BAB 3

0 0 0
                                    

Mobil hitam itu sudah parkir di halaman depan dorm. Semua sudah siap dengan menggunakan seragam sekolah.

" Sa!!! Cepatlah! Sudah jam berapa nih?!" Seru Arjun.

" Iya-iya!" Sahutnya bergegas keluar.

" Lama banget sih!" Gerutu Justin.

" Ya, maap! Ayo!!"

Mereka menaiki mobil.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sampai di sekolah, mereka langsung turun dari mobil. Sasa masih memakai lipbamnya yang tadi belum sempat ia pakai. Mereka pun meninggalkannya karena sudah hampir terlamabat.

" Ih kok aku ditinggal sih! Jahat banget mereka!" Gerutunya saat turun dari mobil tapi mereka sudah pergi duluan.

Sasa bergegas menuju ke kelasnya.

" Lia!''

" Hem.."

" Itu bukannya si cupu dari kelasmu ya!" Ucap Siska.

" Ah benar!"

" Tumben dia sendiri." Ucap Dea.

" Gengs kita samperin yok?" Ajak Lia.

Mereka menghampiri Sasa dengan gaya yang sok cantik. Mereka menghadang Sasa. Sontak ia langsung menghentikan langkahnya.

" Apa yang kalian inginkan?"

" Cih...berani sekali ya! Kau tidak tau siapa aku?"

" Aku tidak peduli! Toh itu bukan urusanku."

" Aku tau kalian bersepuluh tidak ada hubungan apa-apa. Jadi jangan sok ganjen dengan cowok-cowok itu dan pura-pura polos. Perempuan sepertimu itu tidak bisa dipercaya."

" Apa maksudmu? Aku bahkan tidak tertarik dengan mereka."

" Baguslah kalau kau tau diri."

" Apalagi Panjiku. Aku tidak suka kau pura-pura bego di depannya." Ucap Siska kesal.

" Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kalian bicarakan. Minggir aku mau ke kelas!"

" Wow guys, si cupu marah." Ledek Lia.

Sasa hanya bisa diam saat mereka mencoba membullynya.

" Dasar sampah sekolah! Beraninya cuma sama yang lemah aja." Ketus Via julid.

" Aku baru tau di sekolah elit seperti ini ternyata ada gembel tidak bermoral juga." Tambah Mina dengan senyum meledek.

" Hah? Kau bilang apa barusan? Lihat saja, kalian akan menyesal telah menghinaku!!"

" Kita lihat saja siapa yang akan menyesal!" Ledek Via.

" Ayo gengs kita pergi!"

" Dasar penakut!" Ucap Mina.

" Kau tidak apa-apa?" Tanya Via.

Sasa menunduk tidak menjawab. Air matanya sudah mengalir deras dari tadi.

" Sa, kau baik-baik saja kan?" Tanya Mina memastikan.

Sasa mengangguk. Via yang menyadarinya segera memeluk Sasa.

" Sudahlah, tidak perlu menangis seperti ini! Kami tidak akan membiarkan siapapun melukaimu. Jangan khawatir!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sasa segera masuk kelasnya. Lia dan teman-temannya memperhatikannya. Sasa tetap menuju bangkunya. Hendri menatapnya dengan heran. Begitu pula dengan Johan.

" Darimana saja kau kenapa baru masuk?" Tanya Johan.

Sasa tak menghiraukannya.

"Matanya sedikit lebam. Sepertinya dia baru saja menangis." Batin Johan.

Sepanjang jam pelajaran, sesekali Johan melihat ke arah Sasa. Ada rasa khawatir dalam dirinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Saat jam istirahat, seperti biasa mereka berkumpul di kantin. Tapi Sasa tidak ada.

" Johan, mana Sasa?" Tanya Mina.

" Aku tidak tahu! Tadi dia keluar lebih dulu dari kami berdua,"

" Kemana anak itu!" Ucap Via khawatir.

" Jangan sampai dia diganggu nenek lampir itu lagi."

" Nenek lampir?" Ucap Panji heran.

" Tadi Lia the geng mengganggu Sasa."

" Oh pantas aja tadi matanya agak lebam seperti baru menangis."

" Dia sudah seperti adik bontot kita. Jadi sudah tugas kita untuk menjaganya." Ucap Arjun sebagai kakak tertua.

" Awas aja kalo sampai Lia macam-macam. Aku tidak akan tinggal diam." Geram Juki.

" Perlukah aku sentil ginjalnya biar dia tau diri sedikit." Ketus Leo.

" Orang-orang seperti mereka itu cari perhatian. Kasihan sekali, mana masih muda lagi." Ucap Gamin mengeluarkan kosakata savagenya.

" Bener banget tuh." Sahut Hendri.

" Aku harus mencari Sasa dulu! Memastikan jika dia tidak apa-apa." Ujar Via beranjak dari tempat duduknya.

" Eh, Via tunggu!" Ucap Mina menyusul.

" Keliatannya aja dia gak peduli padahal dia paling care." Cetus Johan.

" Loh kok main pergi-pergi aja. Ini makanan mereka siapa yang bayar?" Gerutu Arjun.

" Bayarinlah! Sekalian punyaku!" Sahut Leo enteng.

" Untung gue sebenernya kaya." Ucap Arjun percaya diri.

Johan dan Panji tertawa. Hendri menatap dengan tatapan julidnya.

" Iyain aja!" Kata Gamin datar.

**********

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Secret Graduation Where stories live. Discover now