#19 · Sad Ending

167 33 18
                                    





🖤🖤🖤



Jantung Namjoon berdegup dengan cepat tatkala Ji Ran mengajaknya bicara empat mata, di rooftop rumah sakit. Namjoon sudah memprediksi dalam hatinya tentang apa yang akan Ji Ran bahas, karena itu Namjoon sudah mempersiapkan jawaban di kepalanya untuk menjawab semua pertanyaan Ji Ran.

Akan tetapi, sudah terhitung 3 menit berlalu namun Ji Ran belum kunjung membuka suaranya, sedangkan Namjoon terlalu penakut untuk membuka suaranya bahkan sekadar menanyakan kabar istrinya itu.

Diamnya Ji Ran adalah hal yang paling Namjoon takutkan.

“Haah~😮‍💨”

Hembusan napas berat terdengar dari mulut Ji Ran sesaat sebelum ia menoleh ke samping, ke arah Namjoon yang tampak gugup dan takut di sebelahnya.

“Jadi. . apa yang harus kita lakukan untuk pernikahan ini?” tanya Ji Ran dengan tenang. Setidaknya ia sudah bisa mengendalikan emosinya sehingga saat ini ia bisa bicara dengan tenang bersama Namjoon.

Namjoon di sisinya hanya membisu tanpa memberi jawaban atas pertanyaan to the point Ji Ran.

“...Haruskah kita bercerai?” tanya Ji Ran lagi tanpa basa-basi. Sedangkan Namjoon yang mendengar pertanyaan itu malah terkejut dengan mata melebar menatap Ji Ran.

“Aku terlalu lelah menjalani hubungan ini. Beberapa minggu yang lalu kita masih baik-baik saja tapi tiba-tiba semua berubah dalam sekejap. . Terkadang aku berpikir kalau seandainya waktu itu aku tidak mengizinkanmu berangkat ke Milan, apakah semua akan baik-baik saja? 😮‍💨 Akan tetapi setelah aku berulang-ulang memikirkannya, aku akhirnya sadar bahwa jauh sebelum kau berangkat ke Milan—kau dan wanita itu, kalian sudah terikat satu dengan yang lain di belakangku.

...Hanya saja aku tidak peka dengan perselingkuhan kalian. Aku terlalu terlena dan percaya pada sikap manismu, bahkan aku selalu merasa bangga pada diriku sendiri karena ku pikir aku satu-satunya wanita di dunia yang beruntung bisa memilikimu.

...Ck! Sialnya ternyata bukan cuman aku yang memilikimu—ada wanita lain yang juga memilikimu bahkan memiliki semua yang ada padamu.”

Ji Ran menghela napas sejenak lalu tersenyum getir. Rasa sakit yang terlalu merana di hatinya, nyatanya menyadarkan Ji Ran bahwa tidak seharusnya ia menumpuk sakit itu lebih lama lagi karena lamat laun Ji Ran sendiri yang akan mati.

I think, I’m so done with you, Kim Namjoon. I can’t hold you any longer. . The fact that you prioritize that woman more than your own family is something that I have to admit that your love is not for me anymore. . Lebih baik aku menyerah.” ucap Ji Ran disertai tetesan air mata yang mencuat membasahi pipinya.

Sedangkan Namjoon yang mendengar hal tersebut, hanya bisa menunduk sambil mengepalkan tangannya di atas paha.

“..Sekarang aku tahu bahwa tidak ada cinta sejati di dunia ini. Dan kalau pun cinta sejati itu ada—ku pikir itu hanya terjalin antara aku dan Nami. . karena hanya dia satu-satunya yang mencintaiku dengan tulus.” ucap Ji Ran lagi.

Setelah itu mereka berdua sama-sama hening. Hingga suasana hening itu dibuyarkan oleh kedatangan Anne yang tiba-tiba berlari dengan tergesa-gesa.

“J-joon..”

Dengan susah payah Anne mengatur napasnya karena perutnya yang sudah membuncit. Alhasil Namjoon datang menghampirinya dan membantu memegang tangannya.

“Ada apa?” tanya Namjoon.

Anne meneguk salivanya sejenak lalu menatap Namjoon dan Ji Ran secara bergantian. Setelah itu ia pun menjawab, “Nami. .hahhh. . . Nami tiba-tiba kritis.”

Keluarga Cemara ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang