Bagian 1

10 1 0
                                    

Selamat Membaca

***

Beberapa tiang penyangga tampak menopang langit-langit yang berada lima meter di atas permukaan lantai. Lapisan debu tebal tampak menutupi permukaan barang-barang yang terletak di dalam ruangan gelap itu. Sebetulnya masih ada cahaya yang berhasil menyelusup melalui beberapa jendela ventilasi mini yang terletak di dinding bagian atas. Namun cahaya itu tak mampu membebaskan ruangan ini dari atmosfer pengap. Tetap tampak gelap dan cukup menyeramkan untuk terjebak sendirian di dalam ruangan itu.

Beberapa bangku serta rak berbahan besi yang tampak menjulang tinggi, berderet mengelilingi area sisi ruangan tersebut. Sedangkan bagian tengah justru tampak kosong, hanya menampakkan lantai yang cukup luas, serta seorang gadis yang tergeletak tak sadarkan diri di bagian tengah lantai tersebut.

Kelopak mata gadis tersebut tampak terbuka, kesadarannya baru saja akan pulih secara perlahan. Namun pemandangan deretan rak serta bangku yang pertama kali ia lihat justru membuat kesadarannya kembali dalam waktu satu per sekian detik.

Gadis itu gesit membangkitkan tubuhnya. Matanya menyorot sekeliling ruangan tersebut dengan tatapan penuh kepanikan.

"Ruangan ini ... kenapa gue bisa ada di ruangan ini?"

Batin gadis itu tak tenang. Secara alami nafas gadis itu mulai terengah, jantungnya berdegup berkali-kali lipat lebih cepat dari sebelumnya. Ia bahkan mulai tak mampu menahan gemetar di sekujur tubuhnya.

Suara derap langkah kaki seseorang membuat gadis itu memutar kepalanya dengan cepat. Insting pertahanan dari perasaan tak enak yang semakin menyeruak di dadanya bahkan secara refleks membuat tubuh gadis itu berdiri sepenuhnya. Sorot matanya tampak tajam-waspada. Menatap sekeliling, mencari asal suara langkah kaki tersebut.

Lengang untuk sejenak.

Suara langkah kaki itu kini menghilang. Namun bukannya tenang, perasaan gadis itu justru semakin waspada. Sorot matanya tetap berjaga menatap area sekelilingnya. Hingga sebuah tangan tiba-tiba menarik tubuhnya dari arah belakang. Membuat gadis itu berteriak dengan sekuat tenaga.

KRIIIING...

Suara alarm dari sebuah jam weker membuat seorang gadis bangkit dari tidurnya secara mendadak. Nafas gadis itu tampak terengah. Peluh membanjiri area keningnya.

Untuk sejenak gadis itu hanya menatap area sekeliling ranjangnya. Dinding dengan cat putih, sebuah rak baju berukuran besar, sebuah rak buku, pintu kamar mandi berwarna merah muda, beberapa bingkai piagam yang tertempel di dinding, sebuah lemari mini dengan berapa piala di atasnya, meja belajar dengan sebuah laptop, juga tumpukan buku tulis yang tertata dengan rapi, serta jam weker yang masih berbunyi dengan nyaring, akhirnya membuat gadis itu menghembuskan nafasnya dengan sangat lega.

Lega... lega sekali rasanya setelah ia menyadari bahwa semua yang terjadi sebelumnya ternyata hanya sebuah mimpi belaka—seperti biasanya.

***

Seorang gadis berambut pendek sebahu tampak celingukan di area koridor kelas sepuluh SMA Taruna Bangsa. Matanya tampak menyorot ke sana-ke mari mencari keberadaan seseorang.

"Ish... Airyn ke mana sih?"

Ia tampak menggerutu kesal seraya beracak pinggang. Namun tiba-tiba matanya berhasil menangkap pemandangan seorang gadis berambut panjang yang tengah berdiri sendirian di depan papan mading.

"Eh... itu dia!"

Secepat kilat ia beringsut menghampiri gadis yang sudah sejak tadi dicari-carinya. Airyn Cantika Widjaya namanya. Gadis yang baru pindah dua bulan ke SMA elite ini adalah sepupu Kayra—si gadis berambut pendek.

TRUST!!! [ On-Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang