4 - Pergi Ke Diagon Alley

152 16 3
                                    

Narcissa telah berbicara dengan McGonagall mengenai Draco yang akan kembali ke Hogwarts untuk melanjutkan tahun ke tujuhnya yang sudah tertunda begitu lama. Dan hari dimana dia akan kembali ke sekolah sihir terbaik di Skotlandia itu ahkirnya tiba.

Yah! Besok Draco sudah akan pergi ke Hogwarts. Sementara hari ini dia memilih pergi ke diagon alley untuk membeli peralatan belajarnya serta beberapa pakaian karena sebagian besar pakaian dan barang-barangnya sudah terlihat sangat kuno.

Bunyi kelonteng bel berbunyi ketika Draco membuka pintu toko Ollivander. Tongkatnya telah dia lemparkan pada Potter saat perang, jadi saat ini dia berada dalam keadaan tidak memiliki tongkat.

"Oh, Mr. Malfoy?"

Draco mengernyit, merasa asing dengan wajah seorang pria yang berdiri di balik meja kasir. Itu bukan Mr.Ollivander yang selalu dia temui ketika datang ke toko ini.

"Oh...maaf, perkenalkan Darius Ollivander," ucap lelaki itu memperkenalkan diri. Dia terlihat seumuran dengan orang tuanya. Sepertinya anak Mr.Ollivander.

Draco tidak terlalu perduli, jadi dia segera mengatakan niatnya agar setelah ini dia bisa pergi ke Flourish & Blotts untuk membeli beberapa buku disana. "Aku ingin membeli tongkat."

"Tentu saja, bukankah semua orang yang datang ke sini juga demikian." Darius terkekeh, segera melenggang pergi untuk mencari tongkat yang cocok untuk sang Malfoy, mengabaikan Draco yang memutar bola mata mendengar perkataan pria itu barusan.

Tak lama, anak Mr. Garrick Ollivander itu kembali dengan satu tongkat. Dia menyerahkanya kepada Draco dengan hati-hati. Sementara Draro langsung mengayunkan tongkat itu untuk menguji kecocokanya, namun dia malam membuat vas kaca yang terletak di atas meja pecah.

"Oh bukan." Darius kembali mengambil tongkat itu, lantas kembali mencari tongkat baru untuk Draco.

Percobaan gagal itu ternyata tidak hanya satu kali saja, tapi bahkan sudah enam tongkat yang Darius carikan, tapi tetap tidak memiliki kecocokan dengan sang Malfoy.

Kali ini laki-laki itu membawa tongkat ketujuh."Terbuat dari kayu apel dan inti serabut jantung naga, dengan panjang 10 inci," jelas Darius sembari memberikan tongkat itu pada Draco dengan hati-hati.

Dan bertapa kagetnya dia ketika tongkat itu cocok dengan Draco. Tongkat itu memilihnya sebagai tuanya.

"Ini sungguh tak terkira." Perkataan Darius membuat Draco menoleh pada pria itu dengan kening berkerut tak mengerti.

"Tongkat kayu pohon apel tidak dibuat dalam jumlah besar. Mereka kuat dan paling cocok untuk pemilik yang memiliki tujuan dan cita-cita yang tinggi..."Darius menjeda perkatanya, menatap ke arah Draco cukup lama sebelum kembali melanjutkan kata-katanya"....karena kayu ini bercampur buruk dengan sihir hitam."

Bagai sambaran petir ketika Draco mendengar dua kata terahkir yang Darius ucapkan. Setelah sekian lama, kenapa dia bahkan tak bisa lepas dari hal itu?

Melihat ekspresi Draco yang tiba-tiba berubah, Darius langsung menyambung perkataanya kembali, "tapi tenang saja....itu tetap tergantung pada siapa yang menggunakanya."

Draco menyimpan tongkatnya ke dalam jubahnya, kemudian lekas keluar dari toko Ollivander menuju Flourish & Blotts.

Sepanjang jalan, hampir semua orang menatap kearahnya dengan berbagai macam tatapan. Draco tau alasanya, itu karena wajah dan bahkan tubuhnya sama sekali tidak berubah meski telah lewat 25 tahun dari saat umurnya masih 18. Hanya saja, Draco risih, mereka menatapnya seakan dia adalah sapu keluaran baru yang membuat semua orang penasaran.

Ketika sampai di Flourish & Blotts, Draco segera masuk ke dalam. Suasanya toko tidak seramai biasanya karena murid-murid Hogwarts sudah terlebih dahulu memadati tempat ini jauh-jauh hari.

"Malfoy?"

***

"Aku pergi dulu Molly," pamit Hermione sebelum melemparkan bubuk flo dan menghilang dari perapian keluarga Weasley.

