02. Meminta tanggung jawab

22 4 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.
.
.
.

Happy reading ❤
.
.
.
.
.
o0o

Dugh

"Aww." Gadis cantik yang terlihat sangat kurus itu meringis pelan saat sebuah sepatu mengenai keningnya dengan sangat keras.

"Upss gak sengaja, sepatunya kelempar."

Azalea, yang biasa di panggil Lea itu hanya memejamkan matanya saat segerombolan gadis cantik selalu mengganggunya, mereka tidak pernah bisa membiarkan Lea tenang, setiap waktu mereka selalu menganggu ketenangan Lea dengan berbagai macam cara.

"Kenapa? sakit?" tanya seorang gadis dengan wajah angkuhnya, dia adalah Karin, si ketua Genk anak anak centil disekolahnya itu, dengan dayang dayangnya yang selalu setia mengikutinya kemana pun dia pergi. Mereka Raha, Fani dan Utari.

"Mau diobatin? Mau mau?" tawar Utari dengan tersenyum sok iba.

Lea masih diam, dia selalu diam saat mereka selalu menganggunya. Melawan pun percuma karena dia akan terus kalah.

"Di obatin pake air yah," lanjut Utari, dalam sekejap Utari menyiram sebotol air kotor yang sudah mereka campur dengan telur mentah.

Lea kembali diam, dia menunduk dengan kedua matanya yang terpejam merasakan baunya air yang menyengat itu, lalu dia juga mendengar tawa penuh hinaan dari mereka.

"Uhh bau ih, balik yuk, gue gak mau lama lama disini, soalnya gue takut kebawa bau sama dia," ucap Fani dengan menutup hidungnya.

"Ayo ayo, jijik banget gak sih?"

"Huekk bau."

Mereka sudah pergi tetap Lea masih diam, Lea tidak punya pilihan lain selain diam tanpa banyak kata. Tidak ada juga air mata yang membasahi kedua pipi mulusnya, tidak ada suara marah atau pun isak tangis dari mulutnya, dia terlihat ta'bah dengan apa yang selalu menimpanya.

"Kapan hujan turun? Rasanya lama sekali jika menunggu hujan," gumamnya lirih.

Kenapa Lea menunggu hujan? Karena dengan suara hujan tangisannya bisa meredap tak terdengar! Dia sangat menyukai hujan karena baginya hujan adalah teman terbaiknya, hanya hujan yang mampu menerima tangisannya. Kalau hujan tidak ada, maka dia harus mampu menahan tangisannya sampai hujan itu tiba.

Ternyata selama 18 tahun dia hidup, dia tidak pernah merasa bahagia! Hidupnya menderita sampai sampai harus menunggu hujan terlebih dahulu kalau dia ingin menangis. Hidupnya di bungkam untuk memberontak atas rasa sakitnya selama dia hidup.

Seperti apa hidup Lea? Apa dia sangat menderita? Tentu saja, dia sangat menderita, penderitaannya bukan hanya disekolah, ternyata dalam lingkup keluarga pun dia adalah manusia paling menderita! Hidup di tengah tengah keluarga bukan sebagai anggota, tetapi sebagai pelayan kelas rendah.

"Ck ck ck gadis cantik yang malang."

Tubuh Lea terkejut mendengar suara yang tiba tiba, sontak dia pun menoleh kebelakang dan menatap sosok laki laki remaja yang tengah berjalan dengan senyuman penuh hinaannya.

"Huekk bau sekali." Marvel menutup hidungnya saat bau telur yang membusuk.

Lea mencium aroma bau itu di tubuhnya sendiri, dan ternyata sangat bau. Dia hanya bisa meringis merasakan bau tersebut.

"Sana ke kamar mandi dulu, gue gak mau ngobrol sama cewek bau kayak lo! Sana!" titah Marvel marah.

Lea tidak paham, kenapa dia marah marah, seharusnya kalau dia merasa tidak nyaman dengan baunya dia bisa pergi menjauh dari Lea bukan? Bukan malah menyuruh Lea yang pergi. Tapi Lea tidak mau banyak bicara, segera dia pun beranjak dan pergi ke kamar mandi meninggalkan pria yang tidak pernah dia kenal itu.

Di kamar mandi, dia sedikit kesusahan karena seragamnya pun kena, dia bingung harus apa sekarang, kalau dia menganti semua bajunya, dia nanti harus pakai apa. Dia tidak bawa baju ganti, dan di lokernya pun tidak ada apa apa selain buku pelajarannya.

Kalau bisa, Lea ingin pulang kerumah saja, dia lebih baik berkerja dari pagi sampai malam dari pada harus mendapatkan kejadian ini.

Suara ketukan pintu menyadarkan Lea, segera dia membuka pintu bilik kamarnya dan terkejut saat mendapatkan pria tadi menghampirinya dengan tangan yang masih menjepit hidung mancungnya.

"Pakai ini! Cepat dan jangan lama lama, gue perlu bicara sama lo!" ucap Marvel dengan melempar baju olahraganya pada Lea. Beruntung Marvel menyimpan baju olahraganya di loker jadi dia bisa memberikannya pada Lea, ini bukan karena iba, dia hanya mau segera berbicara dengan gadis cantik yang malang itu.

Lea pun mengambul baju olahraga itu dan kembali menutup pintunya lalu menguncinya.

Di luar Marvel berdecak sebal, kenapa sedari tadi Cuma dia yang banyak omong? Di pikir pikir Lea hanya diam terus terusan! Menyebalkan.

"Apa dia bisu?" pekik Marvel syok. "Wah kalau dia bisu, hidupnya makin malang, pantas dia di bull*, toh orangnya bisu," lanjutnya dengan sinis. "Eh enggak, kalau dia bisu mana mungkin semalam dia teriak teriak bilang gak punya duit."

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya Lea pun keluar dari bilik itu dan Marvel mendengus sebal Karena harus menunggu Lea selama itu.

"Lama banget sih lo!" sungut Marvel kesal.

Lea menunduk.

Sepertinya dia baru saja mandi, terlihat wajahnya yang bersih dan rambutnya yang basah, dengan pakaian olahraganya yang terlihat kebesaran di tubuh kurusnya. Kenapa tubuhnya sangat kurus dan begitu pucat, Marvel curiga kalau mungkin cewek ini kurang gizi, itu pikirnya. Tapi ngomong ngomong wajah basah dan rambut yang basah terlihat sangat menggoda di mata Marvel.

Maklum, mata Marvel mata keranjang.

"Lo masih inget sama gue?" tanya Marvel dengan dagu yang diangkat angkuh.

Lea menggelengkan kepalanya.

Marvel mendengus sebal.

"Lo yakin? Semalam lo yang hampir mau gue tabrak anjir!" sungut Marvel kesal.

Tubuh Lea menegang mendengar itu, sekarang dia mulai ingat soal kejadian malam tadi yang hampir tertabrak.

"Nyebelin lo, pura pura gak inget supaya gak tanggung jawab kan? Lo tahu motor kesayangan gue sekarang lagi di bengkel. Dan lo tahu! Kalau biayanya sangat mahal! Lo harus bayarin semua biaya itu kalau enggak gue bakal laporin lo ke pengacara gue!" ucap Marvel mengancam.

"Iya ingat, tapi gue gak punya uang," ucap Lea dengan suara rendahnya yang terdengar lirih.

Merdu, itu yang Marvel dengar. Ah sial, kenapa suaranya begitu merdu! Dan kenapa amarahnya perlahan hilang hanya karena mendengar suara merdu itu! tidak tidak, mengingat suara dia yang berteriak semalam membuatnya kembali marah.

Plin plan sekali, dasar cowok.

"Gue gak peduli, kalau motor gue udah bener, gue bakal tagih uangnya sama lo! Sebelum lo ngasih uang itu ke gue, gue bakal terus ganggu lo!" ucap Marvel tegas.

Lea menghembuskan nafasnya pelan, kenapa banyak sekali yang ingin menganggunya. Kenapa tidak ada yang membiarkannya tenang.

"Lo paham?" bentak Marvel yang membuat tubuh Lea terjolak kaget.

"Paham gak lo hah!"

"I-iya," jawab Lea dengan lirih.

"Cupu bener lo jadi cewek."

Marvel untuk AzaleaWhere stories live. Discover now