Bab 2

26.7K 379 33
                                    


Sepanjang perjalanan Bella tak berhenti menggerutu. Akibat semalam susah tidur tadi pagi ia telat bangun yang membuatnya kini terpaksa berdandan di dalam mobil.
Bella menyesal semalam bergadang, selain kesiangan hari ini kantung matanya juga jadi terlihat sangat jelas.

"Enggak usah berlebihan, Bella" ucap Varo, sepagi ini ia sudah mendengar ocehan tidak jelas dari Bella. Pagi hari yang biasa ia lewati dengan tenang dan damai berubah karena kehadiran gadis yang kini duduk di sampingnya.

"Buat aku penting, Om" balas Bella, sambil mengaplikasikan cream concealer untuk menutupi mata pandanya.

Karena jaraknya yang dekat, tak membutuhkan waktu lama mobil Varo sudah terparkir di parkiran basement. Namun ternyata Bella masih belum selesai juga dengan make-upnya.

"Ck, cepetan, Bella" decak Varo.

"Sebentar, 5 menit" Sambil menghembuskan nafas kesal akhirnya Varo menuruti permintaan Bella, ia menunggu sembari mengecek jadwal yang sudah dikirimkan asistennya hari ini. Namun, setelah 5 menit berlalu belum ada tanda-tanda Bella selesai juga dengan make-upnya.

"Om naik duluan" ucap Varo tak sabaran.

"Sebentar Om, tinggal pake lipstick" Tak ada waktu untuk memilih, Bella mengambil asal salah satu lipstick miliknya lalu dengan cepat ia aplikasikan di atas bibir. Setelah itu Bella mengikuti Varo yang sudah duluan turun dari mobil, dengan tangan kanan membawa koper berukuran sedang yang berisi peralatan makeup miliknya.

"Sini Om bawa" Berbaik hati Varo mencoba membantu Bella.

"Enggak usah" tolak Bella, walau bagaimana pun Varo adalah bosnya di kantor. Tak etis rasanya memerintah pada bos meskipun itu keinginan Varo sendiri.

Varo langsung mengajak Bella ke lantai 5, ruang yang biasa digunakan model-model di agensinya bermake up. Di ruangan itu sudah lumayan ramai orang karena akan ada pemotretan pagi ini.

"Ini ponakan saya" Varo memperkenalkan Bella pada Jeje, laki-laki gemulai yang menjadi leader di tim Bella.

Bella tersenyum sambil bersalaman dengan Jeje. Sebelumnya Bella sudah pernah bertemu dengan laki-laki gemulai di hadapannya ini.

Sebenarnya Bella tak terlalu asing dengan orang-orang disini, ia beberapa kali sempat menerima pekerjaan yang sama juga dengan mereka.

Setelah itu Varo memilih menyingkir, membiarkan Bella berbaur dengan yang lain. Namun ia tak benar-benar pergi, Varo kini berdiri di tempat yang sedikit lebih jauh. Memperhatikan Bella yang mulai tampak serius bersama timnya.

Bella masuk ditempatnya kini tentu saja karena nepotisme, tapi meski begitu kemampuannya sudah tidak diragukan. Itu juga yang membuat Vero berani membawa Bella.

Tanpa sengaja mata mereka bertemu, bisa Varo lihat Bella tersenyum kepadanya, lebih tepatnya seperti sebuah cengiran. Lalu setelahnya gadis itu tampak kembali serius menekuni pekerjaanya. Tak mau menganggu Varo juga memilih menyingkir. Ada banyak pekerjaan juga yang harus ia kerjakan.

****

Varo kedatangan dua orang tamu yang memang sebelumnya sudah mengabari jika mereka akan datang berkunjung. Keduanya adalah orangtua Bella, yaitu Dimas dan Lily.

"Titip Bella, Varo" ucap Lily. Jarak antara rumah dengan kantor agensi milik Varo memang lumayan jauh awalnya Bella akan menyewa sebuah apartemen yang ada disekitar kantor saja tapi Lily tak mengizinkannya. Karena Lily tak tega membiarkan Bella tinggal sendirian jauh dari orangtua, maka ia dan suaminya sepakat menitipkan Bella kepada Varo.

"Iya, Kak" balas Varo, seadanya.

"Titip Bella, jangan macam-macam" Kali ini Dimas yang berbicara sambil menatap Varo dengan tatapan penuh peringatan.

"Maksud lo apa bilang begitu?" Tanya Varo, tak terima dengan tatapan menuduh yang Dimas beri.

"Putri saya cantik" balas Dimas, tanpa harus dijelaskan tentunya Varo sudah tahu apa maksudnya.