Hari ini Hermione akan berbelanja di Diagon Alley untuk membeli peralatan sekolah sekaligus beberapa barang yang dia butuhkan. Dia telah di beri tau McGonagall lewat surat, bahwa dia bisa mulai datang ke sekolah besok.

Pertama-tama dia pergi ke toko madam malkin's untuk membeli seragam baru. Ketika dia sampai di sana, reaksi Madam Malkin tampak sama seperti beberapa orang yang terus menatapnya sepanjang perjalan di Diagon Alley. Tentu saja karena fisiknya sama sekali belum berubah.

Namun wanita yang Hermione kira adalah madam Malkin ternyata bukan Madam Malkin yang sering dia temui 25 tahun lalu. Itu adalah anak Madam Malkin yang tampak persis seperti ibunya.

"Aku pikir cerita itu tidak benar. Kau tampak sama seperti gadis yang kulihat di dailly prophet 25 tahun yang lalu."

Hermione hanya tersenyum kecil mendengar ucapan wanita itu. Usianya sekitar 40 tahun lebih, hampir seumuran dengan Percy.

"Aku akan kembali nanti setelah seragamnya selesai," ucap Hermione sebelum melenggang pergi dari toko pakain itu.

Setelah ini tujuanya adalah Flourish & Blotts dan itu membuatnya bersemangat. Toko buku itu pasti memiliki banyak buku baru yang belum pernah dilihatnya. 20 tahun bukan waktu yang singkat bagi para penulis untuk menerbitkan buku-buku baru mereka.

Namun langkahnya tiba-tiba berhenti ketika melihat siluet seseroang berambut pirang platina yang sangat familiar baginya. Pemuda itu juga masuk ke Flourish & Blotts membuat Hermione segera menyuslnya.

"Malfoy?"

Hermione tak yakin dengan panggilan itu, hanya menurutnya tak ada penyihir lain yang memilki warna rambut mencolok itu selain keluarga Malfoy. Tapi postur tubuhnya seperti murid tahun ke tujuh Hogwart. Apa dia anak Draco ferret Malfoy?

Hermione terkejut ketika pemuda itu berbalik dan menunjukan wajahnya yang begitu mirip. Saking kagetnya Hermione sampai menutup mulut menganganya dengan dua tangan.

Namun anehnya pemuda itu juga sama memasang raut terkejut sepertinya.

"Err Granger?"

Draco tau bahwa gadis yang berdiri di depanya saat ini adalah Hermione Granger yang sama seperti 25 tahun lalu. Dia sudah mendengarnya dari Blaise bahwa Granger juga mengalami hal yang serupa, tapi dia tetap saja terkejut ketika melihatnya secara langsung.

Semua orang yang dia temui telah berubah, hanya Hermione Granger lah yang masih terlihat sama. Gadis berambut coklat itu bahkan masih memiliki rambut semaknya, meskipun tidak separah saat tahun pertama.

"Merlin, kau pasti anak Malfoy. Sedang apa kau di Diagon Alley di jam sekolah seperti ini?"

Draco melongo mendengar penuturan Hermione. Gadis itu sepertinya belum tau dan menganggap bahwa dirinya adalah anak Draco Malfoy.

Draco diam-diam menyeringai. Ide licik seketika berputar di otaknya. Sepertinya sedikit mengerjai Hermione bisa sedikit memberinya hiburan di hari super melelahkan ini.

"Oh! Kau pasti Hermione Granger. Pahlawan perang yang koma karena terserang mantara itu kan." Draco berujar heboh, pura-pura seperti baru saja bertemu dengan Hermione. "Wah...kau terlihat sama dengan yang ku lihat di buku sejarah dunia sihir." Draco tak yakin sebenarnya pasal buku sejarah itu, tapi mengingat bertapa besarnya pengaruh Hermione dan kedua teman idiotnya itu, nama mereka pasti akan tertulis dalam buku sejarah.

"Apa yang kau lakukan di sini Mr.Malfoy, kau seharusnya berada di Hogwarts. Seorang siswa tidak seharusnya pergi ke Diagon Alley di saat jam sekolah sedang berlangsung."

Draco tanpa sadar memutar bola mata malas ketika Hermione malah menceramahinya seperti seorang profesor yang sedang memarahi muridnya. Namun gerak-geriknya tampaknya tertangkap mata coklat Hermione.

"Kau baru saja memutar matamu." Matanya menyipit tidak senang, tapi kemudian dia membuang nafas pelan. "Hem..Aku lupa bahwa kau adalah anak Malfoy," gumamnya dengan nada mencibir yang kemudian melenggang pergi menuju rak buku.

Draco mendengus mendengar gumaman Hermione. Ternyata bukan hanya fisiknya yang belum berubah, tapi juga sifatnya yang selalu berbicara hal-hal yang selalu sukses membuatnya Kesal.

To Be Continued

ғᴜᴛᴜʀᴇ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant