Bagian III "Negotiations"

2.3K 194 6
                                    

"Kau bisa saja menolak kalau kau tidak menginginkanku sebagai anak magang untuk muridmu..." Ujar Wonwoo sambil mengejar Master Kim.

Master Kim terus berjalan. Pria itu bahkan tak menoleh ke arahnya.

Wonwoo mengertakkan gigi, emosinya bergejolak.

"Sudah bertahun-tahun," celetuk Master Kim, menatap lurus ke depan. "Apa kau belum belajar terkait Perisai Mental?"

Wonwoo memelototinya, rona merah karena malu menyebar di wajahnya. "Sudah..." Ujarnya, sambil mengangkat dagunya.

"Sudah," ulang Master Kim datar. "Kau bahkan memproyeksikan emosimu dengan sangat kuat sampai bentrok dengan perisaiku, walau perisaiku sempurna."

"Tentu saja." Gumam Wonwoo pelan, sambil memutar bola matanya malas.

Mereka berjalan dalam keheningan selama beberapa saat.

Ketika mereka memasuki Ruang-T, Master Kim memberi tahu AI kemana tujuan mereka dan akhirnya berkata, "Aku tidak ingat pernah mengatakan kalau aku tidak menginginkanmu sebagai muridku."

Wonwoo mengerutkan kening, menatap sepatunya. "Kau tidak perlu mengatakan itu... Tindakanmu berbicara lebih keras dibandingkan kata-kata. Kau sudah mengabaikanku selama sebelas tahun."

Ia merasakan kilatan kekesalan yang keluar dari Master Kim saat mereka meninggalkan Ruang-T. "Ini tidak ada hubungannya denganmu. Aku orang yang sibuk... Aku tidak punya waktu untuk seorang bocah."

Wonwoo memerah. "Aku sudah delapan belas tahun... Aku bukan lagi anak kecil!"

Master Kim akhirnya menoleh ke arahnya dan menatapnya tajam.

Wonwoo balik menatapnya, wajahnya menghangat. Baiklah, mungkin ia belum bersikap dewasa saat ini, tapi tetap saja, pendapatnya benar.

"Aku tidak bicara soal umurmu," jelas Master Kim. "Usia tidak sama dengan kedewasaan seseorang. Aku berusia tujuh belas tahun saat aku menjadi Master Acolyte."

Wonwoo berusaha menyembunyikan ketakjubannya. Seorang Master Acolyte di usia tujuh belas tahun? Cara untuk membuat seseorang merasa inferior.

"Aku tidak mengatakan ini untuk membuatmu merasa rendah. Aku mengatakan ini untuk menunjukkan jika kau bisa mencapai lebih banyak hal di usiamu dari pada menjadi bocah yang emosional dan temperamental."

Wonwoo menatapnya dengan curiga. "Apa kau sedang membaca pikiranku?"

"Tidak perlu," ujar Master Kim, berhenti sejenak untuk membiarkan pemindai keamanan melakukan tugasnya. Gerbang pun terbuka dan ia memberi isyarat kepada Wonwoo untuk mengikutinya ke dalam. "Setiap emosimu tergambar jelas di wajahmu, yang hanya membuktikan maksudku."

Wonwoo mengerutkan kening. Dengan linglung, ia mengamati halaman depan yang luas dari rumah besar yang sempurna itu, namun perhatiannya sepenuhnya tertuju pada pria yang berjalan mendekat di depannya.

"Jadi kau tidak benar-benar membenciku?" Wonwoo mendapati dirinya bertanya, suaranya lebih kecil dari yang ia inginkan.

Ekspresi Master Kim menjadi agak kaku. Ia mendorong pintu depan hingga terbuka.

Wonwoo mengikutinya masuk ke dalam rumah, ke ruang tamu yang besar.

Master Kim menoleh ke arah Wonwoo dengan sedikit cemberut di wajahnya.

"Aku tidak tahu dari mana kau mendapatkan ide kalau aku membencimu. Pertama-tama, aku tidak cukup mengenalmu untuk bisa membencimu. Kedua, jika aku membencimu, aku tidak akan memilihmu dari ratusan inisiat. Aku memilihmu karena kau menunjukkan janji sebagai seorang inisiat. Hanya saja perkembanganmu tidak sebaik yang aku harapkan. Itulah sebabnya aku menyuruhmu menjalani masa percobaan." Ia menatap mata Wonwoo, tatapannya tegas tapi bukan berarti tak baik. "Ini bukan sesuatu yang mudah, Wonwoo. Aku ingin membantumu berkembang, tapi aku orang yang sibuk, dan aku tidak bisa menyerahkan diri pada murid magang yang mungkin tidak cocok denganku."

[✓] Prince's Master (MEANIE Version)Where stories live. Discover now