11. Perhatian Seorang Sahabat

45 5 0
                                    

"Kalian ngapain ke sana?" Tanya Juan.

"Ada perlu sama Mega." Jawab Jihan seraya memainkan ponselnya.

"Yafis gak kuliah? Biasanya kan bareng lo." Kali ini Cecil bertanya.

"Gak masuk hari ini gak tau kenapa, gak ada kabar juga. Semalem juga gak pulang." Jelas Juan.

"Gila tuh anak, kalau sampek bokapnya tau dia main-main kuliahnya, bisa dicabut tuh fasilitas yang dia pakek." Ucap Jihan.

"Eh lo ini balik kemana? Ke apartemen Gama?" Tanya Juan mengingat semalam sahabatnya itu juga tidak pulang ke rumahnya.

"Enggak. Ke rumah lo." Jawab Jihan.

"Eh Hugo tambah cakep ya?" Kini Jihan meminta pendapatnya pada Cecil. Yang ditanya menatap Juan yang duduk di sampingnya, sedang menatap lurus ke jalan.

Cecil hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Jihan.

"Lo kenapa sih cuek banget sama Hugo?" Kini Jihan bertanya pada Juan.

Juan diam, sementara Cecil menoleh menatap Jihan dan memberi isyarat pada Jihan untuk berhenti membahas Hugo. Jihan mencebikkan bibirnya menatap Cecil namun, Jihan tetaplah Jihan yang tidak perduli pada isyarat dari Cecil untuk berhenti.

"Lo gak boleh gitu, Juan. Hugo dan lo sekarang jadi saudara. Mau gimanapun Hugo kan gak ada salah sama lo." Lanjutnya.

Hening sesaat kemudian Cecil bersuara.

"Emang lo sama Mega ada urusan apa, Ji? Gue baru tau kalau kalian deket."

"Gak deket sih cuman Mega minta tolong promoin baju senamnya. Dia kan punya butik." Jawab Jihan.

Cecil hanya mengangguk. Itulah cara Cecil menghentikan Jihan membahas Hugo, dengan cara membahas hal lain tentang Jihan.

"Nanti sore temenin gue jogging yuk?" Ajak Jihan tiba-tiba.

"Gue kerja, Ji." Jawab Cecil.

"Ah lo mah kerja mulu. Ikut gue aja yuk jadi selebgram."

Cecil tertawa seraya menoleh kebelakang, menatap Jihan yang duduk sendirian. "Mana bisa, gue kan gak kayak lo yang cantik, pinter gaya, pinter bergaul."

"Lo kan juga cantik, Cecil. Lo pinter bergaul juga. Lo lupa siapa yang ngajak gue berteman duluan pas SMA? Elo kan?"

"Itu kan dulu, Ji. Sekarang gue malu."

"Kalau lo jadi selebgram dengan wajah lo itu, lo gak usah kerja ini itu."

"Ngaco lo."

"Iya kan, Juan. Cecil cantik kan?" Kini Jihan meminta pendapat Juan.

Juan menoleh, menatap Cecil yang juga tengah menatapnya dan menjawab. "Iya cantik."

"Tukan, lo tuh cantik banget, Cil. Kalau lo mau, gue bisa ajarin lo kok."

"Kalau gue jadi selebgram, entar lo kesaing dong." Goda Cecil.

"Ya enggak lah. Lo kan sahabat gue, mana ada saing-saingan gitu." Ucap Jihan dengan tulus.

"Lakuin aja apa yang kalian pengenin dan apa yang nyaman buat kalian sendiri. Jangan melakukan apapun karena permintaan orang lain." Nasehat Juan bersamaan dengan mobilnya yang masuk ke pekarangan rumahnya.

"Nah tuh Yafis udah balik." Ucap Jihan saat melihat Yafis bersandar di mobilnya, menatap ke arah mereka.

"Dari mana sih udah siang gini?" Tanyanya dengan wajah kesalnya pada ketiga sahabatnya yang melangkah kearahnya.

Live Together With Or Without Love?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant