12

802 72 0
                                    




.


.


.



Langkah kaki seorang pemuda berparas tampan cenderung cantik berlari tergesa-gesa menyusuri lorong asrama Neo High School, mencari pintu bernomor 23 dan membukanya dengan helaan nafas panjang. Renjun baru saja tiba di asrama saat fajar menyapa langit sore. Jika ia terus-terusan menolak ajakan Jeno yang akan mengantarnya sampai ke depan gerbang asrama, mungkin ia akan pulang lebih malam dari pada ini.

Kalian berpikir jika Jeno mengantar Renjun dengan meletakkan pemuda itu di punggungnya, itu tebakan yang salah. Renjun akan kembali muntah-muntah akibat perutnya yang terombang-ambing dan malah akan menyebabkan pemuda itu jatuh sakit keesokan harinya.

Selain terombang-ambing, Renjun juga akan memekik kencang jika Jeno merendahkan tubuhnya untuk menghindari ranting tajam, atau tiba-tiba Jeno terjun bebas dari dahan pohon yang tinggi ke permukaan tanah karena pohon yang menjadi pijakan vampir itu sudah tidak tumbuh lagi di wilayah yang ia lewati. Jeno hanya khawatir lambung anak itu akan terisi banyak angin akibat terlalu sering berteriak sepanjang jalan.

Rasanya nyawa Renjun seperti tersangkut di ranting pepohonan kala Jeno melakukan semua itu secara tiba-tiba. Jadi lebih baik mencarikan taksi untuk Renjun daripada pemuda Huang itu pingsan sebelum sampai ke depan kamar asramanya.

Tentu dengan ribuan terimakasih ia ucapkan pada sang mantan asisten ketua dewan itu sebelum langkah pendeknya ia bawa masuk ke dalam kamar asramanya yang anehnya tidak terkunci(?)

Jantung Renjun seketika berdetak kencang saat pikirannya dipenuhi oleh pikiran negatif yang mengatakan jika kamar asramanya telah kedatangan tamu dengan nama perampok.

Dengan melakukan gerakan hati-hati yang minim akan suara, Renjun menutup pintu asrama dengan sangat pelan dan mulai melangkah menuju ruang menonton dengan menyisir dinding di belakangnya.

Sejauh manik rubahnya memindai keadaan rumah yang semua lampunya menyala sehingga setiap sudut akan terlihat dengan jelas. Mungkinkah para perampok itu dengan baik hati menyalakan lampu untuknya yang mungkin akan pulang sore?

Dimana ada perampok sebaik itu?

Walaupun pikirannya merasa ada yang aneh, tetapi tidak menurunkan mode waspada pemuda itu hingga kini tangannya berhasil mencapai knop pintu kamar yang membelakangi sofa kecil yang berada di tengah ruangan.

Merasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan di ruang tengah, maka ia harus memeriksa dua ruangan lagi yakni kamarnya sendiri dan dapur. Yang dekat adalah kamarnya sendiri dan tanpa aba-aba ia langsung menerobos masuk ke dalam kamar sambil memasang kuda-kuda, siap untuk bertarung dengan siapapun yang ada di kamar itu.

Namun yang ia dapatkan hanya kekosongan selain perabotan kamarnya. Dan lagi, Renjun mendapati lampu kamarnya menyala. Seingatnya ia pergi tadi siang, tidak mungkin ia menyiksa dompetnya sendiri untuk aksi pemborosan listrik dengan menyalakan seluruh lampu pada siang hari.

Keanehan itu terus menghantui benaknya bahkan sampai dirinya berada di dapur.

Renjun mengambil minum untuk melegakan tenggorokannya, berharap dengan itu pikirannya sedikit lebih tenang karena pasukan ion yang masuk ke dalam tubuhnya.

Karena tidak mendapati apa yang ia ekspektasikan, maka Renjun hendak berbalik kembali mengunci pintu utama sebelum langkahnya terhenti di ruang tamu karena terpaku pada penampakan seseorang yang sedang tertidur di sofa sempitnya.

Ia tidak melihat manusia itu saat melintasi ruang tengah karena seseorang itu tengah berkamuflase menjadi sofa dengan mengenakan baju coklat serta tubuh yang ditekuk menyesuaikan ukuran sofa yang sedang ditidurinya.

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now