2 - Berada di Masa Depan

168 15 0
                                    

Draco sama sekali tak mengira dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini. Blaise bilang dia sudah tertidur selama 25 tahun dan itu berarti umurnya sudah 40 tahun lebih. Tapi apa yang saat ini dilihatnya benar-benar membuatnya tak mampu menyimpulkan hal masuk akal.

Wajahnya tampak masih sama seperti dirinya yang bermur 18 tahun. Jika begini, Draco akan lebih percaya bahwa dia bukan koma, melainkan datang ke masa depan dengan mesin waktu. Dia kemudian meneliti tangan dan kakinya dan semua masih tampak sama, seperti seluruh sel dalam tubuhnya dibekukan sehingga dia bahkan tak bisa bertumbuh.

Draco mendongkak, menatap kedua orang tuanya dan Blaise bergantian, seolah meminta penjelasan dari segalanya yang dia alami saat ini.

Blaise menghela nafas pelan, dia memandang kearah pasangan Malfoy yang hanya bisa mengangguk seakan memberi tau Blaise untuk segera menjelaskan "itu adalah efek dari mantranya. Kami benar-benar belum tau apa penyebabnya tapi seperti yang kau lihat bahwa kau sama sekali tidak mengalami pertumbuhan," terang Blaise. "Tapi bukankah itu bagus. Kau bisa menjalani kehidupan remajamu dengan tubuh itu."

Perkataannya segera mendapatkan plototan dari ketiga Malfoy, tapi Blaise hanya nyengir seakan tak mengatakan hal yang salah

"Yang benar saja. Kau pikir bagaimana aku bisa menjalani kehidupan remajaku sementara kau dan bahkan yang lainya sudah setua ini. Aku tidak punya teman untuk bisa melakukan sesuatu yang seharusnya remaja lakukan." Draco frustasi. Bagaimana hal ini bisa terjadi padanya? Jika ini mimpi tolong segera bangunkan dia.

Sementara Blaise melotot marah pada kata-kata Draco yang menyebutnya sudah tua. Enak saja, dia baru berumur 44 tahun, umur yang belum bisa dikatakan tua. Dia hanya sudah sangat dewasa sekarang.

"Sebenarnya ya, tidak hanya kau yang bernasib seperti ini. Apa kau tidak ingat dengan seseorang yang juga berada bersamamu saat kau terkena mantara itu?" kata-kata Blaise membuat Draco seketika membuka memorinya lagi. Dia tidak mungkin lupa karena baginya kejadian itu seperti baru saja terjadi kemarin.

Seketika matanya membelakak. Teringat rambut coklat semak yang terhuyung pingsan ketika cahaya berwarna ungu menabrak tubuhnya.

"Granger..."

***

Ron membuka pintu ruangan di mana Hermione di rawat. Dia mendapat kabar dari Harry bahwa sahabat semaknya itu sudah siuman, membuatnya segera bergegas menuju st.mungo. hari ini adalah ahkir pekan, jadi semua orang sedang memiliki waktu luang, Ron bersyukur bahwa Hermione memilih hari ini untuk bangun.

Tiga pasang mata menatap ke arahnya saat dia masuk, atau lebih tepatnya pada sosok perempuan yang berdiri tepat disampingnya. Harry dan Ginny tidak menampilkan ekspresi yang berarti karena mereka sudah mengenal siapa perempuan itu, namun ekspresi Hermione jelas terlihat berbeda. Perempuan itu tampak bingung.

Ron dan wanita itu mendekat. "Hermione syukurlah kau sudah sadar." Ron memeluk Hermione sejenak sebelum melepaskanya kembali. "Ngomong-ngomong ini Georgia Crawford, istriku."

Hermione menoleh cepat pada perempuan berambut coklat lurus sebahu yang tersenyum kearahnya. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Ron sudah menikah dan sepertinya memiliki keluarga yang bahagia.

"Hai Hermione, aku mendengar banyak tentangmu dari Ron dan keluarga Weasley lainya. Dan juga Harry tentunya." Georgia melirik kearah Harry dan terkekeh kecil. Hermione melihat interaksi kecil itu dan melihat keakraban mereka. Dia sepertinya sudah melewati begitu banyak hal. Tentu saja, 25 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk hanya menjadi putri tidur di st.mungo.

Melihat bagaimana teman-temanya telah bertumbuh seperti ini membuat Hermione merasa sangat kecil. Dia seperti remaja diantara sekumpulan orang-orang dewasa. Hal seperti ini kenapa harus terjadi padanya?

Lalu seketika dia memikirkan tentang orang tuanya. Bagaimana keadaan mereka sekarang, mereka mungkin masih dalam keadaan ingatan yang telah terhapus karena mantara oblivite yang pernah dia lemparkan bertahun-tahun yang lalu.

Ruangan itu semakin lama semakin ramai dengan kedatangan anggota keluarga Weasley lainnya. Mereka menampilkan wajah berseri ketika melihat Hermione telah sadar dari tidur panjangnya. Hermione tak banyak mengatakan apa-apa, dia hanya sesekali menimpali dan menjawab pertanyaan yang diberikan padanya.

Hermione melihat bahwa anggota keluarga Weasley telah bertambah. Ada dua anak kecil berumur sekitar tiga tahun yang sedang duduk dipangkuan Fleur dan sosok wanita berambut pirang yang memperkenalkan dirinya sebagai victoire Weasley dan anak yang duduk dipangkuan Fleur adalah anak victorie bersama Tedy Lupin. Hermione tak menyangka bahwa kedua anak itu kini telah tumbuh dan menikah bahkan mempunyai anak. Hermione ingat dengan jelas bagaimana dulu dia dan Ginny masih sering bermain dengan Teddy kecil yang bahkan masih belum bisa berbicara.

Ini terlalu banyak. Terlalu banyak yang sudah dia lewatkan dan rasanya dia seperti menjadi orang asing ditengah-tengah keluarga itu. Mereka semua telah terikat dengan hubungan keluarga sementara dirinya hanyalah teman yang baru saja bangun dari masa lalunya.

Harry bersama Ginny, Ron bersama Georgia, Victoire bersama Tedy, George bersama Angelina dan Percy bersama Audry. Orang-orang yang dia kenal telah menikah semuanya, tinggal dirinyalah satu-satunya yang masih terperangkap pada tubuh dan ingatan akan umur 18 tahunya.

"Hermione apa kau mendengarkanku?"

Sentuhan tangan Ginny pada bahunya membuat perhatian Hermione beralih pada wanita yang telah mengubah nama belakangnya menjadi Potter itu. Raut wajahnya menampilkan guratan kekahawatiran, takut terjadi hal-hal buruk pada sahabatnya itu.

Hermione tersenyum dan mengangguk "jadi Lily masuk tim Quidditch juga?" Hermione buru-buru mengalihkan pembicaraan sebelum Ginny bertanya macam-macam padanya. Dia tidak mau diperlakukan terlalu berlebihan seperti orang yang sedang sakit kronis. Dan meskipun fikiranya melalang buana telinganya tetap bisa mendengar apa yang sedang dibicarakan Mrs.Potter itu padanya.

Ginny selalu antusias dengan hal yang berhubungan dengan anak bungsunya dan juga tentang Quidditch, jadi perhatinya dengan begitu mudah beralih. Dia melanjutkan ceritanya tentang ketiga anaknya. James yang baru saja lulus dan sedang mengikuti pelatihan auror, Albus yang menjadi satu-satunya Slytherin dikeluarga Potter dan Weasely serta Lily yang direkrut untuk menjadi chaser tim Quidditch Gryfindor.

"Ngomong-ngomong, Hermione apa kau akan melanjutkan tahun ke 7 mu?"

Hermione menghembuskan nafas berat ketika topik pembicaraan mereka berubah. Hermione sendiri masih belum tau apa dia akan melanjutkan tahun ke 7 nya atau tidak, tapi Harry bilang jika dia ingin bekerja maka dia harus memiliki nilai NWST nya yang sekarang sangat penting untuk dia melamar kerja nanti. Tapi jika dia kembali itu berati dia akan berada ditahun yang sama dengan Albus-anak dari sahabatnya sendiri.

"Ohya Hermione, sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan padamu. Ini membuatku sangat penasaran selama bertahun-tahun."

Hermione menaikan alisnya menunggu kelanjutan ucapan Ginny.

"Well...apa yang kau dan Malfoy lakukan di koridor saat itu?"

To Be Continued

ғᴜᴛᴜʀᴇ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Where stories live. Discover now