3

129 12 0
                                    

Rosa benar, kepalaku langsung pusing mendadak dan berasa ingin pingsan saat melihat sosok yang sama sekali tidak ingin aku temui atau setidaknya tidak ingin aku lihat secepat ini saat badanku masih sangat lelah dan juga jetlag. Namun kenyataannya ia justru berdiri di belakangku, dan tersenyum ke arahku.

Nyaris tanpa dosa!

Aku terpaku dengan mata membola. Pasti saat ini ekspresiku sangat lucu dan menggelikan. Namun sejujurnya, aku tidak tau harus berkata apa. Denyut jantungku yang sudah mulai normal setiap ingat dia, kini justru kembali berdegup kencang. Sama seperti saat pertama kali bertemu dengannya di restoran beberapa tahun lalu.

Sialan!

Usahaku move on dua tahun ini berakhir dengan sia-sia.

"Apa kabar Jul...." tanyanya santai sambil mengusap tangannya dengan tissue. Sepertinya ketika aku datang tadi, ia sedang sibuk mencuci tangannya di sudut ruangan, dimana wastafel berada. Pantas aku tak melihatnya. Atau karena aku yang hanya memfokuskan mataku pada papa?

"Ma, kenapa dia disini?!" bukannya menjawab pertanyaan Reinard, aku justru menoleh pada mama yang duduk di sampingku.

"Ya memeriksa keadaan papa lah. Orang Reinard dokternya papa." Sahut mama santai.

Aku melongo, kali ini ku toleh papa dengan penuh keheranan. "Papa sudah sreg sama Reinard Jul...." sahut papa sambil tersenyum bahkan sebelum kalimatku keluar dari dalam kerongkongan.

Aku menelan saliva susah payah. Ingin melayangkan protes agar berganti dokter spesialis saja, atau pindah rumah sakit sekalian. Tapi melihat kondisi papa yang terlihat sehat dan bugar, sepertinya aku akan sangat egois dengan mengesampingkan kesehatan papa demi diriku sendiri hanya untuk menghindari mantan suami.

Ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Tapi aku benar-benar benci situasi sekarang. Setidaknya Reinard bisa datang menemuiku besok ketika lelahku sudah hilang dan moodku membaik.

"Jul, kamu belum jawab pertanyaanku. Gimana kabarmu?" kembali Reinard mengajukan pertanyaan yang sama padaku.

Aku menoleh padanya.

Hah....em....hmmm.....aku baik." Sahutku gugup. Aku bingung harus bersikap seperti apa di depannya. tanpa ku sadari aku meremas-remas jemariku sendiri.

Tuhan.....apa yang harus aku lakukan? Bukankah rasanya tidak adil ketika aku harus kembali bertemu dengannya setelah hari-hari panjang selama dua tahun aku mencoba untuk tidak mengingatnya lagi?

"Mbak ketemu mantan suami kok kayak ketemu artis sih? Gugup!" ejek Rossa yang duduk sambil makan jeruk di sofa.

aku menatapnya dengan kesal, pipiku merona menahan malu. Apa aku terlihat sangat gugup di depan Reinard? Padahal pria itu bersikap biasa saja padaku. Seperti tidak terjadi apa-apa. Atau ini terjadi karena dia sudah melupakanku? Secepat itukah?

Papa terkekah, begitu juga mama. Apa-apa'an sih?! Bukannya menolongku dari suasana tidak jelas ini, mereka justru memperolokku. Tau begini, aku tidak usah pulang!

"Sudah pa....ma....Ros.....jangan ejek Julia lagi. Dia kayaknya lagi shock berat."

Papa, mama? Reinard masih memanggil kedua orangtuaku dengan sebutan papa mama?

"Harusnya manggilnya om tante dong. Kenapa papa mama?!" sahutku sewot.

"Ya suka-suka Reinard lah Jul. orang papa sama mama juga gak keberatan."timpal papa.

Aku semakin kesal, mana ada orangtua yang masih membela mantan mantunya di depan anak kandungnya sendiri?! Apalagi mantan mantunya itu sudah membuat anak perempuannya nyaris hampir gila.

Klandestin 2Where stories live. Discover now