terlena olehnya.

7 1 0
                                    

January 2024 awal bulan yang di mulai dengan semester pelajaran baru. semuanya kembali sibuk dengan pelajaran mereka masing-masing.

Berlomba-lomba mengejar nilai untuk mencapai titik yang mereka, namun itu semua tak mudah. ada yang memang langsung sampai pada titik tinggi, ada juga yang harus berjuang sampai patah kaki hanya demi angka dan peringkat.

Reyna Hufpaligha biasa di kenal dengan sebutan Rey oleh teman-temannya. satu sekolah sudah tau bahwa dirinya adalah seorang yang selalu berjuang menggapai peringkat, dia bersaing dengan peringkat tetap yaitu Jayden dan Dawn.

Terkadang hanya dengan bersaing nilai dapat memutuskan tali pertemanan, mereka bertiga seringkali terlihat beradu argumen dimanapun tiap kali bertemu. yaaa seperti sekarang.

"Bodoh, pantes aja lo gak naik-naik peringkat" sarka Dawn dengan seringai an nya.

"Angkuh banget, turun nangis lo"

"Turun? Gw? HAHAHA mustahil seorang Dawn grason turun peringkat-

yang ada si jayden yang turun kalah sama gw" Dawn terkekeh.

Reyna mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras, tatapannya menjadi tajam.

"Marahhhhh, takut nyaaa" ejek Dawn dengan di iringi tawa ejek.

BUGH!

satu pukulan lolos pada rahang indah Dawn. dia mengusap rahangnya dengan tatapan tak percaya.

"Sialan, das-

STOPP!" pergerakan Dawn yang ingin meninju balik Reyna terhenti kala Dyava datang di tengah-tengah mereka.

Dawn menurunkan lengannya, dan menatap malas kepada pria manis yang berdiri di depannya itu.

"Kalian bisa stop gak si? muak tau gak! tiap kali ketemu berantem, adu mulut, saling ngerendahin, saling maki-maki, ngata-ngatain bodoh! KALIAN KAN PERINGKAT UMUM KENAPA HARUS BERANTEM DENGAN CARA BODOH GINI SI, MANA WIBAWA KALIAN SEBAGAI PERAIH PERINGKAT UMUM" Dyava menarik nafas nya sebentar lalu menghembuskannya lagi.

"Please kalian ber-iq tinggi, jangan jadi bodoh karna bersain. makasi Dyava cuman ngeluarin unek-unek doang"

setelah itu Dyava mundur dari hadapan Reyna dan Dawn. mereka berdua saling menatap sebelum akhirnya Dawn yang memilih pergi dari sana.

"Sabar-sabar" Jaemshon mengusap lengan Dyava dengan senyum manis nya. Reyna menghampiri kedua temannya itu dengan wajah yang cemberut.

"ARGHH DAWN GRASON JERK!"

Reyna membuat wajah seolah-olah dia menangis. Jaemshon langsung memasukkan sayuran pada mulut Reyna yang terbuka.

"Fwuck"

"Hati-hati jodoh"

"AMIT-AMIT"

Jaemshon tertawa kecil, dia melanjutkan aktivitasnya dengan makan begitu pula dengan Dyava.

"Gw pengen keluar dari sini"

"Kenapa?" tanya Jaemshon dan Dyava secara bersamaan.

"Jengah gw sama si Jayden titan si curut Dawn. gw gaksukaaaaa, masalahnya mereka selalu bikin cara biar gw kalah, nyebelin bangettttttttttt!!!"

Reyna mengacak-ngacak rambutnya.

"Sayang banget, bentar lagi juga lulus"

"Heem bener, jangan dulu nyerah. lo gak liat perjuangan gw sama Dyava yang berusaha ngejar peringkat lo?"

Reyna tersenyum, dia menghela nafas lembut. dia langsung merapihkan rambutnya yang telah ia acak-acak tadi.

"Huftt! gw coba berjuang lagi, sama kalian"

"Nah gitu dongggg, ini baru Reyna." mereka saling melempar senyum manis yang mereka punya.

"EHH! ituuu bukannya yang tuli itu ya?"

