Bak Kehidupan

5 2 0
                                    


Siang hari di jalan samping sungai, seorang laki-laki dengan sepeda yang membawa bianglala kecil lewat sambil memandangi daratan di seberangnya. Sebuah kota besar yang penuh dengan gedung pencakar langit dan satu hal yang membuatnya termenung sekaligus terpukau—bianglala yang amat tinggi, yang jelas berbeda dengan bianglala yang dimilikinya sekarang.

Sejenak, matanya menoleh pada bianglala yang ada di sampingnya, bianglala yang digerakkan oleh tenaganya sendiri lantas diberi bayaran yang jelas tak bisa dibilang banyak. Padahal, dulu tidak seperti ini.

"Kepengin naik, Pak?" suara seorang anak laki-laki dengan seragam SMA yang sedang berjongkok di bawah pohon bambu tak jauh dari tempatnya berada terdengar dan sontak membuat laki-laki itu menoleh. "Cakep ya? Orang-orang kayak kita mana bisa naik yang kayak gitu. Sayang uang," lanjutnya membuat laki-laki tersenyum.

Kemudian ia berkata, "Kalau saya bilang itu pernah jadi punya saya gimana?"

Tawa anak berseragam SMA tadi terdengar, tapi tak lama kemudian ia menjawab, "Nggak gimana-gimana sih pak, cuma keren aja." Balasan itu membuat si pemilik bianglala kecil itu terkejut.

"Lah, kok keren?" tanyanya.

"Habisnya, mau jadi orang punya atau nggak, bapak tetep kepikiran sama bianglala. Suka naik dari kecil ya pak?" Anak laki-laki itu kembali bertanya.

"Bisa aja kamu," balasan itu keluar sebelum akhirnya hening menjadi penengah kedua orang itu. Baru terhenti saat laki-laki pemilik bianglala bertanya. "Menurutmu, apa yang bisa merubah keadaan bapak dulu sampai sekarang? Hahaha, kalau hal itu benar, bianglala benar-benar cocok sama hidup bapak. Ada di atas dan di bawah."

Anak laki-laki itu tak langsung menjawab. Namun berpikir sejenak tentang apa yang dikatakan pak bianglala itu. Setidaknya hanya satu hal yang paling mungkin. "Hutang ya, Pak? Pinjol? Rentenir?" Alih-alih menjawab ia lebih memilih memastikan.

Sementara bapak bianglala itu tersenyum, "Kamu, jangan sampai ya," pesannya sebelum akhirnya mendorong kembali bianglala kecil miliknya. Sebelum benar-benar tak terlihat, ia berkata, "Kalau nanti bianglala itu balik lagi, kamu boleh naik gratis."

Jelas, anak laki-laki berseragam itu hanya bisa tersenyum sambil mendoakan. "Ditunggu!"

***

Bogor, 05 Februari 2024

Kimiiro Palette - NPC 29 Daily Writing Challenge 2024 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang