Bab 6

59 7 0
                                    

"Kau baru saja apa?" tanya Lisa tidak percaya. Kaeya hanya mengangguk lemah. "Oh Kaeya, mengapa kau melakukan itu?" tanya sang pustakawati. Kaeya menghela nafas panjang.

"Apa yang bisa kukatakan? Gadis itu menyukai orang yang aku suka, dan aku tidak melihat peluang untuk diriku bisa bersama dengan orang itu, jadi mengapa tidak membantunya menemukan seseorang yang memiliki potensi yang tidak aku miliki? Siapa tau mereka cocok dan..." Kaeya tidak bisa melanjutkan ucapannya dan dia baru menyadari dia mengatakan sesuatu yang tidak terduga.

"Tunggu sebentar..." ucap Jean. "Kau menyukai seorang gadis tapi ada gadis lain yang menyukai dirinya jadi kau menaruh mereka pada sebuah kencan atau semacamnya?" tanya sang acting grand master kepolisian Mondstadt itu. Kaeya menyadari dia baru saja mengatakan apa yang selama ini dia sembunyikan, tapi terlambat untuk menarik kembali kata-katanya, jadi mengapa tidak mengosongkan seluruh isi gelas.

"Bukan begitu... aku menyukai seorang... pemuda, dan ada gadis dari sebuah toko yang menyukainya, dan dia meminta saran saran padaku bagaimana bisa mendekati dirinya. Dan kemarin dia memintaku untuk bertanya padanya jika dia mau pergi kencan pada hari valentine, dan orang yang aku suka, mengatakan ya," urai Kaeya, tidak peduli jika lawan bicaranya paham atau tidak dengan apa yang dia bicarakan.

"Kaeya..." Lisa prihatin. "Ya aku menyukai lelaki," tegas Kaeya. "Bukan itu yang kami permasalahkan, lihatlah aku dan Jean, kami berdua sama-sama perempuan kan?" ucap Lisa membuat Kaeya baru teringat akan fakta itu. Ya ampun isi kepala Kaeya benar-benar kacau sampai sampai dia tidak bisa berpikir dengan benar.

"Kau baik-baik saja? Merasa lebih baik setelah cerita?" tanya Jean. "Lumayan... tapi... aku masih sedih bahwa orang yang aku sukai akan pergi dengan orang lain, tapi mau bagaimana lagi?" Kaeya menghela nafas.

Pelayan cafe meletakan dua cangkir teh pesanan Jean dan Lisa. Pasangan itu melempar pandangan kepada satu sama lain sebelum kembali memperhatikan Kaeya yang murung.

"Kenapa kau tidak berusaha mendekati dirinya? Maksudku..." Jean berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. "Aku sudah berusaha, tapi nampaknya dia sama sekali tidak tertarik padaku. Masih untung dia tidak mengusirku saat aku mendatangi dia," ucap Kaeya.

"Bagaimana jika kau ungkapkan saja perasaanmu padanya?" usul Lisa, membuat wajah Kaeya sontak memerah. "A-apa? Itu bukan ide bagus! Tidak tidak aku tidak bisa melakukannya," dia menggeleng kuat-kuat.

"Kau tidak mau mencobanya saja?" bujuk Lisa. "Tidak... aku tahu bagaimana akhirnya, aku tidak mau kehilangan dia. Bagaimana jika aku memberitahu dia perasaanku sebenarnya dan dia membenciku? Aku tidak akan bisa menerima itu..." Kaeya meremas tangannya.

"Aku tau bagaimana rasanya itu, aku juga sangat takut saat akan mengungkapkan perasaanku pada Lisa, aku takut perasaanku ini hanya satu arah," ucap Jean. "Tapi sejak awal Lisa juga sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa dia juga menyukaimu, Jean. Berbeda dengan diriku, orang yang aku sukai malah nampaknya membenci diriku... dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk memintaku keluar dari kehidupannya," balas Kaeya.

"Astaga Kaeya, jangan begitu! Paling tidak, coba dulu, kita belum tahu bagaimana hasilnya," ucap Lisa. Kaeya memainkan jemarinya dan menghela nafas. Jean dan Lisa berhenti menekan Kaeya dan mereka bertiga menikmati waktu itu dengan menyesap minuman masing-masing.

Liebe Am Valentinstagजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें