17. Luka Yang Memulih.

292 43 16
                                    

Beberapa orang berseragam itu masih berada di sana, entah apa saja yang mereka lakukan setelah dirinya menekan bel dan memberi tahu kalau keponakannya telah sadar. Kondisinya masih buruk tapi tanda vitalnya sudah mulai membaik. Baguslah, segera setelah pulih Jules akan dibawanya pergi saja dan selusin bodyguard akan disewanya. Berlebihan? Tidak peduli.

"Paman." Jules menggumam lirih terkejut.

Tadi seingatnya hanya ada para dokter dan perawat yang berada di sekitarnya. Tapi begitu mereka pergi segera terlihat pamannya yang berdiri tegak dengan tangan tersilang di depan dada, terlihat begitu mengerikan terutama bagi Jules yang baru saja siuman. Ini bukan pertanda baik, dirinya sudah babak belur. Apakah setelah ini akan jadi sekarat?

"Kamu, sudah bangun?" tanya Vard dengan dingin. Padahal hatinya lega bukan kepalang.

"Paman, maaf," gumam Jules ketakutan melihat ke arah pamannya. Yang diingat terakhir kali adalah ketika dirinya menumpang pada Newa dan berhenti di rumah papanya. Lalu papanya menghajarnya setelah itu entahlah.

"Memangnya apa kesalahanmu, anak muda?" tanya Vard masih dengan raut wajah yang sama.

"Maaf, aku ... pergi menemui papa, tanpa ijin." Jules bergetar mengucapkan itu.

"Jadi, itu salah?" tanya Vard berjalan mendekat.

Jules menunduk, entah salah atau benar tidak tahu. Baginya itu tidak salah tapi entah kenapa seperti salah. Beberapa bagian tubuhnya seperti sakit tapi tidak terasa sakit, entah apa ini rasanya dia tidak paham. Ada perban dan plester yang menempel pada tubuhnya, tentu saja. Masih ingat ketika benda-benda itu menghantamnya satu persatu, waktu itu sakit memang. Tapi hatinya lebih sakit.

Vard menghampiri keponakannya, hampir saja ia memeluknya kalau saja tidak ingat kalau Jules sekarang makan terluka, ya memang luka itu masih segar. Mungkin beberapa jahitan itu akan dilepas satu atau dua Minggu kemudian dan retak itu yang memerlukan waktu untuk pulih.

Kimmy sudah memanggilnya waktu itu untuk membicarakan tentang manajemen nyerinya. Trauma yang terjadi pada tubuhnya itu pasti meninggalkan rasa sakit hingga pemulihannya, wanita itu membuatnya menandatangani persetujuan tentang beberapa tindakan yang dilakukan.

"Ini, terakhir kalinya, setelah ini kita pulang." Vard bicara dengan lembut.

"Ya," jawab Jules perlahan.

"Kamu tahu sekarang? Alasanku melarangmu? Jules aku menyayangimu," ucap Vard menggenggam tangan keponakannya. "Aku marah, memang aku marah. Kamu tahu kenapa? Aku panik."

"Maaf Paman, ini tidak akan terjadi lagi. Aku ... tidak akan menemui papa lagi," ucap Jules bergetar.

"Maaf harus begini, tapi keadaannya memang begini." Vard berusaha membuat Jules paham, memang seperti ini.

Jules menggeliat pelan dan erang segera terdengar. Seluruh tubuhnya seperti terasa sakit tapi entahlah. Sebenarnya ingin berteriak atau menangis saja, wanita yang telah melahirkan telah pergi, wajahnya saja dia sama sekali tidak ingat. Mati-matian Jules ingin berdamai dengan papanya tapi pria itu malah mati-matian ingin membuatnya mati.

Wajah murung itu segera disadari oleh Vard, dipeluknya lembut pemuda itu. Jules memang sudah besar tapi yang dilaluinya sama sekali bukan hal yang mudah. Dia tidak gila saja sudah bagus. Kejadian ini pasti akan memberikan trauma bagi kesehatan mentalnya. Kimmy menjanjikan akan memberikan pendampingan mental kepadanya, semua akan baik saja.

"Uuughh," erang kecil terdengar.

"Jules," bisik Vard terlihat cemas, gagang telpon itu segera diraihnya.

"Tidak apa-apa, hanya ... sedikit nyeri," gumam Jules memaksakan senyum.

"Kalau terasa sakit, mengaku saja. Kamu bukan superman." Vard tertawa kecil memegang tangan keponakannya. "Mereka akan datang membuatmu merasa lebih baik."

Topeng Sang Pewaris.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang