[1]. Negosiasi

1.2K 385 55
                                    

Hai, hai, hai! Kebut terus up-nya biar cepet tamat. 😆

Apa kabar hari ini? Notif pembaharuan cerita sepertinya lagi error, Gais. Jadi rajin-rajin tengok, ya. Kali pas aku update nggak ada notif masuk. 😅

Btw, minta vote dulu biar semangat aku ini membara boleh?

Terima kasih. 🥰🤗

Happy reading!

====🌸🌸🌸====

Misi, orang ganteng mau nawarin berkomitmen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Misi, orang ganteng mau nawarin berkomitmen. 😆

***


"Kasih aku alasan. Kenapa pernikahan ini harus dirahasiakan?" Laki-laki itu mencecar.

Raya pikir setelah dengan tenangnya meninggalkan Raya di pantry tadi, Akbar akan terus bungkam tentang permintaannya. Ada sekitar lima belas menit laki-laki yang kini sudah berganti pakaian dengan kaus longgar itu menyingkir. Mungkin habis mandi. Raya bisa mencium aroma sabun dan sampo yang menyegarkan begitu suaminya mendekat lagi.

Laki-laki jangkung itu melewati punggung terbuka Raya. Gaun pengantin sederhana sebatas lutut masih melekat sempurna di tubuh langsingnya. Akbar kembali membuka pintu lemari pendingin di belakang Raya, menyajikan sekaleng susu steril dingin berlogo beruang.

Raya spontan mendengkus. Bisa-bisanya karyawan kesayangan sang ayah tahu persis apa yang ia suka.

"Ayah kamu selalu punya minuman ini di kantor buat jaga-jaga kalau anak gadisnya datang." Akbar menerangkan tanpa diminta.

Aih, aku hampir lupa kalau Mas Akbar satu-satunya orang kepercayaan Ayah yang rajin diajak ngobrol sepulang kerja di ruangannya! Raya merutuk dalam hati.

Lalu, tanpa banyak berkomentar lagi, gadis itu meraih sodoran sekaleng susu dingin dari tangan Akbar.

"Aku punya pacar," tutur Raya terus terang.

Dua alis Akbar berkerut heran. "Terus?"

"Ck, aku butuh waktu buat mutusin dia. Aku nggak mau dia salah paham, nyangka aku nggak setia." Raya mempertahankan argumennya.

"Itu fakta." Laki-laki itu menatap Raya lurus-lurus.

"Maksudnya?"

"Fakta kalau kamu memang nggak setia." Akbar menuding.

Sebua tudingan yang sontak membuat gadis itu jengkel. "Aku setia. Nggak pernah selingkuh."

"Tapi faktanya kamu menerima lamaranku dan menikah denganku," desak laki-laki bermata kelam itu.

Raya mengembuskan napas sembari memejam, pasrah. "Aku terpaksa. Aku yakin Mas Akbar bisa ngerti."

"Terpaksa karena Ayah menyita mobil, ATM, dan kartu kredit begitu?"

Secret MarriageWhere stories live. Discover now