MPLS

215 27 12
                                    

MPLS alias Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Kira-kira apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata itu?

Supaya tidak menerka-nerka, MPLS adalah program yang dilaksanakan sebelum kegiatan belajar-mengajar. Para siswa diajak untuk mengenal lebih jauh kondisi dan lingkungan dari sekolah baru mereka seperti sarana dan prasarana, cara belajar, dan kebudayaan dari sekolah itu sendiri. Selain itu, MPLS juga dijadikan wadah bagi para siswa baru untuk saling mengenal, entah itu sesama teman sebaya, senior, staf sekolah, maupun guru.

Namun, di balik visi-misi MPLS yang terdengar begitu mulia, tidak jarang pula para senior menyelipkan hal-hal aneh ke dalam program tersebut. Misalnya, membuat papan nama dari kardus berbentuk hati, memakai topi aneh, mengadakan game aneh, sampai memarahi siswa baru dengan alasan-alasan sepele.

Bagaimana Husein tahu? Tentu saja karena dia panitianya.

Husein tahu betul semua kebusukan MPLS ini. Oleh karena itu, dia sedikit gelisah ketika tahu adik-adiknya belum datang ke sekolah, sedangkan acara pembukaan sebentar lagi dimulai. Husein sangat yakin kalau subuh tadi dia sudah membangunkan kebo yang berkedok sebagai adiknya itu. Husein tidak bisa pergi bersama mereka karena dia adalah panitia MPLS ini sendiri, jadi harus datang lebih pagi. Ia khawatir kalau ternyata mereka tidur lagi. Sudah ditelpon berkali-kali pun tidak ada yang mengangkat.

"Kenapa Anda terlihat begitu gelisah wahai sahabat?"

Husein mengernyitkan dahi ketika mendengar suara sumbang satu ini. Ia menoleh dan melihat sosok Alex memamerkan senyum khas miliknya. Ada apa dengan sosok manusia yang selalu memakai kata ganti "Elo-Gue" ini?

"Kenapa-"

Ah, benar juga. Hampir saja tergocek.

Salah satu peraturan MPLS mereka adalah memakai bahasa baku yang baik dan benar, entah itu siswa baru ataupun panitia. Jika melanggar maka akan mendapat poin dan barang siapa yang mendapatkan poin paling banyak akan ada hukuman yang menanti.

"Tidak apa-apa, Alex. Saya hanya sedikit khawatir karena adik-adik saya belum datang."

"Cih, saya pikir Anda akan terkecoh."

Dasar teman durjana. Untung Husein peka.

"Sudah mencoba untuk menelpon?" Tanya Alex untuk kali ini dengan nada serius.

"Tentu saja. Tetapi tetap tidak ada jawaban."

"Hmm... 1 menit lagi."

"Haaaahh...."

Alex kemudian menghitung mundur. Husein hanya pasrah, sudah bersiap untuk mencatat nama-nama adiknya di buku catatan poin panitia. Namun, baru saja menulis satu garis, samar-samar terdengar suara teriakan dari jauh.

"MAAASSSS! KAK ALEEEEEXXX! TUNGGU BENTAR!"

Husein menepuk dahi, sedangkan Alex menyeringai senang.

"Fufufu, mangsa pertama. 1 poin."

"Mereka bukan adik saya. Saya tidak mengenal mereka." Husein terus mengulang dua kalimat ini seperti membaca mantra. Menyesal tadi sudah khawatir.

Akhirnya, ketiga bocah itu sampai dihadapan Husein dan Alex. Mereka membungkuk sembari mengatur napas dan mengelap keringat. Gadis-gadis yang melihat ke arah mereka sejak tadi seakan membeku melihat wajah-wajah tampan di balik topi caping berwarna kuning neon. Mari kita kesampingkan nametag kardus berbentuk hati dengan font raksasa itu.

"Mas! Kak Alex! Kita belum telat kan?" Tanya Liam setelah merasa sudah mendingan.

"Kalian terlambat." Jawab Husein datar.

BROTHER! (Hyunsik ft. ZaLeSing)Where stories live. Discover now