Welcome!

348 25 13
                                    

Punya saudara adalah pengalaman yang menyenangkan. Hidup dan tumbuh di satu atap yang sama membuat hampir semua hal pun dilakukan bersama, entah itu makan bersama, bermain, belajar, bercerita, dan sebagainya. Semuanya tidak terlepas antara satu sama lain.

Begitu pula Husein. Tumbuh bersama membuat bocah berusia 3 tahun itu sangat menyayangi adiknya, Zaidan, yang kala itu masih berusia 2 tahun. Kalau ditanya sebesar apa sayangnya pada Zaidan, maka Husein akan merentangkan tangan selebar-lebarnya sambil tertawa senang.

Kalau ditanya kenapa, Husein selalu mengatakan bahwa adiknya sangat baik dan penurut. Selain itu, dia juga akan menjawab kalau Zaidan sangat nyaman untuk dipeluk. Orang-orang pasti tidak bisa menahan gemas melihat interaksi dari dua bocah lucu itu.

Saat mengetahui kalau Husein akan mempunyai adik kembar, ia tidak bisa menahan antusias. Setiap hari tidak pernah absen menanyakan kabar calon adik di perut mamanya. Zaidan yang kala itu selalu mengekori sang kakak juga turut serta dalam rutinitas menyapa calon adik bayi mereka.

"Husein, kamu kan kakak tertua, jadi Mama harap Husein bisa menjaga adik-adik dengan baik, ya?" Ucap sang ibu suatu hari sembari mengelus kepala kedua bayi kembarnya yang telah lahir ke dunia.

Husein hanya mengangguk saat itu. Toh, tugasnya sebagai kakak memang seperti itu. Tidak perlu diberi tahu pun sudah tertanam di hati dan benaknya. Husein jadi teringat wajah adik-adiknya yang lucu. Si adik pertama yang penurut dan manis, serta si bungsu kembar yang masih bayi. Mengingat mata mereka yang berseri-seri membangkitkan jiwa "kakak" di dalam diri Husein.

"Um! Sayang Jay, sayang Aqil, sayang Iam juga! Husein janji bakal jaga mereka dengan baik, Ma!"

"Jay juga!"

Indah sekali keluarga cemara ini bukan?

***

"...ein..."

"...husein..."

"WOI HUSEIN!"

Husein tersentak kaget. Ia langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati wajah sahabatnya yang menatap dengan tatapan aneh.

"Lu mikirin apa, sih? Serius banget mukanya sampai gue panggil berkali-kali gak denger."

"Oh, sorry. Gue melamun tadi. Kenapa Lex?" Ujar Husein sembari mengusap wajahnya.

Sahabat Husein yang diketahui bernama Alex itu hanya mengangkat bahu tak acuh. Ia kemudian menghidupkan ponsel dan memperlihatkan layarnya di depan mata Husein. Di ponsel itu tertera 4 digit angka yang menunjukkan pukul 02.30 pm.

"Udah jam segini. Pesawat adek lu harusnya udah nyampe. Coba chat. Gue mau ke mobil bentar. Ada yang ketinggalan," ujar Alex sembari memasukkan kembali ponselnya ke saku.

Ah, benar juga. Gara-gara melamun, Husein jadi lupa tujuan awal mereka di sini. Mereka berdua sekarang tengah berada di bandara untuk menjemput adik-adik Husein. Alex ikut membantu dengan alat transportasi mobil. Husein cukup bersemangat setelah setahun tidak bertemu secara langsung, mereka hanya bertatap muka melalui video call.

Husein sekarang tengah menempuh pendidikan tingkat SMA jauh dari rumah. Awalnya hanya Husein saja, namun siapa sangka sosok yang hanya suka bermain seperti adik-adiknya itu terinspirasi untuk merantau mengikuti jejak sang kakak?

Zaidan, Shaquille, dan Liam. Panggilan sayangnya Jay, Aqil, dan Iam. Di mana ada Zaidan, di situ pasti ada Shaquille dan Liam. Ketiga adik Husein itu tidak terpisahkan. Walaupun jarak umur mereka 2 tahun, Zaidan tetap menganggap Shaquille dan Liam seperti teman sebaya. Mungkin sebab itu pula Shaquille dan Liam lebih dekat dengan Zaidan. Ditambah lagi mereka bertiga sekelas karena si kembar masuk sekolah setahun lebih cepat dan ikut "lompat kelas". Berbeda dengan Husein, si kembar lebih menganggap si sulung ini sebagai figur kakak tertua yang dapat diandalkan dan tempat mereka untuk bersandar.

BROTHER! (Hyunsik ft. ZaLeSing)Where stories live. Discover now