Bagian 2

2 1 0
                                    

Selamat Membaca

***

Sorot mata itu...

Senyuman itu...

Pikiran Airyn kini tengah menerawang sesuatu yang mendadak hinggap di benaknya sejak Kayra memperkenalkan sosok kakak kelas bernama Randi itu. Kejadian beberapa saat lalu, saat Airyn tanpa sengaja menengok ke arahnya adalah kejutan yang tidak pernah Airyn duga. Entah hanya kebetulan atau keberuntungan Airyn tidak tahu. Yang pasti dasar pikiran gadis itu kini mulai penasaran, kira-kira apa yang akan terjadi setelah ini.

***

"Ciee yang langsung salting begitu ngelihat Kak Randi."

Pikiran Airyn yang tengah menjelajah jauh kini dipaksa untuk kembali, berfokus pada suara nyaring menyebalkan yang baru saja berdenging di telinganya. Airyn dan Kayra kini tengah terduduk di salah satu meja kantin utama SMA Taruna Bangsa. Dua gelas es teh manis yang sudah dipesan sebelumnya terletak di atas meja.

Sambil menunggu pesanan mie ayam mereka yang belum datang, dapat kita lihat jika sejak tadi Airyn terus mendapat serangan-serangan menyebalkan dari Kayra. Sepertinya kali ini ia sudah mulai gusar dengan godaan-godaan dari gadis berambut pendek itu. Terlihat dari rautnya yang tampak ditekuk, juga helaan nafas jengkel yang untuk ke sekian kalinya berhasil melewati rongga pernafasannya itu.

Airyn kembali menghela nafasnya berat. "Kay, udah gue bilang kalau gue tuh enggak salting." Airyn menjelaskan dengan tegas. "Tadi gue cuman kaget aja karena dia beneran ngelihat ke arah gue," lanjutnya, berharap sepupunya itu akan berhenti menggodanya..

"Ya elah, itu tuh namanya salah tingkah Airyn Cantika... udah kelihatan jelas, masih saja ngeles."

Airyn kini tampak mendesis seraya memutar bola matanya malas. Ia tak mau menanggapi sepupunya lagi. Semuanya hanya percuma, Kayra tidak akan berhenti hingga ia lelah sendiri.

Melihat raut Airyn yang sudah benar-benar kesal, tawa kecil Kayra justru tampak. Menggoda Airyn adalah sesuatu yang sangat menyenangkan baginya, apalagi jika sampai membuatnya sekesal sekarang. Bagi Kayra menjadi orang yang menyebalkan itu sah-sah saja, selama orang yang di hadapinya adalah Airyn. Beruntung sepupunya itu memiliki kesabaran setebal buku fisika. Jika tidak, adalah suatu kemustahilan mereka bisa menjadi sepupu yang akrab hingga sekarang.

"Eh iya, by the way soal pendaftaran OSIS itu, sebenernya kelas sebelas bisa join nggak sih?" Airyn kembali membuka suara, kali ini ia berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Nah loh, katanya lo nggak mau ikut." Kayra menatap sepupunya itu sambil mengubah posisinya-bersedekap.

"Iya emang nggak mau," sahut Airyn, "emang kalau nggak mau ikutan nggak boleh tanya?"

Masuk akal juga. Pertanyaan Airyn memang tidak ada salahnya. Meskipun itu hanya jawaban cerdas Airyn supaya Kayra tidak memberikan pertanyaan-pertanyaan lain terkait keinginannya untuk kembali aktif di organisasi. Airyn sudah memikirkannya dengan sangat matang. Kembali aktif di organisasi adalah sesuatu hal yang harus ia pikirkan kembali hingga belasan kali. Apalagi jika mengingat kejadian hari itu, hari yang membuat Airyn berada di sekolah ini sekarang.

"Em... enggak salah sih, tapi kali aja kan lo beneran mau ikut." Kayra merespons dengan sedikit menyelidik. Namun Airyn tak menujukan reaksi apa pun. Ia hanya benar-benar ingin tahu tanpa bermaksud apa pun. Ya setidaknya sampai saat ini hanya itu yang ia inginkan.

Melihat sepupunya itu, Kayra akhirnya memilih menyerah. "Nanti gue coba tanyain deh ya sama ketos tercinta kita soal izin pendaftaran kelas sebelas ini."

TRUST!!! [ On-Going ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant