Zwei

2K 45 0
                                    

Sonntag (Minggu)

08.50

Selepas sarapan, Nayla menunggu di depan rumahnya sambil menjahit sebuah kain flannel yg akan ia jadikan boneka.
Ya, ia akan membuat puppe.
Boneka Digen.
Nayla ingin memberitahu ibunya, tetapi Nayla takut ibunya akan marah krn ia sudah merusak barang milik org lain.
Kalau beli sendiri? Sangat tidak mungkin.
Kenapa? Ya karna Nayla masih umur 12 tahun. Ia tidak punya uang untuk membeli boneka mahal milik Digen.

"Hufff tangan ku pegal sekali menjahit ini, ditambah dinginnya salju aku jadi ingin tidur saja di kamar. Tidak boleh nay!! Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan mu sendiri seperti kata Papa. Semangat diriku sendiri!!" Kata Nayla menyemangati dirinya sendiri.

"Hai Winzig,"
(Imut)

Nayla mendongak dan melihat Digen yg berada di depannya sedang tersenyum manis.
Apakah Nayla terpesona? Tidak sama sekali.

"Hai Digen,"

"Apa yg sedang kamu lakukan?"Tanya Digen.

"Aku sedang menjahit boneka untuk mu."

"untukku? Apakah aku menyuruh mu?"

"Nein."
(Tidak)

"Lalu? Mengapa kamu malah menjahit sampah ini? Buang kain dan peralatan lainnya."

"Maksud mu?"

"Buang."

"Kenapa di buang? Ini masih bagus dan layak di pakai."

"Tidak. Sangat tidak layak di pakai. Sampah ini sudah membuat Naylaku kecapean. Jadi buanglah hal tak berguna."

"Apa maksu-"

Brak

Digen mengambil semua alat dan bahan jahit milik Nayla dan membuang nya di tempat sampah.

"Selesai."

"Sekarang saat nya kamu menjadi boneka kesayanganku."

Digen menarik tangan Nayla untuk menuju ke rumah Zach.
Entah apa yg akan dia lakukan.

"Lepas!!"

"Tidak akan pernah aku lepaskan sayang."

"Ihh kita mau kemana sih?!?!!"

"Kerumah org yg sebentar lagi akan tinggal nama."

"HAH?!?!?!!"

"Aku tidak mau mati muda hiks hiks,"Nayla menangis krn ia pikir ialah yg akan tinggal nama.

"Hahaha dumm,"Gumam Digen.
(Bodoh)

Mereka sampai di rumah Zach.
Digen mengetuk pintu rumah Zach dan seseorang membukanya, ia adalah Zach.

"Mau apa kamu kesini bocah idiot?"Sapa Zach.

"Sepertinya kamu sangat membenci diriku ya?"

"Iya. Ada masalah? Dan kenapa kau membawa gadis kemarin kesini dengan keadaan menangis?"

"Nayla milikku sekarang dan selamanya. Dan aku sudah menyiapkan peti mati untuk mu. Tenang saja warnanya sesuai dengan selera mu, Pink."

"Ehh?? Kok dia tahu sih aku suka warna pink?!?"Dalam hati Zach.

"Tt-tidak, aku tidak suka pink, itukan warna kesukaan perempuan, aku kan laki-laki sejati, yang pasti suka warna hitam lah."Bohong Zach.

"Lalu? Sprei mu warna apa dong? Merah pudar? Atau pink?"

"Kk-kau?!!!!! Kau tahu darimana bocah idiot?? Kamu maling rumah ku ya??!!"

"Tidak. Hanya mampir saja kemarin, hanya saja keluargamu dan dirimu tidak menyadari keberadaanku. Apakah aku se tidak penting itu?? Sampai-sampai tidak ada yg menyadari diriku sedang mengambil gelang kesukaan mu ini??"Kata Digen sambil menunjukkan gelang pemberian ibunya Zach untuk Zach.

Boneka DigenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang