1

217 13 0
                                    


2 tahun kemudian

Aku menghirup dalam-dalam aroma musim gugur yang begitu menenangkan jiwaku. Meskipun dingin mulai menggigit sampai tulang dan kami mulai mengenakan mantel hangat, hal itu sama sekali tidak menyurutkan perasaanku, bahwa aku sangat menyukai musim gugur di Canada.

Dua tahun lalu, aku datang ke tempat ini pada saat musim gugur. Mungkin itulah mengapa aku menyukai musim yang bagi kebanyakan orang terasa sangat sendu ini. Musim gugur seolah sedang memberiku ucapan selamat datang padaku yang waktu itu patah hati terlalu dalam. Musim gugur menyapaku, mendekapku dan seolah mengerti akan isi hatiku.

Aku sudah terbiasa tinggal di sini, bahkan sekarang aku merasa jika telah terlahir kembali. Hari-hariku yang sepi dan sendiri justru menyembuhkan lukaku. Aku menangis di malam harinya, kemudian mencoba kembali bangkit di pagi hari. Berjalan ke kampus, lalu mendengarkan dosenku ketika mengajar. Itulah kenapa ketika kuliah S2 sudah kuselesaikan sebulan yang lalu, namun aku belum berfikiran untuk kembali ke Indonesia.

Trauma?

Mungkin. Sejujurnya aku masih takut untuk bertemu lalu menghadapi masa laluku. Ya, Jakarta luas. Namun bukankah justru kita akan sering bertemu tanpa sengaja dengan orang yang bahkan tidak ingin kita temui?

"Julia.....!" suara seseorang menjeda kegiatanku. Aku sibuk dengan segelas kopi panasku di sebuah café. Di serambi café ini, aku bisa melihat indahnya daun-daun menguning.

"Jane!" aku tersenyum kemudian melambai.

Perempuan yang ku panggil Jane itu mempercepat langkahnya. Ia adalah seorang wanita berkebangsaan Jerman, dan juga teman seangkatanku. Kami cukup akrab, dan sering hang out bareng. Bahkan Jane sudah tau tenang masa laluku. Aku menceritakan semua padanya. Ya, karena aku mempercayainya.

"Sorry....aku memiliki banyak kegiatan hari ini." Perempuan berambut pirang itu duduk di depanku. Jane memang akan kembali ke Jerman dua hari lagi, sehingga hari-harinya disibukkan dengan packing dan mengurusi segala hal untuk kepindahannya.

"Tidak apa-apa. Aku juga sedang menikmati kopiku." Sahutku sambil menyesap kopi. Aku memang sedang asyik menikmati kopiku, dan bahkan tidak menyadari jika Jane datang terlambat.

"Bagaimana dengan barang-barangmu? Apa kau sudah selesai mengemasnya?" aku meletakkan kembali cangkir kopiku di atas meja.

"Ya....hampir selesai. Steven akan datang menjemputku besok, sehingga lusa nanti kami akan pulang bersama-sama." Steven adalah kekasih Jane, dan mereka berencana untuk menikah tahun depan.

"Syukurlah, setidaknya kau memiliki seseorang yang sangat bisa kau andalkan honey....."

"Sebenarnya kau juga memilikinya Julia..." kekah Jane, bersamaan dengan secangkir kopi yang muncul dari dalam café. Aku memang sudah memesankan kopi untuk Jane dan meminta waiters untuk menyajikannya ketika Jane tiba.

"Thanks....." kata Jane kepada pelayan pria itu, dan sang pelayan hanya tersenyum.

"Kau tidak usah membuat segala sesuatu menjadi rumit!" elakku ketika waiters itu sudah pergi. Aku tau apa yang Jane maksud.

"Alarick adalah pria yang baik kau tau?!" Alarick adalah seorang pengusaha muda yang ku kenal disini. Ia terkenal baik, dan juga pengertian padaku. Meskipun ia tak pernah menyatakan perasaannya, namun aku tau jika ia memiliki perasaan terhadapku. Ayolah, seseorang yang jatuh cinta akan terlihat dari bagaimana ia memperlakukan orang yang disukainya. Dan itu sangat jelas terlihat dari sikap Alarick padaku.

"Kami hanya bersahabat Jane. Tidak lebih." Entah sudah keberapa kali aku mengatakan hal ini pada Jane tentang hubunganku dan Alarick.

"Ayolah Julia, aku tau kau menyadari bahwa Alarick menyukaimu. Apa yang kau tunggu? Dia berkebangsaan sama denganmu, dan juga bukankah dia sangat manis? Demi dirimu ia rela menghabiskan banyak waktunya di Canada, padahal ia begitu sibuk."

Klandestin 2Where stories live. Discover now