5 - I Need You

540 64 4
                                    

"Bos? Are you okay?"

Suara Feni memecah keheningan di seisi kepalaku yang terus berdengung tanpa henti. Aku menoleh padanya, dan melihat nya sudah tampak bersiap dengan laporan dan beberapa berkas lainnya yang sedang dia peluk.

Aku bangun dari posisi menindih kedua tanganku yang terlipat diatas meja, mencoba untuk tidak menampakkan apa yang sedang kurasakan, "I'm okay.. for right now-ada apa, Fen?"

"Apa aku harus membatalkan rapat pagi ini?"

Kemudian aku terhenyak sesaat, dan memukul jidat ku sendiri. Kenapa aku bisa lupa dengan jadwal ku. Sakit kepala ku semakin hari semakin memburuk sedari kemarin. Aku terkadang bisa tidur sampai dua jam di kantor ketika tidak ada kegiatan karena benar-benar banyak hal yang harus kulakukan.

Waktu ku saat dirumah juga tersita oleh beberapa sisa pekerjaan yang belum tuntas, jadi aku hampir setiap hari bergadang dan waktu paling bisa bagiku hanya tiga jam untuk istirahat.

Menghela nafas ku sejenak, barulah berdiri dari kursiku. Kemudian benar saja, dari efek kepala ku yang masih pusing, tubuhku pun ikut linglung, sampai-sampai Feni dengan sigap menahan tubuhnya yang terasa ingin pingsan.

"Ci, kalaunya Cici tidak bisa, jangan paksain. Kita bisa mengambil jadwal lain hari." Raut wajah Feni begitu khawatir menatapku.

"Tidak, tidak apa-apa, Fen. Aku harus tetap hadir. Lagipula rapat kali ini tidak seberat kemarin, 'kan?"

"Tapi, Ci-"

Aku menghentikan protesan dari mulutnya dengan menghalangi bibirnya menggunakan telunjuk ku, "I'm fine, Feni. Okay?"

Aku tampak seperti memarahi seorang anak kecil. Sikap Feni memang terkadang terlihat manja. Namun, ku akui, di sisi lain, sifat dewasanya akan keluar pada situasi dan kondisi yang mengharuskan nya untuk profesional.

Feni tampak tidak bisa lagi membalas ku, dan akhirnya menganggukkan kepalanya dan memperbolehkan ku untuk tetap menghadiri meeting kali ini.

"Tapi tetap bilang aku kalaunya sudah tidak kuat lagi ya, Ci."

"Iya, Feni. Terima Kasih." Hah.. Dia sudah seperti adikku disini. Walau begitu pengalaman dia terhadap dunia bisnis lebih banyak dibandingkan aku.

***

"Huft.." Aku terus menghela nafas ku tak beraturan. Nyeri di kepala ku sudah tak tertahankan lagi. Tapi meeting baru saja berjalan sekitar dua puluh menit. Ini masih awal dan belum kepada pembahasan intinya.

Feni yang terus berdiri di sebelah ku terus berbisik satu pertanyaan padaku, "Sudahi saja ya, Ci?" Tapi aku terus menggeleng dan keras kepala untuk melanjutkan nya, walaupun aku sebenarnya tidak bisa mengerti apa-apa dengan pembahasan meeting kali ini, setidaknya aku menghargai mereka yang telah bekerja lembur, terutama para karyawan yang berusia sudah diatas ku.

Lambat laut, kesadaran ku mulai buram. Mataku berkunang-kunang tidak karuan. Rasanya seperti di dalam dunia fana dan aku terus bermimpi aku sedang menghitung banyak domba yang tengah melompat.

"Baik! Untuk rapat pada pagi hari ini kita sudahi sampai disini. Rapat dibubarkan, terima kasih semuanya." Feni kemudian bersuara, aku tahu rapat belum selesai sampai akhir, tapi seperti nya Feni sendiri yang tidak tahan untuk mengakhiri nya.

Setelah semua karyawan keluar, aku dan Feni adalah orang terakhir yang keluar. Selama perjalanan kembali ke ruangan ku, sapaan para karyawan tetap ku balas dengan senyum meskipun tipis, kepalaku sudah tidak kuat lagi, aku harus segera istirahat. Ocehan dari Feni pun rasanya sudah bisu di telinga ku.

I think "I'm in love with you." (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang