PROLOG

1.1K 163 142
                                    

Tinggal tiga bulan lagi, Kim Jisoo dengan lapang dada melepas masa lajang. Setelah mengikuti keinginan sang Ayah, ia menyetujui perjodohan yang sudah lama ternyata dipersiapkan untuknya dengan seorang putra dari rekan bisnis Ayahnya tersebut.

Kini Jisoo hanya perlu percaya bahwa laki-laki pilihan Ayahnya itu sungguh tulus mencintainya. Walau setiap habis bertemu laki-laki itu, Jisoo justru semakin menaruh rasa ragu.

"Aku tidak akan mungkin meninggalkanmu Jisoo." Ucapnya, selalu.

"Jeon."

"Cukup Jungkook, sayang."

"Maaf."

Netra laki-laki itu semakin dalam menatap mata Jisoo. Mengintimidasi dengan intim, jemarinya yang bertaut dengan jari tangan Jisoo semakin erat. Jisoo tahu maksud dari tatapan Jungkook saat ini, laki-laki itu pasti sedang membayangkan ia akan menyerah dan kemudian menyetujui rayuannya untuk berhubungan badan.

"Benar, sebentar lagi kita menikah. Jadi tunggulah sampai aku resmi menjadi istrimu."

"Kau tidak percaya padaku?"

Jisoo tak menjawab. Tangan kanannya digenggam semakin kuat oleh laki-laki tersebut. Tak lama, perlahan Jisoo menggelengkan kepalanya. Memberi jawaban tersirat, tak langsung, manik kedua netra Jisoo berkaca-kaca menatap Jungkook tak percaya.

"Kau terlalu polos."

Sungguh, Jisoo merasa cara Jungkook mendekatinya tak pernah dapat mengambil hatinya penuh. Di samping itu, ada hal lain yang mengganggu pikiran Jisoo hingga wanita itu mendadak kembali mempertimbangkan hubungannya dengan Jungkook yang seharusnya sudah pasti, tak ada kebimbangan.

Namun Jisoo masih tak yakin. Selama ia belum melihat dengan mata kepalanya sendiri, isu perselingkuhan Jungkook dengan adik tirinya. Segala cerita yang dikatakan temannya yang bekerja di kantor tunangannya tersebut, tak ia dengar. Meski saat cerita itu masuk ke telinga, tetap ia terima.

Menurutnya sendiri ia tak mengambil pusing masalah itu. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi berkata lain. Jisoo sering melamun hingga akhir-akhir ini ia hilang fokus pada pekerjaannya di kantor.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Bisa kita lanjutkan sebentar?"

"Kau dengar perubahan jadwal yang kuinginkan minggu depan?"

Suara rendah itu terdengar seperti gema di dalam gua, indra pendengarannya tangkap. Sang pemilik suara bariton itu tak lama sampai rela membungkukkan tubuhnya untuk melihat arah netra Jisoo berpusat kini. Ia mengguncang tubuh sekretaris pribadinya kemudian.

"Kim Jisoo."

"Iya, Tuan."

"Ada apa?"

Jisoo menggelengkan kepalanya sekali sambil memaksa seulas senyum. Ia menggigit bibir bawahnya tipis. Lalu bolpoin yang ada di tangannya, ia mainkan di mulut.

Siapapun yang ada bersamanya pasti dapat melihat dengan jelas keresahan yang wanita itu tunjukkan. Tak terkecuali laki-laki yang ada di hadapannya saat ini, tangan yang semula bersedekap, terangkat satu menompang dagu.

"Apa Jeon Jungkook membuat masalah?"

"Tidak, Tuan Taehyung."

"Lalu?"

Lagi, Jisoo hanya menggelengkan kepalanya. Namun, kemudian ia melempar pertanyaan untuk mengalihkan topik pembahasan biar Taehyung atasan sekaligus paman dari tunangannya tersebut tak menaruh rasa curiga pada dirinya saat ini.

OPERA HOUSEWhere stories live. Discover now