"Kalo pun ada kesempatan gue lebih pilih bini lo. Lily lebih menarik dari pada anak lo itu" ucap Varo sambil tersenyum sinis, meski sudah berumur Lily masih sama terlihat cantik di matanya. Mendengarnya seketika membuat geraman kesal Dimas terdengar.

"Udah deh jangan mulai" ucap Lily jengah, setelah sekian tahun Dimas dan Varo masih sulit akur. Aura penuh permusuhan selalu keluar dari keduanya setiap bertemu.

Untuk meredakan suasana yang tadi sedikit menegang, Lily mengajak Dimas untuk melihat Bella. Namun, mereka hanya berani melihat Bella dari jauh, tak mau mengganggu hari pertama Bella bekerja.

Dimas dan Lily juga tak bisa lebih lama tinggal karena mereka ada urusan lain. Setelah kembali ke ruangan Varo dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk pulang.

Di jam makan siang Bella barulah mengetahui jika kedua orangtuanya tadi sempat berkunjung dari pesan yang Ayah dan Bundanya kirim. Bella yang mengetahui itu segera pergi ke ruangan Varo karena ia mengira orangtuanya masih ada disini.

"Ayah sama Bunda mana, Om?" Tanya Bella, pandangannya mengedar seisi ruangan Varo. Kosong, hanya ada Varo seorang diri.

"Udah pulang, mereka mau langsung ke sekolah Felish" jelas Varo, membuat Bella mencebikkan bibirnya.

"Nanti mereka ke rumah" tambah Varo, yang hanya Bella balas dengan anggukan pelan.

"Itu titipan untuk kamu" ujar Varo, dengan dagunya Varo menunjuk sebuah lunch bag, melihatnya wajah Bella langsung berubah berbinar kesenangan. Dengan segera Bella berjalan merain lunch bag itu.

"Kangen banget masakan Ayah" ujar Bella, apalagi saat melihat isinya adalah ayam rica-rica kesukaanya.

"Banyak banget, pasti Ayah aku yang baik sengaja lebihin porsinya untuk Om makan juga" ucap Bella, sambil memandang Varo yang terlihat serius dengan layar laptop dihadapannya.

"Enggak usah, terimakasih" tolak Varo, tanpa mau menatap Bella.

"Om harus ikut makan pokoknya" Bella berjalan menghampiri Varo lalu dengan paksa menarik tangan laki-laki itu untuk bergabung makan bersamanya.

"Ayo Om makan!" Sekuat tenaga Bella mencoba menarik tangan Varo, tapi sangat sulit seakan tubuh Varo sudah menyatu dengan kursi yang didudukinya.

"Om sudah minta Lita buat beliin Om makan" Lita adalah asisten Varo.

Tak hilang akan Bella segera pergi ke ruangan Lita yang tepat berada di depan ruangan Varo. Beruntungnya Lita belum membelikan pesanan Varo maka dari itu Bella meminta kepada Lita untuk tak membelikan apa yang sebelumnya Varo pesan.

"Udah aku minta batalin, ayo makan!" Ucap Bella, sambil tersenyum lebar.

Varo hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Malas mendengar ocehan Bella akhirnya Varo pasrah saja menuruti permintaan gadis itu.

"Sana cuci tangan dulu!" Varo yang baru duduk di sofa kembali bangkit menuruti perintah Bella untuk mencuci tangannya.

Setelah Varo kembali duduk di sampingnya, Bella memberi nasi dan lauk yang sebelumnya sudah ia bagi untuk Varo.

"Pedes banget" itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Varo setelah beberapa suap makanan masuk ke dalam mulutnya yang ternyata menciptakan sensasi sedikit terbakar. Meskipun begitu Varo tetap melanjutkan makannya dengan lahap sampai wajahnya kini sudah memerah dan keluar keringat dahi dari dan hidungnya. Toleransi Varo kepada makanan pedas memang sangat rendah.

"Pedes apanya" Berbeda lagi dengan Bella, gadis itu sangat menyukai makanan pedas.

"Faktor umur nih pasti, segini aja dibilang pedes" ucap Bella, seperti biasa diselengi ejekan didalamnya.

"Enggak usah ngehina" Varo menatap malas Bella, ada saja selipan kata hinaan untuknya.

"Aku cuma bicara fakta Om emang tua. Udah tua mana jumblo pula" ucap Bella diakhiri tawa kencangnya melihat wajah masam Varo.

"Berisik banget kamu!"

"Cepetan habisin makannya, sana kerja lagi"

****

Spam komen kalo rame sore dilanjut!!

Om Varo [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang