7. Pulang Terlambat

55 12 6
                                    

Suara jarum jam dan siaran televisi mengisi ruangan beradu dengan suara umpatan Yafis yang asik bermain dengan ponselnya. Waktu semakin larut, saat ini hampir menjelang tengah malam namun Juan masih terjaga di ruang tengah sementara Yafis berada diruang makan yang tidak jauh dari sana.

Pikiran Juan tidak sepenuhnya berada di sana, tidak sepenuhnya fokusnya pada televisi yang menyala bahkan ia tidak perduli pada kehebohan Yafis yang asik sendiri yang sebenarnya membuatnya terganggu.

Sesekali Juan melirik jam dinding, kemudian melihat kearah luar dan menghela nafasnya. Jika Juan tidak perduli pada kehebohan Yafis, berbeda dengan lelaki itu. Yafis terlihat menoleh pada sahabatnya itu setiap kali mendengar sahabatnya menghela nafasnya.

Untuk yang kesekian kalinya Yafis mendengar Juan menghela nafasnya. Ia yang memang sejak tadi penasaran apa yang membuat temannya tampak kesal, pada akhirnya bertanya.

"Lo kenapa belum tidur?"

"Ni anak-anak cewek pada kemana sih? Ini udah jam berapa cobak? Kok pada belum pulang." Jawab Juan kesal.

Mendengar jawaban Juan, kini Yafis menghela nafasnya. "Yaelah gue kirain lo kenapa. Udah lah biarin aja, mereka kan udah gede ini. Ntar juga balik."

Juan yang mendengarnya, menatap Yafis sinis sementara yang ditatap tidak menyadarinya.

"Heh meskipun mereka udah segede gimana juga mereka tuh anak cewek. Gak baik ada diluar rumah sampek malem tanpa ada yang jagain."

"Palingan si Jihan pergi sama Gama. Udah lo gak usah khawatir, mereka pasti balik." Ucap Yafis masih dengan santai.

"Gak bisa. Gue harus tegas sama mereka. Gue gak mau ya mereka seenaknya gini. Mentang-mentang tinggal dirumah gue jadi bebas keluyuran sampek jam segini." Omel Juan.

"Kayak ibu kost aja lo." Gumam Yafis.

Juan bangkit dari duduknya dan melangkah menuju pintu masuk. Ia berdiri disana dan melihat lurus kedepannya namun, tidak ada siapa-siapa disana.

Juan merogoh saku celananya dan mencoba menghubungi seseorang namun, ia mengurungkannya saat ia mendengar seseorang membuka gerbang rumahnya.

"Dari mana lo?" Tanya Juan saat Jihan berada tepat di hadapannya.

"Ada urusan, Juan." Jawab Jihan santai.

"Gue masuk dulu ya. Gue mau istirahat, capek banget nih." Ucap Jihan melangkah masuk namun Juan menahan lengannya.

"Tunggu dulu. Gue mau ngomong."

Melihat Juan dan Jihan di ambang pintu, Yafis mendekati keduanya dan pandangannya langsung tertuju pada Cecil yang baru saja memasuki pekarangan rumah, melangkah lesu.

"Lah tuh Cecil udah pulang." Ucap Yafis membuat Jihan dan Juan menatap kearah Cecil.

"Loh ngapain kalian ngumpul disini?" Tanya Cecil saat tiba di hadapan ketiga temannya.

"Kita lagi nungguin elo." Jawab Yafis gemas.

Cecil tersenyum tipis, merasa tidak enak hati pada si pemilik rumah, Juan yang saat ini terlihat kesal.

"Dari mana lo baru pulang jam segini?" Tanya Juan.

"Gue habis kerumah tante Dinda." Jawab Cecil lemas. Teringat akan hasil kerja kerasnya hari ini yang berakhir ditangan tantenya.

"Hah? Ngapain lo ke tempat penyihir itu?" Kini Jihan yang bertanya.

"Pasti tuh penyihir ada maunya kan ke lo?" Tebak Yafis tepat sasaran. Namun, Cecil enggan membahasnya dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Jihan dan Yafis.

Live Together With Or Without Love?Where stories live. Discover now