favorite crime

236 27 2
                                    

Just so I could call you mine
The things you did
Well, I hope I was your favorite crime
favorite crime -OLIVIA RODRIGO

Just so I could call you mineThe things you didWell, I hope I was your favorite crimefavorite crime -OLIVIA RODRIGO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo wakil PMR, kan?"

Nakusha mengernyit, langsung menempelkan punggung tangannya di kening Jendral, sukses membuat darah cowok itu berdesir dengan jantung berdegup kencang di setiap detiknya.

"Kenapa? Kamu sakit? Kebetulan aku ada urusan dikit di uks. Kamu mau aku bikinin surat izin, kamu udah makan?"

Jendral nenyentak tangan Nakusha yang masih di keningnya."Bisa denger gue dulu nggak sih?"

"Iya, kenapa?"

"Kenapa Friska nggak lo lolosin masuk PMR?"

Nakusha yang mendengar itu mendecak. Telinganya lama-lama akan terbakar jika terus mendengar nama perempuan berbeda tiap saat dari mulut Jendral."Cih, sama Friska lagi?"

"Dia nggak memenuhi syarat buat masuk PMR. Suruh cari organisasi lain yang mau nerima sikap manjanya dia."ucap Nakusha dingin, baru saja ingin pergi namun lengannya di cegat oleh cowok gagah ini.

"Lo kenapa sih? Manja gimana maksudnya? Lo nggak liat diri sendiri hah?!"

Nakusha melipat kedua tangan di depan dada. Ia kira Jendral memanggilnya di jam istirahat begini untuk mengajak makan bersama di kantin seperti yang selalu mereka lakukan sejak SMP. Ternyata, ah sudahlah!

"Waktu penggodokan dia izin sakit terus Jendral."katanya lelah."Lagi pula bukan aku yang nggak lolosin dia, tapi pembina."

"Lo wakil, dan lo pasti punya kuasa untuk bisa ngelolosin anggota baru, Na."kata Jendral, mengangkat dagunya membuat cowok itu makin terlihat mempesona saat ini."Penerimaan anggota baru, gue nggak mau denger dia ngadu ke gue kalau dia nggak lolos masuk PMR."

"Nggak, itu bukan urusan aku."katanya membuang muka, berusaha kuat untuk menahan air matanya agar tidak jatuh walau tenggorokannya saat ini terasa mencekik.

"Nakusha!"

"Bisa nggak sih, setiap kita ketemu kayak gini, kita nggak ngebahas cewek-cewek kamu itu!"katanya lelah. Ia menghela napas panjang, meneguk saliva getir.

"Bisa nggak kamu nanya, aku sebelum ke sekolah sarapan apa tadi? Tadi malam aku tidur jam berapa, hari ini aku bosen sama mata pelajaran apa, jam istirahat ke dua aku mau makan apa, aku kenapa aja hari ini, aku mau apa hari ini. Kamu yang dulu mana, Jendral?"kata Nakusha cepat dengan satu tarikan napas. Seolah minta keadilan yang ia saja sadar bahwa semua itu tidak ada lagi.

Jendral membuang muka, tidak ingin menatap kedua mata cewek yang di cintainya itu sudah berkaca-kaca ingin menangis. Padahal satu yang paling tak ingin ia lakukan adalah membuat Nakusha menangis. Tapi ia pengecut, ia mengingkari janjinya. Janji itu sudah hilang.

NOW IM BLEEDINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang