XVII

261 18 2
                                    

Happy Reading🤗

Dear Dunia ...

Apakah membagi LUKA adalah perbuatan yang keji?



Demi apapun kepala Zega saat ini sangat berisik, bukan karna suara penghuni kantin yang berisik tapi prasangka serta dugaan-dugaan yang sedari tadi menghantui isi kepalanya tak henti-henti. Kepalanya selalu di penuhi pertanyaan mengenai status hubungan Haikal dan Fania. Apakah Fania dan Haikal sedang menjalin hubungan? Apakah mereka sedang pdkt? Atau bahkan mau tunangan? Jujur ini cukup mengejutkan bagi zega. Bagimana bisa sosok Haikal yang sangat anti sosial tiba-tiba mengungkapkan perasaan seperti itu? Ahk, Zega sangat pusing hanya memikirkan itu.

"Woi zega, makan!" Tegur Daniel "Tuh makanan lo udah dingin di diemin dari tadi," lanjut laki-laki itu berceloteh

"Hmm," jawabnya acuh tak acuh.

Zega kemudian kembali fokus dengan makanannya, ia mencoba untuk melahap makanannya, namun di tengah ia ingin melahap makananya, ia malah menatap Haikal yang tengah menggulung lengan hoodie Fania yang kepanjangan.

Zega tau betul, melihat Haikal yang tersenyum begitu lebar pada Fania, membuat zega yakin, kalau Haikal memang benar-benar menginginkan Fania.

"Ekhem ..." zega berdehem, membuat Haikal serta yang lainnya turut memandangnya.

"Kenapa?" Lia bertanya dengan sebelah alis terangkat.

"Keselek angin," singkat laki-laki itu.

Mendapat jawaban yang aneh dari Zega, Lia melempar sedotan dengan sedikit kesal ke arah wajah tampan ketua osis itu, "bangsat!" Umpatnya.

"Eh, mumpung pada disini, gua mau bilang sesuatu," celetuk Daniel, setelah menelan habis kuah mie ayamnya.

"To the point!" Titah Haikal yang tak suka basa-basi.

"Mau bilang apa kak?" Fania turut antusias dan penasaran.

"Nanti Zega dan Haikal ngumpul di lapangan basket, latihan untuk tanding minggu depan sama anak basket lainnya." Kini raut wajah Daniel sedikit serius.

"Kenapa gue lagi?" Haikal bersuara

Daniel menarik nafas dalam, "ivan belum sembuh, kecelakaannya kemaren itu sangat fatal," jelasnya

"Emang seberapa parah ka?" Fania turut bertanya

"Gilak, parah banget sih kata gua." Daniel berdiri, ia memperaktekkan bagaimana kondisi ivan saat ia mengunjuginya di rumah sakit. "Kalian tau? Kakinya sampai di angkat kayak gini," Daniel berbaring di lantai lalu mengangkat kaki kirinya ke atas.
Hal tersebut membuat seisi kantin menatap heran meja mereka, bahkan Fania tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari tingkah laku aneh Daniel. Bahkan bola matanya mengikuti setiap pergerakan Daniel.

Kecuali Haikal, dia hanya diam sembari menatap Fania yang sangat antusias mendengar cerita Daniel. Melihat ekspresi lucu Fania membuat Haikal tersenyum tipis, "cantik," ujarnya pelan.

Daniel kembali berdiri, "Tangannya, ish ish ish ... tangannya sampai di perban dan harus di gendong," lagi-lagi, laki-laki itu bercerita sambil memperagkannya. "Mukanya juga parah banget, ampe rahanganya miring, kayak gini!" Daniel memperagakan rahangnya miring.

"Makanya," Daniel kembali duduk di kursinya, "lo harus tetap gantiin dia kal!"

"Gak, gue malas" singkat Haikal sembari bersedekap dada.

Hal itu membuat Fania menatapnya dengan kening yang mengerut, "kenapa?" Tanyanya

"Aku mau ngajak kamu main nanti," balasnya tersenyum tipis.

LUKA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang