Kinara tak pernah melihat orang segila Leon sebelumnya. Laki-laki itu benar-benar bertingkah seperti psikopat dengan memasang kamera pengawas di kamarnya. Maka, setelah Kinara mandi dan berganti pakaian, Kinara buru-buru menghampiri Leon di ruang tengah.
"Saya minta kamera di kamar saya dilepas," ujar Kinara dengan tegas ketika dia sudah berdiri di hadapan Leon.
"Kenapa? Apa kamu menyimpan laki-laki lain di sana?" tanya Leon dengan tenang meski wanita yang baru dinikahinya ini terlihat akan meledak saat ini di hadapannya.
"Jangan bercanda, deh. Ini namanya pelanggaran privasi! Saya memang bawahan kamu sekarang, tapi tolong perlakukan saya seperti manusia."
"Hukum pelanggaran privasi di negara ini gak sekuat yang kamu kira, Kinara. Lagi pula kamu adalah Hulk," jawab Leon lalu meraih es kopinya. Dia menyedot es kopi itu dengan tenang sambil menonton sebuah video di layar laptopnya dengan raut wajah datar seperti biasanya.
"Hulk?!"
"Gak akan ada masalah dengan kamera pengawas itu ..." Leon menggantungkan kalimatnya, lalu menoleh ke arah Kinara sambil memutar kursinya menghadap wanita ini, "... Kecuali kamu ganti baju di kamar lagi."
Kinara menahan napasnya kuat-kuat, kedua tangannya mengepal erat. Belum satu hari saja dia bersama Leon, rasanya dia hampir gila.
Leon yang melihat reaksi Kinara, mulai berpikir apakah dirinya yang berlebihan atau Kinara?
"Sana tidur."
"Gimana saya bisa tidur sementara ada kamera yang mengawasi?" balas Kinara kesal. Namun, Leon tak menjawab. Dia kembali memutar kursinya ke hadapan layar laptopnya, seolah mengabaikan Kinara yang terlihat masih kesal.
Seperti dugaannya, Kinara akhirnya menyerah dan pergi dari hadapannya. Leon meraih mouse-nya dan memindah slide layar laptopnya menuju kamera di kamar Kinara.
Sejauh ini, Leon belum berhasil menyelipkan penyadap apapun di ponsel Kinara. Hanya ini yang bisa dia lakukan untuk mengawasi wanita itu. Bagaimana pun, Leon belum mempercayai Kinara 100%. Kinara masih berkemungkinan membocorkan identitasnya pada kerabatnya, entah disengaja atau tidak.
Sekarang, wanita itu kelihatan sedang berjalan-jalan di sekitar kamarnya, seolah sedang memikirkan sesuatu atau mencari sesuatu. Leon penasaran, apakah Kinara menyadari bahwa dia juga memasang alat penyadap suara di kamar itu? Namun, Kinara malah mendekati rak buku, melihat-lihat buku di sekitar sana. Dia kelihatan tak tertarik, karena langsung menaruh buku-buku itu kembali ke tempatnya.
Kemudian, Kinara berjalan ke mejanya. Meraih sebuah buku catatan. Leon tahu buku catatan itu milik Zidan. Rupanya wanita itu sedang mempelajari tugas-tugasnya. Selama membaca, Leon memerhatikan perubahan-perubahan ekspresi Kinara. Dahinya mengerut, kadang alisnya terangkat, kadang kedua matanya membulat. Ia tak percaya, dia bertemu dengan seseorang yang sangat ekspresif seperti Kinara. Mulutnya terlihat mengoceh sesuatu. Leon segera meraih earphone nya, lalu memasang di telinganya.
"Belum lagi ngurus makan siang sama makan malam. Dia sama sekali gak makan nasi? Eh ... Emang ada alien makan nasi?" Kinara tertawa sambil menatap buku catatan tersebut.
"Segala taruh kamera di kamar. Emang aslinya dia mesum aja! Lama-lama persis banget kaya psikopat gila yang ngawasin sanderanya," celoteh Kinara tak habis menggerutu. Lalu, dia menoleh ke arah kamera yang terpasang di kamarnya.
"Gak denger kan? Dasar alien mesum! Psikopat!" tukas Kinara sambil membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Lalu, ia menarik selimutnya sampai menutupi wajahnya.
Sementara itu, Leon malah tertawa pelan mendengar umpatan Kinara padanya. Jika saja Kinara tahu dirinya memasang alat penyadap suara juga di kamarnya, mungkin wanita itu akan semakin mengamuk.

YOU ARE READING
My Crazy Husband
RomanceTak pernah Kinara bayangkan ia akan menjadi seorang istri dari orang seaneh Leon sekaligus agen rahasianya. Meski pernikahan mereka hanya berlandaskan sebuah perjanjian, menjadi istri Leon tentu bukanlah hal yang mudah. Hingga Kinara merasa kalau a...