Four - The Cursed Prince

396 64 10
                                    

Sebelum tengah malam, mereka tiba di kediaman Sasuke yang masih berada di lingkungan Istana. Saat Sakura menginjakkan kakinya di sana, ia sedikit terlonjak karena melihat banyak pelayan yang membungkuk dan menyapanya dengan sebutan "Tuan Putri". Sakura merasa heran dan bingung, tidak tahu kapan mereka mendengar tentang pernikahan mendadak itu.

Sakura merasa sedikit tidak nyaman dengan perhatian yang tiba-tiba diberikan kepadanya. Ia tidak terbiasa dengan perhatian seperti itu dan merasa seperti sedang diawasi oleh banyak orang. Keputusan pernikahan mereka tampaknya telah menyebar dengan cepat di kalangan kerajaan.

Seperti para pengantin pada umumnya, malam setelah pernikahan adalah saat yang menegangkan bagi mereka. Malam pertama, sebuah momen yang menjadi salah satu ketakutan Sakura saat ini. Tanpa daya, ia bagaikan boneka kosong yang hanya pasrah mengikuti arahan para pelayan yang mempersiapkan dirinya untuk Sasuke.

Keceriaan yang mungkin pernah ada dalam diri Sakura terkikis sejak ritual pernikahan mereka. Ia merasa kehilangan diri sendiri dan tidak memiliki kendali atas nasibnya. Rasa cemas selalu melingkupi pikirannya, membuatnya merasa tidak mampu mempertahankan diri atau mengungkapkan keinginannya.

Gadis itu terus menghela napas lelah. Setelah dimandikan, Ia kini duduk di kursi rias dan seorang pelayan sedang menyisir lembut rambutnya. Dengan pandangan kosong, matanya melihat kearah cermin, menyoroti penampilannya yang menggunakan baju tidur tanpa lengan yang memperlihatkan bahu putihnya, dengan selendang tipis yang tersampir.

Tanpa sengaja, mata Sakura menangkap pelayan yang membantunya mencuri-curi pandang dari cermin. Ketika mata mereka bertemu, pelayan itu dengan segera mengalihkan pandangannya dengan gugup, menciptakan suasana canggung di tengah mereka.

"Siapa namamu?" tanya Sakura berusaha memecah keheningan, tiba-tiba penasaran dengan pelayan itu.

"S-saya? Shizune, nama saya Shizune, Tuan Putri," jawab pelayan itu dengan kikuk.

Sakura merasa semakin tertarik dengan Shizune. Wajah gugupnya yang terlihat manis membuatnya ingin mengenalnya lebih jauh. Sakura merasa bahwa Shizune mungkin bisa menjadi seseorang yang bisa diajak berbicara dengan lebih nyaman di tengah situasi yang sulit ini.

"Usiamu?" Sakura kembali bertanya, kini suaranya terdengar lebih keras dan berintonasi.

"Dua puluh enam tahun."

Sakura merasa sedikit terkejut mendengar jawaban Shizune. Ternyata dia salah dalam memperkirakan bahwa Shizune lebih muda darinya. Shizune lebih tua empat tahun daripada Sakura.

"Kau empat tahun lebih tua dariku, sungguh mengejutkan karena wajahmu tampak jauh lebih muda," puji Sakura dengan senyuman di wajahnya, kini ia merasa bahwa seperti menemukan seorang teman yang membuatnya sedikit mengatasi kekosongan yang ada dalam hatinya.

"Tidak, Tuan Putri. Anda tentunya jauh lebih baik," jawab Shizune sembari menunduk dengan wajah yang tersipu.

Sakura tersenyum hangat mendengar balasan Shizune. Dia merasa senang bahwa mereka sudah mulai membangun hubungan yang akrab dan saling menghargai. Rasa kesepian dalam hatinya mulai terobati sedikit demi sedikit dengan kehadiran Shizune. Setidaknya untuk saat ini, ia memiliki teman untuk mengobrol. Sebelum akhirnya ia harus menghadapi kenyataan pahit yang harus ia tanggung.

"Kau mengingatku pada Hanare," ujar Sakura pelan, menyiratkan sebuah kesedihan di dalamnya.

"Hanare?" Shizune menatap Sakura dengan penuh perhatian, tidak familiar dengan nama yang disebutkan oleh tuannya.

"Dia pelayan di keluargaku. Usia kalian sama, jadi aku kembali merindukannya."

Sakura dengan cepat menyembunyikan raut wajah sedihnya dan menggantinya dengan senyuman tipis. Dia tidak ingin membebani Shizune dengan kesedihannya, tapi perasaan rindu terhadap keluarganya dan Hanare masih terasa dalam hatinya.

ENTANGLED OF FATEWhere stories live. Discover now