'

Tentu saja untuk maksud terselubung.
.
.
.
.
.
Halilintar sedang mengamati berkas-berkasnya saat handphone nya bergetar tanda pesan masuk.

Solar.

Halilintar segera membuka pesan itu karena Solar sedang bersama dengan adik-adiknya. Tentu saja, pastinya, temannya ini memberitahukan kegiatan yang dilakukan si kembar yang saat ini masih di rumah sepupu Solar.

Send Video

Nih, adikmu lagi main sama sepupu ku~

OMG, OMG, mereka main gameeeeee

Iri ga sih? Iri lah, masa engga iri ahahahahaha

Makanya libur

Halilintar merasa ingin mencelupkan Solar ke tinta permanen saat ini juga. Tapi rasa penasarannya lebih tinggi daripada itu, jadi dia melihat video yang dikirimkan Solar dengan senang hati.

Saat dibuka video itu, suara menggelegar milik Blaze lah yang pertama terdengar.

Halilintar sampai menjauhkan sedikit handphone miliknya karena itu.

Dia kemudian melihat ke arah si kembar yang tengah di ajari bermain oleh Ice. Senyum Halilintar tak bisa hilang saat melihatnya.

"Sepertinya saat di rumah nanti, akan kubelikan game juga," katanya bermonolog.

"Hm, tapi harus ada jam mainnya. Nanti ketagihan," tambah Halilintar sendiri sambil mencatat di note-nya tentang keperluan si kembar nanti di rumah mereka.

Hari itu Halilintar diberi mood yang bagus bahkan sampai pergi pulang ke rumah.

Semuanya berkat adiknya, pikir Halilintar.
.
.
.
.
.
Tbc 👍

everything will be okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang