interaksi

4 1 0
                                    

"kak Ghaezz, mau bareng ngga?"

Carniest menatap pintu kamar Ghaez, dia menghela nafas kasar. Carniest membuka pintu kamar Ghaez dan melihat kakaknya sedang menyiapkan buku.

Carniest mendekat ke arah Ghaez dan menepuk pundaknya.

"mau bareng ngga?"

Ghaez hanya menjawabnya dengan anggukan. setelah selesai Ghaez merangkul Carniest dan menyeretnya untuk keluar kamar.

"Pamann, Carniest sama kak Ghaez pergi dulu yaa!" sudah berpamitan Carniest berlari dengan Ghaez menuju halte bus.

"pakai hearing head nya, biar bisa ngobrol"

"tidak."

"carniest pegel kalau terus gini"

"yasudah tidak udah melakukannya"

"terserah"

pintu bus terbuka dan menampilkan beberapa anak setara dengannya yang masuk ke dalam bus. salah satu dari ketiga dari mereka menyunggingkan senyumnya kepada Ghaez dan Carniest.

"di belakang yu"

"ayo"

Jaemshon langsung menarik tangan Dyava dan Reyna untuk duduk di kursi paling belakang. Reyna duduk di tengah, matanya menatap Ghaez dari belakang sana.

"itu temen kamu yang kemarin?"

Carniest hanya mengangguk dengan pertanyaan Ghaez. Ghaez mengeluarkan sesuatu dari tasnya, ia mengeluarkan hearing headnya dan memakainya.

Ghaez terdiam sebentar, lalu ia mulai bersuara.

"kenapa bisa kenal?"

Carniest mendecak.

"waktu itu Carniest minta bantuan ke kak Reyna buat beberapa materi, karna kan katanya dia juara umum berturut-turut kan? jadi Carniest nanyain ke dia"

"umm"

"kenapa nanyain? suka yaaa?" Carniest mencoba untuk menggoda Ghaez, Ghaez hanya menatap Carniest sekilas dan mengalihkan pandangannya untuk melihat pemandangan dari jendela bus.

Reyna di belakang hanya menyimak percakapan Ghaez dan Carniest yang samar-samar ia dengar, karna posisi duduk Ghaez dan Reyna cukup dekat.

"kemarin waktu belajar bareng, Dawn ngajakin makan ke rumahnya"

"HAH?!"

penumpang di bus langsung menengok ke arah Reyna, Jaemshon, dan Dyava di belakang termasuk dengan Carniest dan Ghaez.

Reyna tertawa canggung dia meminta maaf kepada semua penumpang.

"lu si ah!" Jaemshon menepuk paha Reyna.

"kok gw si? lo kali!" Reyna membalas dengan tepukan keras pada paha Jaemshon.

"stop stopp!" Dyava menengahi keduanya.

"kemarin si emang awalnya belajar, serius banget tuhh, Dawn ngasih banyak materi ke Dyava yang bisa di mengerti. kita kan diem tuh di perpus sampai jam 2 sore, terus dia bilang lapar, yaaa Dyava ajak makan lah. Dawn setuju, kita pergi lah, awalnya Dyava ngira kita bakal ke restoran atau ke cafe gitu kan. ternyata, Dyava di bawa ke rumahnya di kenalin ke orang tuanya. di ajak makan juga si"

Jaemshon sangat menyimak dengan yang di ceritakan oleh Dyava, Reyna menatap curiga pada Dyava.

"Dawn suka lo kali" celetuk Reyna membuat Dyava kaget.

"ngga ihh!" Dyava mencoba menyangkal pernyataan itu, dia langsung berdiri dan keluar karna bus sudah sampai di halte sekolah.

Jaemshon mengikuti dari belakang, dan Reyna juga mengikuti di belakang Jaemshon. mereka turun dan berlari untuk menuju gerbang, namun tidak dengan Reyna. dia terlalu malas untuk berlari.

saat Reyna sedang fokus berjalan dan tak memperhatikan sekitar, kepala Reyna hampir terbentur dengan tihang di depannya, untung saja di halangi dengan tengan Ghaez yang buru-buru menghampiri nya.

"lain kali lebih perhatikan jalan" setelah berkata seperti itu Ghaez langsung melenggang pergi meninggalkan Reyna yang terdiam.

"tangannya lembut" Reyna memegang dahi nya yang tersentuh dengan tangan Ghaez tadi.

🍂🍂🍂

10.00, waktu istirahat.

keadaan kantin sekarang sangat ramai, banyak murid-murid yang tidak jadi masuk ke kantin saking ramainya. yang di dalam kantin banyak yang tidak kebagian tempat duduk, alhasil mereka memakannya di taman, di perpustakaan, di lapang, di kelas.

"rame banget gila" ucap si wajah kucing

"tau gini gw diem aja di kelas tadi" si wajah kucing menahan temannya yang akan pergi.

"tunggu dulu Rio, lo ngga mau nyamperin dia?" yang bernama Rio itu menatap apa yang di tunjuk oleh temannya, senyumnya terukir namun kemudian wajahnya kembali datar.

"Leks gw ngga nafsu makan"

"sialan" ucap Leks sambil menatap kepergian Rio yang semakin jauh dari pandangannya. Leks menatap sinis Jayden yang jauh di sana bersama Reyna.

"lo ngapain lagi si bangsat?!" Reyna menatap tak suka pada orang yang berdiri menjulang di hadapannya.

"ngeliat orang bodoh makan" sarkas Jayden.

"yang ada lo yang bodoh" Reyna langsung pergi dari sana sambil menyenggol pundak Jayden.

Jayden merasa tak percaya, ia mengalihkan pandangannya kepada Jaemshon yang menatap tak suka dan Dyava yang hanya menyunggingkan senyum kecil.

"sialan."

Dyava melihat seisi kantin yang penuh dan tak menyisihkan kusri dan meja yang kosong, dia memberengut.

"kita makan dimana?"

"disana"

"sama orang tuli?"

Reyna tak menghiraukan omongan Jaemshon, dia langsung berjalan menghampiri meja Ghaez yang sedang duduk dengan Carniest.

"yang bener aja sama dia?" Dyava menoyor kepala Jaemshon.

"bukan rabies juga toh, dia cuman tuli, ngga bakal nular ke kamu juga" Dyava meninggalkan Jaemshon yang masih berdiri. ya, mau tak mau Jaemshon mengikuti mereka.

"hey, boleh ikut duduk" Carniest mengangguk dan sedikit menggeser untuk memberi tempat kosong. Reyna duduk di sebelah Carniest, Dyava duduk di sebelah Ghaez dan Jaemshon yang duduk di sebelah Dyava.

ntah kenapa suasana nya menjadi canggung, Carniest yang bingung ingin membuka pembicaraan seperti apa kepada senior-senior nya itu.

"kantin rame banget ya, bikin gerah" celetuk Dyava sambil melihat sekeliling kantin.

"Carniest denger karna ada menu baru yang lumayan viral di sosial media, mungkin karna itu kantin jadi padat" jelas Carniest sambil menahan canggung.

"apa menu nya?" Carniest yang melihat gerakan tangan Ghaez langsung berpikir.

"kurang tau, seperti sejenis roti menu nya" Ghaez hanya mengangguk

"belajar gerakan tangan gitu susah ngga??" tanya Dyava dengan wajah polos, Carniest terkekeh.

"awal-awal memang cukup sulit, tapi jika kakak punya tekad ingin belajar pasti lumayan gampang"

"kalian setiap hari komunikasi memakai isyarat?"

"ngga juga kak Rey, terkadang kak Ghaez memakai hearing head nya dan kita mengobrol seperti biasa"

"hearing head tuh apa?"

"alat bantu dengar"

"ohhh, berapa harga nya?"

Jaemshon menatap heran Dyava.

"ngapain lo nanya?"

"buat kamu, biar kamu bisa denger penjelas guru. biar ga nanya-nanya teruss"

"sialan"

Reyna tertawa kecil, begitu pula dengan Carniest. Ghaez menggulirkan tatapannya ke arah Reyna, senyumnya terukir.

"kak Ghaez, senyum ke siapa?"

GHAEZ (THE STORY GHAEZ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang