V

26 2 0
                                    

Love is too young to know what conscience is;
Yet who knows not conscience is born of love?
Then, gentle cheater, urge not my amiss,
Lest guilty of my faults thy sweet self prove.
For thou betraying me, I do betray
My nobler part to my gross body's treason;
My soul doth tell my body that he may
Triumph in love; flesh stays no farther reason,
But, rising at thy name, doth point out thee
As his triumphant prize. Proud of this pride,
He is contented thy poor drudge to be,
To stand in thy affairs, fall by thy side.
No want of conscience hold it that I call,
Her "love" for whose dear love I rise and fall.

William Shakespeare

Sejak dulu aku bukan tipe orang yang percaya diri akan kecantikan wajahku, aku tidak akan bercermin dan mengatakan "Aku adalah wanita paling cantik." Sebaliknya, aku cenderung merasa rendah. Mungkin pengaruh dari perkataan mama yang selalu menyalahkan ku karena wajahku yang mirip papa. Tapi penampilan cecilia yang mirip 100 persen denganku saat ini membuat kepercayaan diriku menembus langit.

Wajahku yang selama ini Kunilai biasa saja ternyata bisa secantik ini jika di rawat dengan baik. Intinya aku ini tidak jelek, hanya kurang Treatment dan uang saja. Aku dibuat kepalang dengan wajahku sekarang, kata kata ku habis untuk memuji. Ku angkat jemari ku sekali lagi untuk menyentuh dan mengelus perlahan wajah paripurna ini. Sekarang aku sudah siap dengan dress dan perhiasan super mengkilat.

Oh sebagai last touch Natalie menyemprotkan parfume di sekitar dress, pergelangan tangan, belakang telinga dan tengkukku. "Hmh, Benar benar sempurna, anda selalu cantik", Puji Natalie padaku. Oh, Terima kasih nat, thats mean a lot batinku berterima kasih. Heels warna senada sudah di Pakaikan di kedua kaki ku. Selanjutnya, Natalie menuntunku keluar kamar. Lagi lagi aku berusaha menutup mulut agar tidak menganga karena holy cow lorong mansion ini benar benar mewah.

Di sepanjang lorong di isi dengan vas, lukisan lukisan pada dinding, chandelier di langit langit, Dan jangan lupakan jendela besar yang langsung menyajikan pemandangan halaman hijau. Tidak heran, cecilia berasal dari keluarga Duke. Beberapa meter di depan, netra ku menangkap sesosok yang menarik perhatian, seorang gadis yang lebih pendek dariku sedang berdiri membelakangi ku. "Lady Calliope sudah menunggu anda, saya akan kembali mengurus hal yang lain, Selamat bersenang senang Lady Cecilia." Kata Natalie mengejutkan ku, lalu dia menarik ke belakang dan menekuk sedikit kaki kanannya, menjepit sedikit ujung dress miliknya dan sedikit membungkuk. Kemudian meninggalkan ku sendiri, well sepertinya aku harus mengandalkan ingatan cecilia untuk beberapa jam kedepan, tidak akan ada Natalie yang membantu. Ku langkah kan kakiku menuju ke this so called Lady Calliope.

Omong omong tentang Calliope, dia adalah anak bungsu dari house of cicile dan merupakan adik dari Cecilia. Terlahir dengan nama Calliope Alba Josepha, ia lebih muda 3 tahun dari cecilia dan berumur 17 sedangkan cecilia berumur 20 tahun. Karena jarak usia mereka berdua yang tak terlalu jauh membuat cecilia menolak embel embel kakak di depan namanya, maka calliope membuatkan nama kecil untuk Cecilia, sissi. Hubungan cecilia dan Calliope terbilang dekat namun entah kenapa hawa di sekitar mereka terasa aneh. Tapi ku buang pemikiran tersebut, berpikir mungkin karena aku bukan Cecilia yang asil. Sialnya lagi aku tidak bisa menggali lebih dalam tentang hubungan antara mereka berdua selain fakta bahwa mereka cukup dekat.

Ketukan heels ku terdengar di sepanjang lorong, suaranya saling memantul dan melahirkan melodi tersendiri. Seperti yang ku duga, melodi heels ku mengundang atensi gadis remaja di depanku. Dia membalikkan badan dan menatapku. Wajah kami berdua bagai pinang dibelah dua, kecuali beberapa bagian yang membedakan. Calliope memiliki wajah oval, sepasang droppy eyes yang lugu dan bibir kecil kemerahan. Dia lebih ke arah imut daripada cantik. "Sissi it took you long enough to get dressed huh, aku bertaruh Natalie pasti siap menerkammu jika kau masih bergelung dengan selimut mu itu." Keluhnya sambil berkacak pinggang, bibirnya sedikit di pout kan, dia imut sekali.

"Pardon me, aku butuh tidur yang banyak untuk menghindari kantung mata hitam, aku tidak mau berakhir seperti mata Ayah." Balas ku, aku terkejut dengan jawaban casual yang ku ucapkan. Calliope menggelengkan kepala sambil berkacak pinggang. Lalu bibir kecilnya kembali berucap "ayo cepat, kereta kuda sudah menunggu di depan. Kau tidak mau terlambat untuk ball malam ini kan. Ibu benar benar akan membunuhmu jika kau terlambat." Setelah mengatakan hal tersebut ia berbalik badan dan melangkah terlebih dahulu meninggal kan ku. Huftt ini akan melelahkan. Hembus ku sambil mencoba mengekori Calliope. Mary, sayangku tolong do'akan agar ini semua hanyalah mimpi ku karena aku tak yakin bisa bertahan lebih lama lagi dengan keadaan gila ini.

Art : Vanity by Auguste Toulmouche, 1890.

House Of CicileWhere stories live. Discover now