Chapter 16

398 31 2
                                    

Mobil Leon sudah terparkir di depan pekarangan rumah Kinara. Namun, Kinara benar-benar masih merasa ragu dengan rencana Leon kali ini. Semakin banyak Leon bertemu keluarganya, semakin mereka akan menyadari betapa anehnya Leon dan hubungan mereka yang canggung.

“Pak Leon, saya tahu Pak Leon sedang menjalankan misi untuk terlihat normal. Tapi bukannya kalau -”

Seharusnya Kinara tak perlu repot-repot bicara karena Leon yang keras kepala dan seenaknya itu tak mungkin mendengarnya. Tak ada yang bisa Kinara lakukan selain menyusul Leon keluar mobil sambil membawa beberapa bingkisan yang dibelinya ketika dalam perjalanan.

“Kinara!” sapa Dewi begitu Kinara dan Leon sampai di depan rumah. Wanita paruh baya itu seolah sudah menunggu kedatangan mereka hingga langsung menyambut keduanya.

“Mari-mari silakan masuk,” ucap Dewi dengan antusias mempersilakan mereka.

“Papa masih di koperasi, ya Ma?” tanya Kinara.

“Sebentar lagi juga pulang, Mama kan heboh banget telepon Papa supaya cepet pulang karena anak kesayangannya mau dateng,” sahut Eva dari dalam rumah menghampiri Kinara untuk membawakan bingkisan yang Kinara bawa.

“Nak Leon,” panggil Dewi saat menyadari menantunya itu malah berbalik dan berdiri di depan sangkar burung yang digantung di pinggir beranda rumah. Karena itu, perhatian Kinara dan Eva pun tertuju pada Leon.

“Apa perumahan di sini menjadikan burung semacam … jimat?” tanya Leon masih menatap burung di dalam sangkar yang terus bergerak-gerak. Jika Kinara di sana, mungkin harus mendongakkan kepala, tetapi karena Leon tinggi, sangkar burung itu ada di hadapan wajah Leon.

Menderngan pertanyaan Leon barusan, sontak Eva menatap Leon dengan mengiriyitkan kening, lalu menoleh pada Kinara yang diam tercengang di tempatnya.

“Oh … enggak, kok. Itu cuma jadi peliharaan aja,” jawab Dewi terkekeh.

Leon berbalik, kemudian dia tersenyum ke arah Dewi. “Saya lihat hampir di setiap rumah ada sangkar burung,” ucap Leon sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar sambil sesekali menunjuk ke arah sangkarnya. Hingga dia menemukan seseorang berjaket denim dan topi yang langsung bersembunyi di balik salah satu rumah. Ternyata benar, orang itu akan mengikutinya sampai ke sini, dan dia berhasil menemukan orang itu tanpa perlu menimbulkan gerakan mencurigakan.

“Masuk aja, yuk. Gak enak di luar, udah gelap juga,” ucap Kinara buru-buru mengalihkan perhatian ibu dan adiknya dari keheranan mereka melihat sikap Leon. Siapa yang tak merasa aneh dengan pertanyaan konyol laki-laki ini?

Kinara membiarkan ibunya mengoceh panjang lebar mencceritakan tentang keluarganya. Dan agar perhatian ibunya tak tertuju pada Leon yang sejak tadi hanya diam sambil duduk di kursi dengan kaki menyilang itu, Kinara terus menanggapi ucapan ibutnya.

“Nak Leon, gimana? Kinara gak merepotkan selama ini, kan? Dia itu emang agak cerewet, tapi aslinya baik.”

“Sebenarnya, Bu. Bukan agak cerewet, tapi sangat cerewet. Hampir setiap hari dia protes tentang ini dan itu, apa biasanya dia begitu di rumah?” Leon melirik ke arah Kinara yang seperti dugaannya mulai merasa gelisah, seolah akan meledak beberapa menit lagi karena ucapannya. Bahkan, Eva yang mendengarnya saja sudah hampir tertawa. Menurutnya, jawaban kakak iparnya itu sangat-sangat diluar dugaannya.

My Crazy HusbandWhere stories live. Discover now