Tsudzukeru Sekai

10 3 1
                                    

"Rui, papa tidak pulang hari ini," ucap seorang wanita pada anak laki-laki yang tengah menunggu di dekat rak sepatu, tepat bagian depan rumahnya. Menunggu papanya pulang merupakan kebiasaannya sejak lama. Sebab, selama apapun Rui menunggu, papa pasti akan pulang. Namun, sudah sebulan sejak malam itu papa tak lagi pulang ke tempat ini.

Sebagai anak kecil yang cerdas, Rui paham kalau pekerjaan papanya yang sekarang cukup berat terlebih ... berita yang tak sengaja Rui tonton—sebelum akhirnya mama melarangnya untuk menyalakan televisi lagi—membuat Rui sadar kalau keadaan papa saat ini tidaklah baik. Keadaan dunia saat ini tidak baik.

Energi Kata yang Ditemukan oleh Diavel Aksara akan Menghancurkan Dunia.

Rui tak mengerti, tapi seingat Rui, papa amat berjasa bagi orang-orang setidaknya saat pertama kali papa fokus dengan pekerjaannya yang sekarang. Tapi kenapa? Batin Rui terus mempertanyakan hal itu tanpa menyuarakannya pada mama. Sebab, ia tak mau menemukan mama yang tiba-tiba menangis lagi tengah malam.

Lantas, hari-hari itu berlalu dengan cepat. Energi negatif yang menjadi efek samping energi kata itu tak bisa ditampung lagi. Suara gaduh di rumahnya dari orang-orang di luar, kobaran api, lantas laki-laki yang tiba-tiba menyeretnya ke laboratorium rahasia ayahnya dan mengatakan, "Dunia hancur atau tidak, itu ada di tanganmu, Dan."

Tubuh kecil Rui bergetar hebat hari itu—nama panggilan itu hanya disebut oleh ayahnya—sampai akhirnya Glista bisa menenangkan dirinya karena tiba-tiba menyerobot masuk ke lab, memberikannya kekuatan, lantas berkata. "Tapi tak sedikitpun yang menjadi tanggungjawabmu Rui, kau hanya penyelamat kecil yang bisa membuat dunia tertolong lewat dirimu. Hancur atau tidaknya, takdir Tuhan yang menentukan. Tariklah napasmu sejenak."

Sungguh, ia ingin menangis saat mendengar itu. Karena bagaimana mungkin orang-orang akan menuntut dirinya yang tak berdaya jika tak bisa menyelamatkan dunia karena salah mengenali kata? Dia hanya seorang anak kecil.

Namun, keajaiban itu datang, takdir Tuhan berkata lain. Sampai hari ini—Rui memandangi langit malam dari kapal angkasa yang tengah ia tumpangi bersama Glista dan ... ia tak mau menyebut lelaki di sebelahnya—ia masih hidup. Dan dunia berjalan sejauh ini. Tanpa prnah ia tahu kelanjutannya seperti apa.

END

***

Bogor, 4 Februari 2024

Kimiiro Palette - NPC 29 Daily Writing Challenge 2024 [END]Where stories live. Discover now