2. Terlanjur Nyaman

280 21 2
                                    

Aku dan Rony terus menjalin komunikasi. Kita hanyut dalam rasa nyaman yang salah. Memang benar, sekali berbohong akan terus berbohong. Bagaimana tidak, aku membohongi Alvin sampai sekarang. Dia tidak tahu sama sekali dengan komunikasi aku dan Rony. Begitupun dengan Rony, dia pun berbohong pada Tari dan menyembunyikan ini semua.

Rony selalu memberitahuku, kapan dia akan pulang ke Jakarta. Karena jika dia pulang, berarti kita tidak ada komunikasi sama sekali. Dan aku pun tidak masalah sebenarnya, mau kita komunikasi atau pun tidak, kita hanya dua manusia yang tidak akan pernah bersatu.

Aku memang hanyut dalam kenyamanan komunikasi bersama Rony, tapi aku pun selalu jatuh cinta setiap harinya dengan suamiku Alvin. Tidak bisa aku pungkiri, aku membutuhkan Alvin dalam hidupku. Walaupun, terkadang aku pun jengah dengan kelakuan mamah dan kakak nya Alvin. Terkadang aku pun berfikir, kalau seumur hidup aku tidak disukai oleh mamah dan kakaknya Alvin, apakah aku sanggup? Pemikiran seperti itu seakan terjawab dengan hadirnya Rony.

Rony dengan sikapnya yang Act Of Service, membuatku merasa menemukan sesuatu yang belum aku temukan dari Alvin. Seperti halnya Rony selalu memberi aku kabar, selalu menghubungiku lebih awal, menelefonku ketika aku sedang bekerja walaupun hanya sekedar untuk menanyakan apa kabar atau sudah makan. Hal yang mungkin sederhana kedengarannya namun mampu membuat aku seperti di ratukan. Alvin bukannya tidak pernah, dia hanya type laki-laki yang sangat simple dan tidak memperdulikan sekitarnya. Aku tahu sikap dan sifatnya memang dingin, jadi aku tidak mempermasalahkannya. Namun ketika Rony datang kembali, aku memang merasa lebih nyaman bersama Rony.

Setelah aku dan Alvin shift sore, kita melakukan deep talk sebelum tidur.

Alvin: kamu cape gak hari ini?

Aku: engga, kenapa?

Alvin: kita jalan yu besok? Kamu libur kan?

Aku: iya boleh, udah lama weekend kita gak main. Eh, tapi besok ada undangan pernikahan kakak kelas SMA ku. Mau dateng engga?

Alvin: boleh, kita berangkat bawa Alshad ya?

Aku: oke, nanti aku siapin bajunya.

Alvin: iya sayang, kita tidur yu? Udah malam juga.

Aku: iya mas, makasih ya.

Alvin: iya sayang.

Setelah itu aku dan Alvin pun tidur. Kita sama-sama terlelap karena lelah dengan segudang aktivitas di siang hari.

Besoknya, aku dan Alshad sudah siap, disusul oleh Alvin yang juga sudah siap untuk berangkat ke undangan pernikahan kakak kelasku. Kami menggunakan pakaian batik senada, sederhana namun elegant. Kamipun berangkat dan Alshad pun sangat senang karena bisa jalan bareng sama aku dan Alvin. Karena kesibukan aku dan Alvin, memang membuat kami bertiga jarang sekali jalan bareng.

Saat sampai di tempat pernikahan kakak kelasku itu, aku bertemu dengan seseorang yang sangat tidak asing. Iya benar, aku bertemu dengan Rony. Ternyata Rony dan istrinya datang juga ke perinakahan Kak  Rose. Rony pun membeku ketika melihatku datang bersama Alvin dan Alshad. Aku mencoba mencairkan supaya supaya tidak menjadi curiga.

Aku: eh hai Ron, apa kabar? (Aku menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dengannya)

Rony: eh hai sal, baik. Lu apa kabar? (Rony membalas jabatan tangan Salsa)

Aku: baik, eh kenalin ini suami gue Alvin, dan ini anak gue Alshad.

Rony: oh iya halo, senang bertemu kalian. Kenalin juga ini istri gue Tari, dan ini anak gue Kevin.

Aku: halo mba, lucu banget anaknya. Kayanya seumuran ya mba?

Tari: hai sal, iya kayanya seumuran. Anak aku lahir bulan februari nih.

Aku: wah anakku bulan januari nih. Beda sebulan ya.

Tari: oh iya kebetulan ya, bakal jadi temenan nih kalau udah gede.

Aku: haha bener mba, aku setuju.

Setelah berbincang-bincang, aku pun berpisah dengan Rony. Sempat bingung mau ngomong apa, tapi untung tidak ada yang curiga sama sekali.

Tapi, ketika aku bertemu dengan temanku yang bernama Eza, dia adalah adik dari istrinya Rony, semuanya buyar. Terjadi percakapan antara kami.

Eza: hei sal.

Aku: eh Eza dateng juga?

Eza: iya dong, eh lu udah ketemu mantan lu?

Alvin: mantan? Siapa?

Eza: lah, Rony kan mantannya Salsa, lu gatau vin?

Alvin: oh pantes anteng banget tadi mereka ngobrol. Ternyata mantan.

Eza: eh sorry, gue gak tau. Gue pamit deh, bye.

Aku: ih Eza mah.

Alvin: kenapa? Kok gak cerita?

Aku: iya nanti di rumah aku cerita mas.

Alvin: iya ditunggu penjelasannya ya, Ca.

Aku: hmmm mulai, iya mas.

Alvin, adalah orang yang tidak pernah marah kepadaku. Tapi kalau dia sudah manggil "Salsa atau Caca", itu tandanya bahwa Alvin sudah marah. Dan sekarang, aku sedang takut. Takut kalau akhirnya Alvin curiga dan tahu kalau aku selalu menjalin komunikasi dengan Rony.

Sedangkan di lain tempat, Rony sedang hanyut dalam fikirannya sendiri. Dia ingin ngobrol lama dengan Salsa. Penampilan Salsa dimata Rony, sangatlah cantik. Rony benar-benar sudah hanyut dalam kenyamanannya bersama Salsa. Lalu bagaimana dengan Tari? Ternyata, Tari sedang asik sendiri ngobrol bersama laki-laki yang mungkin satu angkatan bersamanya. Siapa yang bersama Tari? Ada hubungan apa mereka? Rony pun mencoba berfikir positive, bahwa mereka hanya temannya Tari.

Tak Lekang Oleh WaktuWhere stories live. Discover now