27

606 58 2
                                    




.


.


.



Suara grasak-grusuk mengalihkan perhatian seorang penjaga yang tengah mengistirahatkan diri pada batang pohon roboh yang tak jauh dari kemah yang didirikan kelompoknya. Sang penjaga itu waspada jika suara tersebut adalah seekor binatang buas yang tersesat sampai ke perbatasan hutan.

Hampir saja si penjaga tersebut mengeluarkan senjata tersembunyinya berupa pistol kecil yang tergantung di pinggangnya untuk berjaga-jaga jika tetiba ada penyerangan, sebelum netranya melihat seseorang dengan jubah hitam yang tudungnya tersingkap hingga memperlihatkan raut keterkejutan yang kentara kala netra mereka bertemu.

"Oh, maafkan aku sudah membuatmu terkejut." ucap pria berjubah hitam itu keluar dari balik pohon. Si penjaga pun menghela nafas leganya kala bukan binatang buas seperti yang ia bayangkan.

"Tak apa, kau bukan warga disini? Kenapa tiba-tiba muncul dari balik hutan perbatasan?"

Pria itu terkekeh sembari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Aku warga sini, kebetulan aku baru saja berburu hewan di hutan untuk persediaan makanan di rumah. Kalau kau bertanya bagaimana aku berakhir disini, kau bisa tanyakan pada para penjaga hutan bagian barat, aku bertolak dari sana." jelas pria itu meyakinkan. Sang penjaga itu pun mengangguk tanpa menaruh rasa curiga pada pria asing itu.

"Baiklah, silahkan lanjutkan perjalananmu tuan."

"Terimakasih. Ah sebelumnya, aku membawa banyak minuman jus jeruk untuk jaga-jaga jika dalam perjalanan merasa kehausan. Tapi rupanya perjalananku tidak terlalu lelah sampai dapat menghabiskan banyak minuman ini. Jadi daripada terbuang percuma, aku akan memberikannya padamu dan teman-temanmu." ujar pria itu menyerahkan kantong plastik berisi beberapa botol jus jeruk yang masih penuh ke arah penjaga itu.

Sejenak si penjaga merasa ragu menerima kantung plastik itu dari pria tak dikenalnya, sebelum si pria kembali berujar, "Kau dan teman-temanmu pasti kelelahan bekerja keras seharian ini. Terimalah, hitung-hitung sebagai permintaan maafku karena telah mengagetkanmu."

Si penjaga sekali lagi memastikan bahwa pria asing itu tak membahayakan, lalu ia menerima kantung plastik itu seraya berkata, "Terimakasih minumannya."

Pria itu menerbitkan senyum ramahnya kala pemberiannya diterima baik oleh si penjaga.

"Baiklah, aku permisi dulu."

Si penjaga mengangguk mempersilahkan si pria berlalu untuk pulang ke rumahnya. Kemudian ia menuju kemah tepat teman-temannya beristirahat dan menyerahkan jus jeruk itu yang diterima antusias oleh penghuni kemah.

Dari kejauhan, si pria asing itu diam-diam menyunggingkan seringaian mengerikannya.

"Dasar orang-orang bodoh."



***



"Ren, kita berpisah disini ya?"

Renjun menghentikan langkahnya kemudian menatap sang sahabat dengan raut bingung.

"Kenapa?"

"Aku mau membeli obat merah dan kain kasa di apotek untuk lukaku ini." tunjuk Haechan pada lutut sebelah kirinya yang sudah terbalut rapi perban yang dililitkan oleh Jaemin.

Renjun mendongakkan pandangannya pada langit sore yang hampir menggelap.

"Segeralah pulang, jangan kemalaman."

Haechan terkekeh dengan penuturan bernada khawatir dari Renjun. "Tenang saja, jika ada apa-apa di jalan aku akan menghubungimu."

Renjun mengangguk saja. Ia tidak juga mau memaksa keinginan sahabatnya itu untuk menunda niatnya ke hari esok. Akan gawat jika mereka terus-terusan berdebat jika keduanya sama-sama keras kepala mempertahankan ego sendiri dan berakhir Haechan yang tetap pergi dengan hari yang semakin larut.

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now