Jaemshon sedikit menunjuk ke arah seseorang yang baru saja datang ke kantin dan duduk di dekat jendela. Reyna dan Dyava langsung menengok ke arah yang di tunjuk oleh Jaemshon.

Reyna menatap lekat lelaki yang sedang duduk menyenderi dengan buku-buku tebal di mejanya. kulit putihnya membuat Reyna terpana.

lelaki itu membuka satu buku tebal dan mulai membacanya. Reyna tak melepaskan tatapannya pada lelaki itu.

lelaki itu merasa ada yang memperhatikan, ia mengedarkan pandangannya untuk mencari oknum yang memandangnya dari tadi.

damnn..., mata lelaki itu menemukan sosok Reyna yang sedang diam memperhatikannya. canggung, lelaki itu menyungging kan senyum manisnya membuat Reyna melotot.

Reyna langsung mengalihkam pandangannya pada teman-temannya lagi.

"Apa itu tadi?, astagaaaaa"

Reyna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dyava menatap heran, begitu pula Jaemshon yang dari tadi memperhatikan Reyna dengan lelaki tadi.

"Waw kata gw"

Dyava semakin heran, ia menatap ke arah Jaemshon berharap Jaemshon akan menjelaskan sesuatu kepadanya.

"Nanti ya Dyavaaaaa, Jaem jelasin okeee?"

"OKKEEE JAEM!"

🍂🍂🍂

Angin berhembus sedikit kencang membuat rambut legam itu sedikit berantakan. memejamkan matanya sesaat untuk menikmati angin, tangannya bergerak menyentuh tanaman di sana.

senyum indahnya terpampang.

"apakah akan ada seseorang yang datang seindah bunga ini?" hatinya berucap.

"Kak Ghaez?" lelaki putih satunya menghampiri lelaki yang sedang memandangi tanaman bunga.

di tepuknya pundak yang lebih tinggi agar menengok ke arahnya. lelaki yang baru saja datang, langsung menggerak-gerakkan tangannya seolah berkata dengan sebuah isyarat.

"kak Ghaez lagi apa?"

Di balasnya dengan gerakan tangan oleh si tinggi.

"Tidak ada Carniesth, kakak hanya sedang melihat bunga"

"Dimana hearing head kakak?"

"Ada di dalam kamar"

"Gunakan lah itu, kak"

"Takut rusak."

"Carniesth bisa beli lagi"

"Darimana uangnya? menjudi?"

"Tidak, Carniesth bekerja"

"Kamu tak perlu repot bekerja, kamu fokus ke sekolah kamu aja. kakak saja yang bekerja"

"Carniesth membantu"

"Terserah, kamu keras kepala dari dulu"

"Sama seperti kak Ghaez"

"Ya."

Berakhir dengan kekehan dari Carniesth. Carniesth berlalu masuk meninggalkan Ghaez, sang kakak yang masih terdiam di luar.

Ghaez laizen shaka remaja yang hidup pas-pas an bersama kakek dan sang adik di sebuah kedai makanan kecil yang kuno.

Meskipun hidup dengan kekurangan, Ghaez tak pernah mengeluh tentang itu. ia selalu menjalani semuanya dengan hati yang tenang dan senyum indahnya.

Dirinya tak dapat berbicara saat ia mengalami tuli. Saat ia masih duduk di sekolah menengah pertama, Ghaez mengalami demam yang sangat tinggi sehingga mebuat sekujur tubuhnya panas dan gendang telinganya ikut terganggu.

Sebab itulah dirinya menjadi tuli. ia dapat biacara dan mendengar, dengan bantuan hearing head yang di belikan sang adik, Carniesth.

Namun terkadang, dirinya selalu mendapatkan perilaku tak baik dari teman-teman sekelasnya. terkadang membuat Ghaez selalu mengeluh dalam hati.

Tapi berkat adanya Carniesth, semangatnya kembali membuncah dan berhenti mengeluh. lama kelamaan Ghaez mulai terbiasa dengan ejekan dan makian dari temen sekelasnya.

"Aku terpana oleh wajah manisnya"

GHAEZ (THE STORY GHAEZ)Where stories live. Discover now